34. briefly

567 25 2
                                    

Sudah dua hari Rendra tidak menghubungi Ollin, dan Ollin tidak memikirkan apapun. Selain bagaimana cara mengatakan kalau Ollin akan meninggalkannya, sekali lagi akan meninggalkannya. Berusaha untuk benar benar mengubur cinta yang begitu dalam. Apakah Ollin akan bisa, atau akan tersesat semakin jauh ke dalam cinta itu. Sekali lagi Ollin menghembuskan nafasnya dengan gusar,bingung, dan tak mengerti dengan keinginan hatinya.

Ollin mengalihkan pandangan kosongnya kepada anaknya, buah cintanya yang semakin besar. Yang tumbuh tanpa cinta kasih ayahnya, yang tumbuh oleh cinta orang lain. Disaat Ollin dalam keadaan susah, hanya Rendy dan keluarganya yang membantunya. Yang mendukungnya, me_suport nya, dan melindunginya. Dimana rasa berterima kasih Ollin, jika ia sampai mengingkari janjinya 4 tahun silam.

Hufttt..., Sekali lagi Ollin mendesah kecewa.

"Bunda, Asyraf bosan, boleh Asyraf keluar dari villa?", Tanya bocah kecil polos

"Sayang, sini peluk bunda"

"Ih bunda, kok malah minta peluk sih!", Sungut Asyraf ngambek

"Anak bunda ngambek ya, bunda hanya ingin peluk kamu sayang. Ingin lihat wajahmu sayang, karena wajahmu sangatlah mirip  dengan ayahmu", kata Ollin sambil menangis.

"Jangan menangis bunda, maafin Asyraf ya kalau bunda sedih karena gak mau dipeluk. Sini bunda Asyraf peluk", kata Asyraf sambil memeluk bundanya.

Tangan kecil itu menghapus air mata Ollin yang jatuh, dan mencium Ollin sambil tersenyum.

"Bunda jangan sedih lagi ya, Asyraf janji. Suatu saat nanti, Asyraf akan menjaga bunda dan akan melindungi bunda", kata Asyraf polos.

"Makasih sayang, kamu memang mirip sekali dengan ayahmu. Bunda jadi kangen ayahmu", kata Ollin sambil menyeka air matanya.

"Kalau gitu, ayo kita keluar bunda. Gak usah bilang siapa2. Gak usah bilang sama nenek atau pun papa", kata Asyraf polos.

"Anak nakal, siapa yang mengajari hal jelek seperti itu?", kata Ollin sambil mencubit lalu mencium gemas pipi anaknya

"Ya bundalah, heheheh", jawab Asyraf lugu.

"Dan semua yang kamu lakukan sangatlah mirip dengan ayahmu nak, tingkahku, senyummu, lesung pipimu sangatlah identik dengan Rendra. Dan semakin besar pula cinta bunda untuk ayahmu", lirih Ollin dalam hati.

°°°°

Satu jam kemudian Ollin telah siap untuk keluar dari Villa. Dengan menggunakan  dress putih selutut dan polesan make up yang tipis, membuat Ollin semakin cantik dan anggun.

Ollin memegang tangan Asyraf dan berjalan keluar dari villa, Ia memasuki taksi yang sebelumnya telah ia pesan.

"Mau menuju kemana mbak?,", Tanya supir taksi.

"Ke ramayana malang pak", jawab Ollin.

"Baik mbak"

Ollin memainkan hp nya, berkali kali ingin menelfon Rendra, tapi keinginan itu ia batalkan. Lagi lagi Ia mendesah kecewa. Perjalanan selama 20 menit terlewati dengan cepat, Ollin hanya melihat Asyraf yang sedang sibuk melihat keadaan diluar taksi.

"Terima kasih pak, ini uangnya", kata Ollin menyodorkan uang.

"Sama2 mbak, ini uang kembaliannya", kata pak supir.

"Ambil saja pak, Asyraf ayo sayang, kita sudah sampai", kata Ollin sambil memegangi tangan anaknya keluar dari taksi.

"Terima kasih mbak", kata supir taksi.

Ollin berjalan di belakang Asyraf, anaknya itu sangat senang jika di bawa ketempat perbelanjaan, terutama yang terdapat Timezone nya, Asyraf akan lupa waktu jika sudah bermain di semua wahana yang ada di dalam zone 2000.

Setelah membeli makan di KFC , Ollin dan Asyraf bergegas untuk menuju zona permainan tersebut. Menaiki eskalator dan berjalan menuju zone tersebut sangatlah cepat karena jarak dari KFC dengan zone dapat ditempuh hitungan menit.

"Bun, Asyraf mau ke wahana itu ya",pinta Asyraf.

"Iya sayang ayo, hari ini kamu bebas bermain sepuasnya"

"Yeayyy, makasih bunda. Asyraf sayang banget sama bunda", kata Asyraf sambil berlari menuju wahana favoritnya.

Ollin hanya tersenyum dan menuju tempat duduk, yang biasa ia tempati saat menemani Asyraf bermain di Timezone.

Sudah 45 menit, dan Ollin masih setia menunggu dan melihat anaknya bermain, hingga sebuah tangan memegang pundaknya dari belakang.

"Hai, kenapa tidak bilang kalau ada disini?",

Ollin membeku, sentuhan itu, bau parfum itu, dan suara khas itu, adalah milik Rendra, kekasih yang ia cintai.

"Hm, aku hanya mengantar Asyraf bermain saja. Ini semua tidak direncanakan", kata Ollin gugup.

"Tidak apa2, tadi aku surfei dan mengecek beberapa tempat yang akan di renovasi di tempat ini, dan tanpa sengaja melihatmu,", kata Rendra sambil duduk di samping Ollin.

"Benarkah?", Tanya Ollin

"Iya", jawab Rendra sambil tersenyum memperlihatkan gigi gingsulnya.
"Iya, aku tahu kamu ada di sini, karena aku meminta orang lain untuk melihatmu dan mengawasimu. Karena aku tidak ingin melihatmu sedih, dan merasa jauh dariku", lanjut Rendra dalam hati.

"Um, bagaimana kabarmu Ren?", Tanya Ollin.

"Kabarku selalu baik, kamu sendiri bagaimana?",tanya Rendra balik.

"Sama, aku juga baik"

Hening,
Keduanya hanya diam, dan tidak melanjutkan percakapannya. Ollin sibuk dengan pikirannya sendiri, dan Rendra sibuk melihat Ollin.

Hingga sebuah suara memecah keheningan diantara keduanya.

"Bundaaa,Asyraf mau main ke wahana yang lain boleh?", Teriak Asyraf.

"Boleh sayang, tapi hati2 ya", jawab Ollin lembut.

"Anak itu sangat mirip denganmu, sifatnya, senyumnya, wajahnya, semua mirip kamu. Kadang aku merasa iri, aku yang mengandungnya, aku yang melahirkannya, malah semuanya mirip kamu", kata Ollin sambil tersenyum.

"Mungkin karena rasa cintamu yang begitu besar terhadapku, yang membuat semuanya mirip aku", kata Rendra teduh.

"Sungguh tidak adil", kata Ollin pura2 marah.

"Hei lihatlah, ada sebagian yang mirip kamu", kata Rendra mencoba menghibur kekasihnya.

"Benarkah? Apanya", tanya Ollin antusias.

"Bibirnya, bibirnya yang mirip kamu", kata Rendra sambil mendekat dan mengecup bibir Ollin.

Ollin terpaku dan langsung menunduk. Pipinya merona dan ia malu.

"Hei, lihat aku", kata Rendra sambil memegang wajah Ollin dan kembali mengecup bibirnya.

"Jangan begitu Ren, nanti kalau terekang cctv dan ada yang melihat bagaimana?", Tanya Ollin sambil meremas remas ujung gaunnya.

"Tenang saja, semuanya akan aman, karena aku bos di supermarket ini", jawab Rendra sambil sekali lagi mencium dan memperdalam ciumannya.

He is my studentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang