Macet.
Sudah 2 jam lebih kendaraan diam ditempat. Tidak ada tanda-tanda akan melajunya kendaraan. Itu pengecualian untuk Ollin. Karena dengan mudahnya Ollin menyalip kendaraan yang diam. Tepat di jln. Tengku Umar, sepeda Ollin tidak bisa bergerak lagi. Dilihatnya ada ke kerumunan orang yang sedang ramai melihat kejadian yang baru saja terjadi."Ada apa pak? Kok rame gitu di depan?", tanya Ollin pada pengendara motor disampingnya.
"Itu mbak, ada anak SMA yang dimarahi ibu ibu. Kasihan tuh anak mbak. Udah luka luka, kena semprot pula. Padahal dia gak salah mbak", sahut pengendara motor lainnya.
"Ah, palingan tu anak ugal ugalan bawa motornya pak. Makanya menyerempet ibu itu", kata Ollin.
"Ngak mbak, lah wong ibunya yang nyerempet tuh anak. Malah anak itu yang bantu berdiri-in motornya. Eh, dia malah ngomel gak jelas ", pengendara lain menimpali.
"Oh gitu, coba saya liat dulu pak. Kali aja itu tetangga saya", kata Ollin.
Ollin berjalan kearah kerumunan orang. Penuh, sesak, dan ramai adalah gambaran keadaan saat ini. Semua orang hanya menjadi penonton atas insiden itu. Ollin menggeleng. Ternyata tahun 2017 masih ada orang yang acuh terhadap keadaan sekitar. Sayup sayup Ollin mendengar pertengkaran antara ibu-ibu dan anak SMA tersebut.
Anak SMA :
"Sekali lagi saya minta maaf bu. Mungkin saya yang salah"Si Ibu :
"Ya jelas lah, kamu itu kalau bawa motor yang bener!. Jangan melamun di jalan. Untung nyawa saya selamat. Kalau gak, udah di tahan kamu di kantor polisi!"Anak SMA :
"Tapi kan saya gak salah bu. Tadi itu sudah lampu hijau. Ya saya jalan . Eh ibu malah nyelonong. Untung saya rem"Si Ibu :
"Alah, udah gak usah nyari alasan! Salah ya tetep salah! Apa kamu gak pernah diajari cara bicara yang sopan? Masak dikasih tahu malah jawab terus"Ollin berkacak pinggang. Masih ada orang yang malu mengakui kesalahannya. Dua jempol ke bawah untuk orang seperti itu. Saat Ollin membalikkan badan, satu hal yang Ollin sadari bahwa anak SMA tersebut adalah Rendra, muridnya, si pengacau hari.
"Aduh maaf bu. Dia adik saya, jadi jangan diperpanjang lagi ya masalahnya. Saya denger dari orang orang kalau ibu yang menerobos lampu merah. Jadi ibu mengerti kan yang saya maksud", kata Ollin.
"Yah, gak bisa gitu dong mbak! Adik mbak itu yang gak punya mata! Ugal-ugalan bawa motornya", sewot si ibu.
"Tapi saya lihat, ibu baik baik aja tuh. Malah adik saya yang lecet. Gimana kalau kita ke kantor polisi saja?", ucap Ollin berapi-api.
Hening
Si ibu nampak berfikir.
"Ya udahlah mbak, gak usah bawa bawa polisi. Saya maafkan adik mbak", ucap si ibu sambil menghidupkan motornya.
"Cih, ngaku salah aja gengsi. Bikin naik darah ", kata Ollin dalam hati.
Lihatlah betapa mirisnya keadaan Rendra. Celana yang robek dan seragam yang kotor, parahnya lagi tangan dan kakinya lecet. Ollin ingin memarahi, tapi untuk apa, karna Rendralah yang menjadi korban.
"Kamu masih kuat kan bawa motornya? Kos mbak di gang itu. Ayo ikut mbak, mbak obati dulu lukamu", ucap Ollin sambil menunjuk ke sebuah gang.
"Sebentar tan, gue telfon abang dulu", ucap Rendra.
※※※
"Maaf ya, kos mbak kecil, dan panas. Hehehe, maklumlah disini cuman ada kipas angin", kata Ollin sambil tersenyum.
"Ya tan gak papa", jawab Rendra.
"Sini tangannya mbak obati, takut infeksi", ucap Ollin.
Flasback on
Rendra merasa senang dapat mengganggu dan mengusili mentornya. Rasanya mengganggu Ollin menjadi kewajiban yang harus Rendra lakukan di tempat les. Apalagi saat melihat Ollin blushing. Rendra merasa bahagia jika menjadi penyebab blushing-nya wajah Ollin. Apalagi kejadian barusan, saat Rendra mengecup tangan Ollin. Hatinya merasa senang. Berkali kali, Rendra meraba bibirnya. Mengingat kelembutan tangan Ollin.
Chiiiiiit, bruk
Rendra hilang keseimbangan. Rendra terjatuh karena mengerem mendadak.
Flasback off
"Ren, Rendra? Kamu kenapa? Kenapa senyum senyum sendiri? Kepalamu sakit?", tanya Ollin berturut turut.
"Hah?"
"Oh iya. Aduh kepala gue sakit ni", ucap Rendra pura pura.Ollin mendekat dan langsung memeriksa kepala Rendra. Disentuhnya perlahan, takut ada yang terluka.
"Hm, Ren kayaknya gak ada yang luka tuh. Mbak dah periksa, gak ada yang berdarah nih", ucap Ollin sambil menyisir rambut Rendra dengan jarinya.
Rendra diam. Nafasnya memburu. Rendra bingung. Apakah Ollin tak sadar bahwa mereka sedekat ini. Bahkan tubuh mereka menempel satu sam lain. Rendra dapat mencium wangi Ollin, perpaduan antara jasmine dan lavender.
"Tan, can i kiss you?", ucap Rendra serak.
Yang ditanya hanya diam. Karna tak ada sahutan. Rendra memberanikan diri menarik tengkuk Ollin.
Ollin malah memejamkan mata. Seakan mengiyakan kemauan Rendra.Cup
Akhirnya ciuman itu tak terelakkan lagi. Mereka menikmatinya. Hingga sebuah suara menyadarkan keduanya.
Kring...
"..."
"Oke bang. Gue keluar dulu"
Tut tut tut
"Maaf tan gue harus pulang. Abang gue dah di depan. Gue titip motor ya" kata Rendra.
Hening
Rendra maju dan membelai wajah Ollin. Cup, satu ciuman singkat mendarat di bibir Ollin.
"You are mine", bisik Rendra
![](https://img.wattpad.com/cover/109227983-288-k688486.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
He is my student
RomanceDia siswa yang menyebalkan menurutku. Tapi nilai plusnya, dia tampan dan berkharisma. Semua orang membicarakannya. Dari kalangan guru, pengurus kantin, bahkan sesama siswa dan siswi membicarakannya. Bagiku, siswa seperti dia harus dibasmi layaknya...