26

3K 204 6
                                    

"Ify gue bawa nggak papa, 'kan Io?" ujar Gabriel kepada Rio.

Siang ini Gabriel meminta Ify untuk menemaninya  membeli sebuah novel, seperti apa yang dikatakannya kala itu.

"Asal lo nggak macem-macem aja deh." ucap Rio bercanda.

"Aku jalan sama Gabriel dulu, ya?" pamit Ify.

"Kalau Gabriel macam-macam, kamu langsung bilang aku. Ya?" pesan Rio setengah bercanda.

"Pasti, Hehehe." kekeh Ify.

"Yaudah hati-hati ya kalian." ucap Rio sambil mengusap poni Ify.

Ify pun melangkah menuju parkiran bersama Gabriel, meninggalkan Rio sendiri.

"Sendiri aja, Io?" seru Acha tiba-tiba yang sudah ada disamping Rio.

"Hmm.. Iya, kenapa?" tanya Rio cuek.

"Biasanya sama Ify, kemana Ify?" tanya Acha dan memutar kepalanya mencari keberadaan Ify.

"Ify lagi sama Gabriel." sahut Rio cuek dan melangkahkan kakinya.

"Kok sama Gabriel?" tanya Acha yang mensejajari langkah Rio.

"Kamu nggak takut Ify main belakang sama Gabriel?" tanya Acha lagi karena Rio tak menjawab pertanyaannya tadi.

"Yang jelas, Ify nggak kayak lo." sindir Rio kepada Acha yang mendengus kecil.

"Tapi, gimana kalau ternyata Ify main belakang?" tanya Acha lagi yang membuat Rio menghentikan langkahnya dan menatap Acha kesal.

"Itu nggak ada urusannya sama lo." tuding Rio dan meninggalkan Acha yang menghentakkan kakinya kesal.

"Awas aja, kamu pasti balik lagi sama aku. Io!" teriak Acha pada punggung Rio yang sudah jauh didepannya.

Acha merogoh ponselnya dan mencoba menghubungi seseorang.

"Sepertinya kita akan sukses!" desis Acha kepada seseorang yang berada diseberang telepon, dan langsung mematikan ponselnya begitu saja.

Acha berbalik dan berlalu menuju area parkiran. Acha kemudian masuk kedalam mobilnya dan mengendarai mobilnya menuju rumahnya.

💥💥💥

Ify dan Gabriel kini sudah berada disalah satu toko buku terkenal dipusat kota. Ify dan Gabriel langsung menuju rak-rak yang berisi deretan novel-novel terkenal. Ify sangat bersemangat ketika sudah berada ditoko buku. Jiwa Ify sudah menyatu dengan buku-buku, terlebih buku cerita seperti novel.

"Lo mau novel yang genre nya apa, Iel?" tanya Ify disela dirinya melihat dan membaca salah satu sinopsis novel yang berada di sampul belakangnya.

"Kalau gue kasih buat cewek, enaknya genre apa. Fy?" tanpa menjawab, Gabriel malah balik bertanya.

"Tuh 'kan, buat gebetan ya? Menurut gue sih novel romance aja, ya nggak?" usul Ify.

"Boleh deh." Gabriel mengangguk setuju.

"Bentar ya Fy, gue tinggal dulu. Mau angkat telepon." ucap Gabriel pada Ify saat merasakan ponselnya bergetar.

Ify mengangguk saja dan kembali mencari novel yang cocok untuk diberikan kepada seseorang dari Gabriel. Gabriel pun keluar dari toko buku, dan mengangkat telepon itu.

"Kerja bagus!" gumam Gabriel kepada seseorang yang meneleponnya.

Setelah menerima panggilan itu, Gabriel kembali menghampiri Ify didalam toko buku.

"Udah dapat, Fy?" tanya Gabriel tiba-tiba.

"Ngagetin aja lo, ini gue udah dapat dua. Lo mau yang mana? Dua-duanya bagus banget, novel terbaru kayaknya." jelas Ify sambil memperlihatkan dua buah novel kepada Gabriel.

"Gue nggak ngerti tentang ini, menurut lo yang mana?" ringis Gabriel malu.

"Haha nggak papa kok. Kalau menurut gue sih ya, dua-duanya. Soalnya bagus banget dari sinopsis nya udah bikin kita penasaran."

"Yaudah kita ambil semua." putus Gabriel.

"Yakin lo?" tanya Ify memastikan.

"Iya, 'kan kata lo bagus." ujar Gabriel.

"Ohehe." Ify tersenyum kikuk.

"Yuk, kekasir." ajak Gabriel.

"Yuk!'

Ify dan Gabriel pun kekasir untuk membayar dua novel tersebut.

"Mau mampir makan dulu, Fy?" tawar Gabriel setelah keluar dari toko buku sambil membawa kantong kresek yang berisi novel tadi.

"Enggak usah deh, udah sore nih. Gue mau pulang aja, belum izin juga tadi sama mamah." tolak Ify tak enak sendiri.

"Mmm.. Yaudah deh. Tapi lain kali jangan tolak ajakan gue ya, Fy?" ujar Gabriel ambigu.

"Hmm." Ify hanya bergumam sambil tersenyum.

Ify dan Gabriel pun masuk kedalam mobil. Selama perjalanan, Ify dan Gabriel tidak ada yang membuka suara. Gabriel fokus menyetir dan Ify sibuk dengan ponselnya.

"Lo udah jalan berapa lama sama Rio, Fy?" tanya Gabriel memecah keheningan.

"Baru seminggu sih." jawab Ify cuek tanpa mengalihkan pandangannya pada ponselnya.

"Asik banget kayaknya sama ponsel. Lagi chating sama Rio, ya?" tanya Gabriel yang membuat Ify menatapnya kali ini.

"Bukan." jawab Ify singkat.

"Kalau bukan sama Rio, terus kenapa lo baik banget sama ponsel lo?" tanya Gabriel lagi.

"Sama temen gue." jawab Ify lagi-lagi dengan nada cuek dan kembali fokus dengan ponselnya.

"Oh." Gabriel membulatkan mulutnya dan membelokkan stir mobilnya menuju jalan rumah Ify.

"Udah sampai, Fy." suara Gabriel membuat Ify melihat kearah jalanan.

"Oh iya, makasih ya udah nganterin gue sampai rumah." tutur Ify.

"Gue juga makasih, ya? Karena lo udah mau temenin gue cari novel." ucap Gabriel tanpa mematikan mesin mobilnya.

Ify tersenyum dan keluar dari mobil Gabriel.

"Mau mampir?" tawar Ify lewat kaca mobil Gabriel.

"Enggak usah, udah sore. Gue balik dulu, makasih sekali lagi." ujar Gabriel.

Ify manggut-manggut saja dan sedikit menjauhi badannya pada mobil Gabriel. Gabriel pun langsung memutar balik mobilnya dan pamit kepada Ify untuk pulang. Setelah mobil Gabriel sudah tak nampak lagi, Ify bergegas masuk kedalam rumah. Saat hendak membuka pintu, Ify teringat sesuatu.

"Lho, kok Gabriel tau rumah gue?"

💥💥💥

Selamat membaca!

Other SideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang