33

3.1K 176 26
                                    

Kedua orang tua dengan satu anak gadisnya ini sedang bersitegang dirumah mereka. Sang anak marah kepada orang tua nya karena telah mempermalukan dirinya didepan teman-teman sekolahnya. Sang ayah menghela nafas dan menggelengkan kepalanya melihat anak gadisnya yang biasa manja kini seperti memusuhinya.

"Kenapa kamu melakukan hal itu, Cha?" tanya sang ibu yang bersedekap didepan anaknya yang melengos.

"Jawab pertanyaan mama!" sentak sang ibu karena anaknya tak kunjung menjawab pertanyaannya.

"Ma! Acha capek di bentak mama terus. Acha mau hidup seperti apa yang Acha mau, tanpa ada tekanan dari mama atau papa--" Acha bersuara setelah mamanya telah membentak. Tapi, sang mama langsung memotong ucapannya.

"Mama sama papa nggak pernah menekan kamu, Cha. Mama sama papa cuma ingin kamu bahagia. Kita seperti ini untuk kebaikan kamu, tapi kamu malah nggak menghargai apa yang kita sudah berikan."

"Iya, nak. Papa cuma ingin kamu bahagia, bukan tertekan. Tapi, kenapa kamu selalu seenaknya saja? Kamu seenaknya saja pindah sekolah tanpa mengurus surat pindah sekolah terlebih dahulu, daripada kamu dikeluarkan lebih baik mama sama papa jemput kamu seperti tadi." imbuh papa Acha, yang membuat Acha mendengus kasar.

"Tapi, cara kalian nggak bikin Acha bahagia. Acha nggak mau semua uang dan fasilitas yang kalian itu, yang Acha mau kalian selalu ada buat Acha. Yang kalian tau Acha bahagia selama ini, kalian salah. Acha nggak bahagia sama sekali, setelah kalian gila-gilaan kerja siang dan malam tanpa ada waktu buat Acha." Acha menghela nafas dan menghapus air mata yang terus menurun dari kelopak matanya. Orang tuanya bungkam saja mendengar penuturan sang anak.

"Acha kayak gini karena kurang kasih sayang, ma, pa. Acha selalu buat ulah karena ingin diperhatikan sama kalian, Acha kesepian. Dulu ada Rio yang selalu nemenin Acha, tapi sekarang kita putus dan Acha kembali sendiri. Acha pindah sekolah juga ingin kembali dapat perhatian dari Rio, tapi semua udah beda. Acha takut sendiri, Acha nggak punya teman, Acha juga udah jahat sama orang yang sebenarnya udah baik ke Acha. Acha ngaku hal itu semua, karena semata Acha ingin diperhatikan."

Orang tua Acha segera memeluk anaknya yang kini menangis tersedu. Orang tua Acha menyesal telah meninggalkan Acha sendiri demi karir dan bisnis mereka. Mereka sadar bahwa harta tidak selalu menjamin kebahagiaan seseorang. Justru kasih sayang lah yang sudah menjamin untuk kebahagiaan seseorang.

"Mama sama papa janji nggak bakal tinggalin kamu sendiri lagi, nak. Maafkan mama, mama nyesal udah bentak kamu terus."

"Papa juga minta maaf, nak. Papa belum jadi ayah yang baik untuk kamu. Tapi papa janji setelah ini papa nggak bakal tinggalin kamu dengan harta papa lagi, papa bakal nemenin kamu selagi kamu butuh teman."

Acha kembali menangis mendengar penuturan kedua orang tuanya. Tapi Acha juga bahagia, karena orang tua nya sudah menyesali semua yang mereka lakukan pada Acha.

💥💥💥

"Al, ada yang mau gue tanya sama lo."

Alvin menutup bukunya dan melepas sebelah earphone nya setelah Rio berkata demikian.

"Apa?" tanya Alvin santai.

"Gue mohon lo jawab yang jujur." pinta Rio yang mendapat anggukan dari Alvin.

"Apa bener lo udah nyelakain Yonatan, teman Ify?"

Alvin melotot kaget. "Gue? Gue nggak ngelakuin hal apapun ke Yonatan, Io."

"Jujur, Al!" tekan Rio.

"Sumpah Io, gue nggak ngelakuin hal apapun ke Yonatan. Kenapa lo nuduh gue?"

Other SideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang