33. quandary

571 29 2
                                    

"Bunda, Asyraf bingung"

"Bingung kenapa sayang?"

"kenapa papa ada dua Bun? Padahal setahu Asyraf papa kan cuma ada satu. Apa papa dibelah menjadi dua bun? Makanya papa bertambah satu. Tapi kalau memang papa dibelah menjadi dua. Kenapa tidak panjang sebelah bun?"

"Hahaha, duh anak bunda ini, sini peluk bunda dulu"

"Ih bunda main peluk peluk saja, Asyraf malu bun, Asyraf sudah besar!"

"Hehehe, anak bunda marah nih. Padahal bunda kan kangen. Masak gak boleh peluk sih"

"Oke, tapi jawab dulu bun, kenapa papa ada dua?"

"Hm, papamu kembar sayang, papamu punya saudara yang wajahnya mirip papa"

"Trus, Asyraf panggil apa ke saudaranya papa?"

"Panggil ayah sayang".

"Oke bun. Bun, lihat siapa yang datang,..... Itu papa atau ayah bun?", Tanya Asyraf

"Itu papa sayang, sana Asyraf main dulu. Mainnya sama pak de Juki saja ya", kata Ollin sambil membelai rambut anaknya.

Ollin tersenyum melihat perkembangan anaknya, anak yang ia pertaruhkan dengan mengalah untuk menjauh dari orang yang ia cintai. Terkadang tanpa Ollin sadari, air matanya sering menetes jika mengingat masa2 sulit tersebut.

Dilain pihak, berdiri seorang Rendy yang tak ingin mengalah untuk mendapatkan cinta dari seorang Ollin, menurutnya penantian selama 4 tahun, bukanlah waktu yang singkat, Karena Rendy yakin, bahwa dirinya yang pantas untuk membuat Ollin bahagia.

"Apa tidurmu nyenyak semalam?", Tanya Rendy.

"Entahlah Ren, saat bersama Asyraf, aku selalu baik baik saja. Meskipun pikiranku entah berada di mana", jawab Ollin.

"Aku tahu itu berat, tapi janji tetaplah janji, harus ditepati bagaimanapun keadaannya", kata Rendy tegas.

"Aku tahu, aku akan memenuhi janjiku", kata Ollin pasrah.

"Kamu tenang saja, wajahku dan wajahnya sama. Tak akan masalah tentunya. Aku yakin, kamu dan Asyraf akan mudah untuk menerimaku", ujar Rendy percaya diri.

"Ya kamu benar Ren, akan lebih mudah karena wajah kalian sama. Meskipun sentuhan dan rasamu pasti akan jelas berbeda",  lanjut Ollin dalam hati.

"Aku tahu, kamu memang wanita baik yang selalu menepati janji, persiapkan dirimu dari sekarang, lupakan masalalumu. Lihat aku, yang akan menjadi masa depanmu. Aku mencintaimu, Cup, aku pergi dulu, masih banyak yang harus aku persiapkan untuk acara tunanngan kita, kata Rendy sambil mencium pipi Ollin dan berlalu pergi.

"Bagaimana aku akan melupakan mu Rendra, jika orang yang akan aku nikahi, memiliki wajah yang persis dan sama denganmu" , kata Ollin lirih.

Kring...
(Bunyi hp, ada panggilan masuk)

"Hallo, iya ini dengan siapa?",

"Ini aku sayang, Rendra, apa kita bisa bertemu"

" Ada apa Ren? Aku sibuk hari ini, mungkin lain hari saja ya"

"Aku ingin bersama kalian, bersamamu dan Asyraf anak kita, bisakah itu menjadi alasan kenapa aku ingin bertemu kalian?"

"Aku tidak tahu Ren, kalau aku sempat aku akan menghubungi mu, tapi aku tidak janji"

"Aku mengerti, mungkin semua ini terlalu cepat untuk memulai dari awal, tapi melihatmu semalam, menciumku, aku yakin kalau rasa itu masih sama"

"Aku tutup telfonnya dulu ya, Asyraf memanggil ku"

" Baiklah, segera hubungi aku, jika kalian bisa"

"Iya"

Tut Tut...
(Panggilan suara yang putus)

Ollin menyeka air matanya, dia tidak sadar telah mengambil keputusan yang salah. Baginya kebagian Asyraf yang paling penting untuk saat ini, jika Ollin memaksa kembali bersama Rendra, apakah hidupnya akan baik2 saja, apakah kedua orang tua Rendra akan menerima mereka, atau penolakan untuk kedua kalinya.

"Maafkan aku Rendra, aku ingin memilihmu, tapi aku tak ingin Asyraf terluka karena penolakan kedua orang tuamu,", kata Ollin dalam hati

He is my studentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang