35

3.5K 181 20
                                    

Ify menangis tersedu sambil menyenderkan kepalanya dibahu Rio, menyaksikan pemakaman Yonatan yang hanya disaksikan oleh keluarga besar dan beberapa teman dekat Yonatan. Sambil membenarkan letak kaca mata hitamnya, Rio mengusap bahu kekasihnya yang sedari tadi mengeluarkan air matanya karena baru saja ditinggal oleh teman dekatnya.

Sampai akhirnya Ify melemas ketika secara sempurna Yonatan telah dikubur diatas gundukan tanah merah. Kesadaran Ify mulai melemah, Ify tidak menyangka jika Yonatan akan secepat ini meninggalkannya. Jika tidak ada Rio mungkin Ify sudah ambruk saat ini juga.

"Ify, tante pulang dulu ya? Kamu harus kuat, ini sudah jadi takdir Tuhan." pamit mama Yonatan kepada Ify yang masih menaburkan bunga mawar diatas kuburan Yonatan. Ify hanya mengangguk saja dan kemudian kedua orang tua Yonatan pergi meninggalkan area pemakaman.

Meski tak terlihat jelas, Ify yakin kedua orang tua Yonatan merasa terpukul atas kematian anak semata wayangnya itu. Tetapi mereka pandai menyembunyikan kesedihan mereka agar tak terlihat lemah didepan orang lain.

"Ayuk pulang, Fy. Kita jenguk Alvin kerumah sakit." ajak Rio pada Ify yang menatap kosong kuburan Yonatan.

"Kamu duluan aja, aku nyusul." dengan suara serak Ify menolak ajakan Rio.

"Enggak, sayang. Yuk." ucap Rio.

"Tapi aku mau nemenin Yonatan dulu, Io."

"Sayang, Yonatan udah tenang dialam sana. Tapi, dia bakal sedih kalau liat kamu sedih kayak gini. Mending kita doakan Yonatan, jangan nangisin terus. Kita kerumah sakit, ya?"

Rio menuntun Ify menuju mobilnya. Rio juga merasakan kesedihan yang mendalam melihat Ify seperti ini. Tetapi Rio harus kuat untuk menghibur Ify agar bisa ceria lagi. Setelah sampai dimobilnya, Rio membantu Ify masuk kedalam. Setelah itu, Rio langsung melajukan mobilnya kerumah sakit tempat Alvin dirawat.

Sampai dirumah sakit, terlihat Gabriel dan Via sedang menjaga Alvin didepan ruangannya.

"Alvin, gimana?" tanya Rio pada Gabriel dan Via.

"Alvin cukup baik, tapi dia harus dirawat jalan." jawab Gabriel.

"Yonatan, udah dikubur?" tanya Via kemudian.

"Iya udah, Via." jawab Ify yang sedari tadi hanya diam.

"Maafin gue ya, nggak bisa nemenin lo." ucap Via dengan nada penuh sesal.

"Nggak papa, Vi. Yonatan pasti ngerti kok." Ify berusaha tersenyum meski matanya masih memerah.

"Btw, siapa yang nabrak Alvin?" tanya Rio yang membuat Via tegang seketika.

"Vi?" Gabriel menyenggol bahu Via.

"Mmm... Mama gue.." lirih Via.

Ify langsung melotot begitu mendengar jawaban Via. "Terus mama lo, gimana?"

"Mama- hiks.. Mama juga lagi dirawat, Fy.. Hiks.." jawab Via yang mulai terisak.

Gabriel langsung membawa Via kedalam rengkuhannya dan menenangkan Via yang menangis.

"Lo kenapa nggak jaga mama lo aja, Vi? Biar gue aja yang jaga Alvin." ucap Gabriel sembari mengusap bahu Via.

"Gue, gue takut kalian marah ke gue." ucap Via sambil menegakkan tubuhnya dan mengusap air matanya.

"Vi, ini kecelakaan. Lagipun, yang nabrak mama lo bukan elo. Kenapa kita marah ke elo?" ucap Rio bijak.

"Iya mending lo ke ruang inap mama lo. Yuk, gue anterin." ucap Ify mengulurkan tangannya pada Via.

Via menyambut uluran tangan Ify dan mulai berdiri. Via memeluk Ify sekilas dan mulai melangkahkan kakinya bersama Ify menuju ruang rawat mamamya.

Tinggallah Rio dan Gabriel didepan ruang inap Alvin. Rio menggeser duduknya disamping Gabriel dan mulai menopang kepalanya dengan tangannya.

Other SideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang