Chapter 30 - UKS

96 8 9
                                    

Jika dengan kepergian gue, lo bakalan bahagia. Maka, dengan senang hati gue bakal melakukannya Dim. - Devi

☆☆☆☆

Semenjak kedeketan Dimas dengan leader team cheers menyebar, sejak itu pula gosip berakhirnya hubungan Dimas dan Devi diperbincangkan. Namun, baik Devi maupun Dimas tak pernah mengiyakan jika ditanya soal hubungan mereka yang berakhir.

Jarak yang semakin menjauh, kedekatan yang tak lagi tercipta membuat Devi dan Dimas tak pernah lagi bertegur sapa. Tak ada lagi usaha untuk memperbaiki kesalahan pahaman yang pernah terjadi, dan tak ada lagi usaha untuk saling berbicara.

Kerenggangan itu terus berlanjut bahkan sampai Devi dan Dimas memasuki tahun terakhirnya di SMA.

XII - IPA 2

Devicha Lorensa Wijaya

Dimas Praditya Sandika

Kevin Antonio

Yuriko Aryani

"Wuaah, kita sekelas lagi Vi, seneng banget gue." Yuri terus berteriak kegirangan karna bisa sekelas lagi bersama sahabatnya.

Tapi gue gak seneng kalo harus sekelas sama Dimas.

"Vi? Lo gak seneng ya sekelas sama gue?"

"Eh gue seneng kok Ri, cuman gue gak sanggup kalo harus sekelas sama Dimas." Jika membicarakan tentang Dimas, wajah Devi selalu berubah menjadi sendu. Devi tak pernah dekat dengan cowok manapun setelah dia memutuskan untuk pergi dari kehidupan Dimas. Berbeda halnya dengan Dimas, dia kembali menjadi playboy dan selalu bergunta-ganti pasangan.

"Udah dong Vi, jangan sedih kaya gitu. Kan gue udah pernah bilang, kenapa sih lo gak mutusin Dimas aja?"

"Karna gue percaya kalo dia masih sayang sama gue."

"Sayang? Dimana rasa sayang dia sama lo Vi? Lo gak liat sampai sejauh ini dia itu sering ganti cewek dan gak pernah nganggep lo?"

"Tapi itu udah sifat dia, gue tau sebenarnya dia gak pernah niat kayak gitu sama gue."

"Vi, please buka mata lo! Sam----"

"Kalian debat soal apaan sih?" Refleks Devi dan Yuriko menoleh ke sumber suara.

"Siapa lo?" Yuri langsung bersikap tidak bersahabat dengan cowok didepannya.

"Loh, Kevin?"

"Haha, masih inget gue lo Vi?"

"Iyalah kita kan satu SMP, masa iya gue lupa. Ri ini temen gue namanya Kevin."

"Oh, sorry. Hai Kev, gue Yuri sahabatnya Devi."

"No problem, btw kalian gak mau masuk kelas baru kita?"

"Hah kita?"

"Devi!!! Lo gak liat? Kita sekarang sekelas-,-"

"Wah? Masa sih? Haha, oh iya gue lupa. Nama lo kan ada dibawah gue."

"Dasar lo, yaudah kita ke kelas barengan aja kuy."

Melihat Kevin yang sedang berbincang dengan Devi membuat hati Dimas tak menentu. Tanpa mereka sadari, sedari tadi Dimas memperhatikan mereka dari kejauhan.

"Sayang? Kamu ngeliatin apasih? Temenin aku ke kelas yuk?" Pacar Dimas terus menarik lengan Dimas agar bisa ikut dengannya.

"Ke kelas sendiri aja ya, gue lagi gaenak badan."

Dengan langkah yang tergesa-gesa Dimas langsung berlari. Namun, bukan berlari menuju kelasnya tapi menuju lapangan basket.

Sial! Kenapa gue masih ngerasa gak suka kalo Devi deket sama cowok lain. Shit!!

Dimas langsung menyambar bola basket yang tergeletak dilantai dan langsung memainkannya. Setiap dia ingat saat Kevin dekat dengan Devi, saat itu pula emosi Dimas kembali memuncak.

Brukk!!

Tanpa diduga Dimas tergelincir, membuatnya langsung terjatuh ke lantai. Jidat Dimas pun menjadi korban dan sedikit mengeluarkan darah.

"Awwww, sialan! Sakit banget lagi." Dimas terus meringis memegang jidatnya, dengan langkah gontai dia mencoba untuk berjalan ke UKS.

Kok UKS sepi? Dokternya kemana sih?

Saat sampai di UKS Dimas tidak menemukan dokter yang biasanya berjaga. Akhirnya Dimas memutuskan untuk menunggu dokter datang sambil tiduran diruang UKS.

Ceklek

"Ah akhirnya datang juga, Dok kema----" Ucapan Dimas terhenti saat melihat siapa yang datang.

Dengan cekatan Devi membersihkan luka Dimas. Ya, yang datang bukanlah dokter melainkan Devi. Kebetulan Devi juga ingin beristirahat di UKS karna dia sedang merasa tidak enak badan.

"Ini kenapa sih? Kok jidat lo bisa luka?" Pertama kalinya Devi berbicara kembali dengan Dimas. Rasa khawatir terlihat jelas diraut wajah Devi.

"Jatoh pas maen basket."

"Kalo maen basket itu hati-hati! Ceroboh banget sih jadi orang."

"Terserah gue dong, kok lo malah marahin gue sih?"

"Iya emang terserah lo, tapi jangan bikin pacar lo khawatir sama luka yang kaya gini."

Pacar? Jadi, lo masih nganggap gue pacar Vi?

Mendengar ucapan Devi membuat Dimas membeku. Selama ini Dimas berfikir jika Devi bukan lagi pacarnya, namun ternyata Devi masih menganggapnya. Tersadar melihat sikap Dimas yang terlihat aneh, Devipun juga ikut terhenti.

Astaga, apa yang gue lakuin? Kenapa gue bilang kalo gue pacar Dimas? Sial! Dia pasti ngerasa risih.

"Sorry Dim, gue gak bermaksud----"

Devi belum sempat menyelesaikan perkataannya, karna kini bibirnya telah dibungkam oleh bibir Dimas. Dimas terus mencium bibir Devi dengan perlahan, ciuman yang seakan ditujukan untuk melepas kerinduan.

Kini gue sadar, kalo ternyata gue emang gapernah bisa pergi dari lo Vi. - Dimas



































Tbc

WHY ALWAYS HIM?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang