Peri Cantik is calling .......
☆☆☆☆
Devi?
Dimas tidak menyangka jika Devi akan menelepon disaat yang sangat tepat. Sebelum mengangkat telepon tersebut, Dimas terlebih dahulu mengatur nafas saking senangnya.
Ha---
Gue kangen lo Dim.
Tut tut tut...
Panggilan langsung terputus, jangankan untuk menjawab, untuk mengucapkan kata "halo" pun Dimas tidak sempat. "Gue kangen lo Dim", hanya kalimat itu yang Dimas sempat dengar. Dimas mencoba menelepon kembali Devi, namun sayang nomornya kembali tidak aktif. Lagi lagi Dimas dibuat bingung dengan sikap Devi.
••••
2 minggu total Devi tidak masuk sekolah. Semua orang mulai bertanya kemana perginya Devi, kecuali para guru. Sepertinya Tante Sarah sudah meminta izin kepada pihak sekolah, itu sebabnya ketidak hadiran Devi tak pernah lagi dipertanyakan oleh para guru, kecuali para siswa yang dibuat penasaran atas tidak hadirnya Devi.
5 menit lagi bel masuk akan berbunyi, dengan segera Dimas beserta teman-temannya bergegas memasuki kelas. Karna jika terlmbat beberapa menit saja, guru pasti langsung melarangnya untuk mengikuti pelajaran. Dimas terus fokus dengan ponselnya membalas chat masuk yang bergantian. Mulai dari mantannya, gebetan, bahkan kakak kelas yang menghubunginya. Bagi Dimas semua ini hanya sekedar hiburan semata, karna tanpa kehadiran sosok Devi semuanya terasa hampa.
"Haii temen-temen." Tiba-tiba Devi masuk kedalam kelas membuat semua penghuni kelas ricuh dibuatnya.
Devi lo kemana aja?
Tanpa lo kelas kita sepi Vi.
Semenjak gaada lo, kelas kita jadi kekurangan stok cewek super cantik.
Devi kok lo kurusan?
Menurut gue lo makin cantik Vi.
Dan masih banyak lagi respon yang Devi dapat, namun hanya seseorang yang tidak menyapanya, siapa lagi kalo bukan Dimas.
Lo bahkan gak seneng pas gue balik Dim, jadi lo masih marah sama gue? - Devi
Devi langsung duduk disamping Yuri sahabatnya. Dan mencoba untuk menahan tangisannya.
"Baru masuk udah murung aja, lo kenapa Vi?"
"Gak papa kok."
"Yakin? Yaudah tunggu bentar! Ada yang mau ketemu lo tau dari 2 minggu yang lalu." Dengan cepat Yuri menghampiri Dimas yang sedang sibuk dengan ponselnya.
"Heh kunyuk! Tuh Devi udah sekolah! Lo gamau nyapa dia?"
"Hah?" Mendengar kata Devi, Dimas mencoba melirik meja yang biasa ditempati Devi. Benar saja Devi kini sudah sekolah dan sedang berbincang dengan temannya.
Dengan keberanian yang dikumpulkan, dan dengan rasa gengsi yang coba dia hilangkan, Dimas mulai mendekati meja Devi. Namun baru saja dia ingin lebih dekat dengan Devi, tiba-tiba langkahnya terhenti. Mau tidak mau diharus menyaksikan Rafa yang sedang mengelus puncak kepala Devi. Tanpa diduga Rafa tiba-tiba datang membawa barang Devi lalu berbincang sebelum dia kembali pergi. Hal itu yang membuat Dimas kembali berbalik tanpa berniat menoleh kembali kearah Devi. Bagi Dimas semuanya sudah cukup! Ini terakhir kalinya Dimas merasakan sakit saat melihat Devi bersama cowok lain.
Dimas : Bolos kuy? Jemput gue dikelas ya sayang.
Tak lama kemudian seorang cewek cantik datang ke kelas Dimas dan menarik perhatian seluruh siswa. Karna bagaimana biasa seorang leader team cheers datang ke kelas Dimas. Dengan pedenya cewek itu langsung menghampiri Dimas dan merangkulnya.
"Come on beb, kita jalan sekarang."
"Oke sayang."
Rangkulan tersebut membuat seluruh kelas menjadi ricuh dan membincangkan Dimas. Karna semua orang dikelas sudah tahu jika Dimas dan Devi berpacaran, tapi sekarang Dimas pergi bersama cewek lain disaat Devi baru saja sembuh dari sakitnya.
Sialan lo Dim menang banyak!
Anjay, kok gue ngedadak pengen nonjok si Dimas ye? Brengsek banget kesannya.
Gila, cewek yang deket sama dia cantik-cantik semua.
Tanpa memperdulikan semua pembicaraan tentangnya, Dimas berlalu pergi. Disisi lain Devi hanya bisa menenangkan hatinya, yang dia lakukan hanya memegang roknya untuk menahan rasa sakit yang kini Devi rasakan.
Devi sudah tidak tahan lagi dengan tingkah Dimas yang terlihat tak lagi membutuhkannya. Devi sudah jenuh jika dia harus menangisi kepergian Dimas. Sampai kapan Devi harus berusaha untuk memperbaiki hubungan? Jika Dimas sendiri bersikap masa bodoh dengan hubungan ini. Apa harus Devi saja yang merasakan sakit? Sedangkan Dimas bersenang-senang ria dengan cewek lain bahkan dihadapannya?
Mungkin sekarang saatnya Devi melangkah pergi. Pergi meninggalkan cintanya, hatinya, dan raganya dari pelukan Dimas.
Jika dengan kepergian gue, lo bakalan bahagia. Maka, dengan senang hati gue bakal melakukannya Dim. - Devi
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
WHY ALWAYS HIM?
Teen Fiction" KAPAN TOBAT? " Hanya kalimat itu yang selalu ingin dia tanyakan. " PELAMPIASAN " Hanya kata itu yang menggambarkan dirinya. " TINGGALKAN " Hanya tindakan itu yang harusnya dia lakukan. Berawal dari sebuah perjanjian yang mereka sepakati, maka ber...