Ollin berlari meninggalkan Andra. Pikirannya kalut. Yang harus Ollin lakukan saat ini ialah mencari keberadaan Rendra. Hanya Rendralah yang bisa menjernihkan kekalutan itu.Semua sudut di ruangan pesta sudah diperiksa nya, tapi nihil. Rendra seakan hilang di telan bumi. Akhirnya Ollin memutuskan kembali ke dalam kamar. Di dalam lift, dia termenung. Memikirkan ulang tindakannya. Benarkah jalan yang dipilih? Atau dia akan menyesal telah memilih jalan yang salah.
Akhirnya pintu lift terbuka. Dia berjalan menuju ke kamarnya. Ketika pintu kamar terbuka.Ollin mengernyit saat melihat tampilan kacau Rendra. Jas mahalnya tergeletak di lantai. Kemejanya entah hilang dilempar kemana. Dari jarak jauh terlihat dada bidang dan perut kotak kotaknya. Tapi dari pemandangan itu ada yang salah.Rokok.
Rendra menghisap rokoknya dengan tenang. Seakan semua beban telah hilang dalam pundaknya. Ollin mendekat dan langsung merampas rokok itu. Diambilnya dan langsung dibuang di tong sampah."Apa yang kamu lakukan miss jhonson? Kenapa kamu ada disini? Seharusnya kamu bersenang senang di luar sana!", kata Rendra sinis.
"Apa maksudmu?", tanya Ollin bingung.
"Sudahlah tak usah mengelak lagi. Teganya kau memanfaatkanku hanya untuk mendekati kakakku?", ucap Rendra.
"Kau salah paham, aku tak ada hubungan apa apa dengan kakakmu!", ucap Ollin.
"Lalu pelukan itu apa?!!. Apa salahku Ollin? Belum cukup perhatian dan cinta yang aku beri?", kata Rendra.
"Kau mencintaiku? Mulai kapan?",tanya Ollin tak percaya.
"Jangan mengalihkan pembicaraan brengsek!. Kau memyakitiku. Memporak porandakan perasaanku! Salahku apa?", tuntut Rendra.
Ollin senang ternyata cinta itu juga tumbuh di hati Rendra. Tapi yang lebih menyakitkan. Rendra lebih percaya akan apa yang dia lihat daripada apa yang seharusnya dia dengar. Ollin berlari memeluk Rendra. Memeluknya dari belakang dan membisikkan ungkapan hatinya.
"Tenangkan dirimu Ren, ketahuilah kalau aku juga mencintaimu", ucap Ollin terisak.
Hening.
Keduanya membeku. Keduanya diam. Tak ingin memulai perdebatan lagi. Rendra dapat merasakan tetesan air mata yang jatuh di pundaknya. Rendra menyesali semuanya, kenapa dia harus hilang kontrol. Kenapa dia harus marah dan memaki Ollin.
"Sadarlah Rendra, apa yang kamu lihat belum tentu itu benar. Seharusnya kamu tanyakan baik baik", gumam Rendra dalam hati.
Rendra menghela nafas. Dia menarik tangan Ollin. Ditariknya dagu Ollin agar dia melihatnya.
"Benarkah apa yang kamu katakan barusan?. Aku ingin mendengarnya sekali lagi", pinta Rendra.
"Aku. Aku mencintaimu Ren. Perasaan itu muncul begitu saja", ucap Ollin lirih.
Rendra menarik tengkuk Ollin dan mencium bibirnya. Bibir ranum yang selalu menjadi candunya. Ciuman itu lembut dan semakin dalam. Nafas Ollin terengah, dia menghentikan ciuman itu sepihak. Karna oksigen di tubuhnya menipis. Melihat hal itu Rendra tersenyum.
"I want you. Bolehkah aku meminta lebih?", ucap Rendra parau.
Ollin mengangguk dan langsung mengalungkan tangannya ke leher Rendra. Rendra menggendong Ollin ke tempat tidur. Direbahkannya tubuh Ollin diatas ranjang. Sekali lagi Rendra mencium Ollin. Melumat dan menghisapnya. Tangan Rendra tak tinggal diam. Tangannya terus bergerilya menyentuh titik sensitif di tubuh Lilin.
"Ehhhhhh, ren, i want you too", kata Ollin serak.
"Yes baby. Aku akan memberi pembuka dulu untukmu", jawab Rendra parau.
Ciuman Rendra turun ke leher hingga payudara Ollin. Ciuman yang didasari oleh cinta dan gairah.
"Please ren, aku ingin kamu memasukiku. Ahhhhhh"
Rendra semakin menyeringai melihat keputus asaan Ollin. Tangannya semakin aktif membelai kewanitaan Ollin.
"Mungkin akan terasa sakit karna ini yang pertama untukmu. Tapi Aku janji akan pelan pelan", kata Rendra.
"Baiklah ren, tapi janji setelah ini kamu gak akan ninggalin aku", pinta Ollin.
"Shst, aku berjanji", ucap Rendra pasti.
Rendra membuka semua pakaian yang melekat pada tubuh Ollin. Tubuh polos yang terpampang jelas di depan Rendra. Membuatnya semakin ingin menyatukan diri dengan Ollin.
Rendra semakin menggencarkan aksinya dari meraba menjilat hingga menghisap setiap inci tubuh polos Ollin. Hingga semuanya terjadi begitu saja. Tanpa perintah atau paksaan dari pihak lain. Semuanya terjadi karena adanya cinta.
KAMU SEDANG MEMBACA
He is my student
RomantizmDia siswa yang menyebalkan menurutku. Tapi nilai plusnya, dia tampan dan berkharisma. Semua orang membicarakannya. Dari kalangan guru, pengurus kantin, bahkan sesama siswa dan siswi membicarakannya. Bagiku, siswa seperti dia harus dibasmi layaknya...