Chapter 40 - Married?

118 7 2
                                    

"WHAT'S?????????"

☆☆☆

Cup!!

"Jelek ah kagetnya! Itu mulut sampe kebuka kaya gitu. Cepet tutup, apa mau dicium lagi nih?"

"Dimas!! Lo serius?"

"Duarius Devicha Lorensa Wijaya!!"

"Kok gue gak dikasih tau sebelumnya? Kok lo ngedadak sih?"

"Kan surprice Vi."

"Kok lo maen mutusin sendiri kayak gitu sih Dim? Emang gue setuju?"

"Loh, kok gitu sih ngomongnya? Lo gamau Vi kalo kita sampe nikah? Gitu maksud lo?"

"Bukannya gamau Dim, gue---------------"

"Yaudah kalo itu mau lo."

"Dimas jangan pergi!!! Dimas dengerin gue dulu!!!!!!!!" Sayang, Dimas sama sekali tak menghiraukan Devi. Dia terus berlalu tanpa menoleh lagi kebelakang dan meninggalkan Devi sendirian.

Kesal, itu yang Devi rasakan saat ini. Dimas memang tidak pernah berubah, dia selalu menyimpulkan sesuatu hal tanpa memikirkannya. Namun kali ini Devi mencoba untuk bersikap masa bodoh, karena Devi yakin jika Dimas tidak akan egois seperti sebelumnya. Tak lama lagi Dimas pasti sudah menemuinya dan bersikap seakan tidak terjadi apa-apa. Walaupun hari ini berakhir kurang menyenangkan tapi Devi sangat menyukai cincin pemberian Dimas. Karna waktu yang semakin larut, Devi memutuskan untuk pulang kerumahnya sendirian.

"Mamiiiiiii."

"Ada apa Vi? Mami di dapur."

"Mih, tadi orang tua Dimas kesini gak?"

"Enggak tuh, bukannya orangtua Dimas lagi diluar negeri ya? Kenapa emang?"

Anjir!!! Dasar tukang modus lu Dim. Bisa-bisanya lo bohongin gue, kayak yang iya bilang ortu lo ada disini! Bangsat banget njir.

"Vi? Ngapain ngelamun? Tidur gih udah malem juga."

"Eng-gak ko Mih, iya ini juga mau tidur."

Devi kemudian pergi kekamarnya dengan sejuta rasa kesal yang ada dalam hatinya. Devi masih tidak habis fikir kenapa Dimas membohonginya, ditambah lagi dia sekarang tiba-tiba marah.

Mau lo apa sih Dim? Sial banget gue karna udah jatuh cinta sama cowok kayak elo.

****

Sebulan, sudah sebulan Devi tidak melihat Dimas semenjak kejadian malam itu. Malam dimana Dimas menjadi marah karna ucapan Devi. Bahkan ponsel Dimas tidak pernah aktif, dia seakan telah hilang ditelan bumi. Rindu, satu kata yang sejak sebulan ini menghantui diri Devi. Awalnya Devi berfikir jika Dimas hanya marah biasa, namun ternyata semua yang terjadi jauh dari ekspektasinya.

Berulang kali Devi mencoba mengunjungi kediaman Dimas tapi berkali-kali juga usahanya sia-sia. Rumah Dimas masih terlihat kosong tak berpenghuni seperti sebelumnya. Beragam cara Devi lakukan agar dapat menghilangkan rasa jenuh yang selalu menghampirinya. Namun, semakin Devi berusaha untuk tidak memikirkan Dimas semakin sering juga Dimas muncul dalam fikirannya.

Bahkan Devi kini sudah tidak lagi bekerja diperusahaan Dimas. Saat Dimas pergi meninggalkannya ternyata Dimas juga memecatnya dari pekerjaan. Hal itu membuat Devi semakin tidak mengerti dengan sikap Dimas. Mau tidak mau Devi kini bekerja diperusahaan keluarganya. Hanya itu satu-satunya hal yang bisa Devi lakukan untuk melepaskan gundah dihatinya.

"Coba lo bayangin gimana rasanya jadi gue Ri! Sakit njirrr sakit!!!!!!!!!" Setiap bertemu dengan Yuri, Devi selalu membicarakan betapa kesalnya dia terhadap Dimas. Devi juga sering bertanya tentang keberadaan Dimas, berharap Yuri ataupun yang lainnya mengetahui sesuatu tentang Dimas.

"Sabar Vi, mungkin dia lagi nenangin diri dulu."

"Hah? Nenangin diri? Disini harusnya gue yang nenangin diri! Stress gue punya pacar kayak dia, apa gue harus nyari pacar lagi?"

"Aelah kagak cape lo? Ngapain nyari pacar lagi?"

"Abis, Dimas ninggalin gue."

"Tapi sebelumnya dia ngasih lo cincin kan?"

"Iyasih, maksudnya apaan coba ngasih cincin terus ngilang gitu?"

"Lah bukannya Dimas ngilang karna lo nolak nikah sama dia."

"Gue bukan nolak Yuri ihhh, gue cuman spechlees aja. Dimasnya aja yang baperan."

"Yaudah, lo sabar aja dulu Vi."

"Udah sebulan Ri gue sabar."

"Terus gue harus gimana Vi? Selama sebulan ini lo selalu curhat tentang hal yang sama. Gue juga udah bingung harus ngasih solusi kayak gimana lagi sama lo. Pokoknya intinya gini, kalo lo sayang sama dia lo pasti bisa nunggu dia."

"Sampe kapan gue nunggu dia Ri?"

"Mungkin sampe Dimas ngelupain kesalahan lo yang udah nolak dia secara gak langsung."

"Ih Yuri mah, jangan bahas soal penolakan terus. Gue kan udah bilang kalo gue bukannya nolak."

"Iyain aja deh."

Sepulang curhat dengan Yuri, Devi kembali pulang kerumah tanpa semangat sedikitpun. Seperti biasa, jika sudah dirumah yang Devi lakukan hanya tidur sampe pagi. Jika pagi datang, maka Devi akan berangkat kerja dan begitu seterusnya. Kali ini pun sama, Devi langsung pergi tidur agar tidak terlalu memikirkan Dimas. Devi selalu berharap saat pagi datang, dia sudah bisa berbaikan dengan Dimas.

"Vi, bangun sayang."

"5 menit lagi Mih."

"Bangun Vi, masa calon penganten jam segini belum bangun."

"HAH? CALON PENGANTEN?"

"Biasa aja sayang, gausah teriak kek begitu."

"Mamih becanda kan?"

"Serius sayang, hari ini kamu bakalan menikah."

"ASTAGA!! SAMA SIAPA???????????????????"




































Tbc

WHY ALWAYS HIM?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang