36

5.7K 210 28
                                    

Angin berhembus pelan menerbangkan daun kering yang berserakan dijalanan. Seorang gadis tengah menaburkan bunga mawar segar keatas gundukan tanah merah dengan nisan yang menghiasinya. Gadis itu berjongkok lalu mengelus nisan yang bertuliskan nama 'Yonatan'.

"Maafin aku.." lirih gadis itu memandang kosong nisan Yonatan.

"Kamu siapa?" tanya wanita paruh baya yang melihat gadis itu berada dimakam mendiang anaknya. Mama Yonatan.

"Mm.. Maaf tante, aku teman Yonatan." jawab gadis itu dengan gugup.

"Teman, siapa nama kamu? Setau saya anak saya tidak memiliki teman selain Ify dan Via." jawab mama Yonatan bingung.

"Mmm.. Iya aku teman baru Yonatan tante, sehari sebelum kecelakaan kita bertemu. Kenalin, aku Acha tante." gadis itu yang tak lain adalah Acha.

"Oh.. Saya mama nya Yonatan." mama Yonatan tersenyum.

"Iya tante hehe."

"Setelah ini bisa ikut tante dulu, Cha?" tanya mama Yonatan kepada Acha yang menunduk.

Acha mengernyit bingung dan mendongakkan kepalanya menatap mama Yonatan yang menatap Acha juga. "Mmm.. Bis-bisa, tante."

💥💥💥

Rio sudah sampai di rumah kosong yang dimaksud oleh Ify tadi. Dengan terbatuk karena tebalnya debu di penjuru ruangan, Rio melenggang masuk mencari keberadaan Shilla.

"Shillaaa...!!!" teriak Rio agar mengetahui keberadaan Shilla.

"Rio! Rio! Gue disini diruang belakang.." teriakan Shilla begitu menggema dirumah ini.

Hingga terlihatlah Shilla dan Agni yang sedang menyekap Cakka dengan tali dan penutup mata diruang belakang. Rio menghampiri mereka dan membuka penutup mata Cakka. Cakka langsung berontak ketika langsung melihat Rio dihadapannya.

"Lepasin gue, brengsek..!!!" teriak Cakka.

Rio hanya tersenyum tulus mendengar teriakan Cakka, tak ada kilatan amarah atau apapun.

"Lepasin gue!!!" Cakka terus berteriak sambil berusaha melepaskan ikatannya dengan menggerakan tangan dan kakinya.

Rio menepuk bahu Cakka dan berjongkok didepan Cakka dengan kepala yang menunduk.

"Kka..." lirih Rio, sangat lirih.

Agni dan Shilla kaget ketika melihat sudut mata Rio yang mengeluarkan setitik air mata.

"Hehe.. Gue cengeng ya, Kka." kekeh Rio dengan suara serak dan berusaha menghapus air matanya yang kini mulai mengalir. Cakka juga kaget melihat Rio menangis seperti ini, tetapi dirinya malu untuk mengakui hal itu. Cakka malah membuang muka untuk tidak menatap Rio.

Dengan pelan Rio melepaskan ikatan pada Cakka. Cakka langsung menggerakkan tangan dan kakinya yang memerah karena terlalu kencang dan lama ikatan tersebut.

"Maafin gue, Kka." ucap Rio lagi. Cakka hanya diam saja menunggu Rio yang akan mengatakan hal lain lagi.

Rio menghela nafasnya berat dan menatap Cakka yang sedang menatap nya juga.

"Maafin gue karena gue berubah setelah pacaran sama Ify. Maafin gue karena lo nggak ada teman lagi setelah itu. Maafin gue yang selalu sibuk pacaran sama Ify. Maafin gue yang egois dan nggak peka kalau ternyata lo suka sama Ify. Gue nyesal udah nolak ajakan lo untuk ngobrol kayak biasa sebelum gue punya Ify."

Agni dan Shilla saling berpandangan setelah mendengar penuturan Rio. Kenapa malah Rio yang merasa bersalah, bukannya Cakka.

"Gue tau, kalau sebenarnya lo udah relain perasaan lo untuk ngelupain Ify buat gue. Tapi gue yang bodoh, karena setelah itu gue malah nggak ada waktu buat lo. Gue tau, lo marah karena nggak punya waktu sama kita lagi karena Alvin dan Gabriel sibuk sama pacar mereka dan gue juga. Gue nyesel, Kka. Gue nyesel udah berlaku egois kayak gini sampai gue nggak bisa meredam amarah lo. Maafin gue, Kka. Dan mafin gue karena nggak ada disamping lo saat orang tua lo bertengkar dan berpisah saat itu." tutur Rio panjang lebar.

Other SideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang