"Jadi, log 2 + log 4 = log (2x4). Bisa juga di kerjakan satu satu. Hasilnya sama saja. Yaitu 3. Uda paham semuanya?", tanya Ollin pada muridnya.
"Paham mbak!"
"Yah, paham mbak"
"Oke mbak"
"Absolutely, paham mbak"
"Gak paham tan. Penjelasan tante terlalu formal. Gak keren. Coba bahasanya lebih gaul lagi", celetuk Rendra.
Ollin tersentak, senyuman kebanggaan tiba tiba luntur saat suara Rendra menyeruak. Bukannya beberapa bulan ini Rendra selalu mengikuti penjelasan Ollin dengan adem ayem. Hari ini ada yang berbeda dengan Rendra. Seperti terkena sengatan listrik itu ungkapan yang tepat untuk Rendra. Lihatlah tampang bingungnya. Seakan hanya Rendralah murid yang paling tidak paham akan penjelasan Ollin.
"Shit! Bocah itu berulah lagi!", ucap Ollin spontan.
Ollin merutuki ketidak berdayaannya. Hanya senyum yang dipaksakan untuk menenangkan amarahnya. Ollin berjalan, mendekat ke arah bangku Rendra. Tangan Ollin terangkat, dan mengelus rambut Rendra.
"Maaf muridku tersayang, mbak belum bisa pake bahasa loe gue-an. Jadi lain kali ya. Mbak janji. Tapi tidak disini. Oke?", ucap Ollin penuh percaya diri.
Rendra mengangguk dan mengiyakan semua ucapan Ollin. Seperti anak ayam yang mengikuti induknya. Itulah sikap yang ditunjukkan Rendra. Ada rasa yang menyelinap di hati Rendra. Perasaan yang sulit dijabarkan dengan kata kata. Hatinya menghangat mengingat Ollin menyentuhnya. Harus Rendra akui. Rendra menyukai sentuhan ini. Rendra menginginkannya lagi. "Amazing, i like it". Senyum menghiasi wajah Rendra.
Dilain pihak, ada senyum bangga yang ditunjukan Ollin. Skak mat, Akhirnya Ollin tahu cara mengatasi keusilan Rendra.
※※※
"Mbak rasa hari ini cukup. Kita lanjutkan di pertemuan berikutnya. Terima kasih untuk hari ini. Dan sampai jumpa".
"Kecuali dia si pengacau hari", lanjut Ollin dalam hati.
Semua siswa berjalan menghampiri Ollin. Semuanya berbaris untuk salim dan berpamitan kepada Ollin. Lega, itu kata yang dirasakan Ollin. Karna hari ini sudah selesai dilewatinya.
Ollin melepas ikatan rambutnya. Dibiarkan rambutnya terurai dan terkena hempasan angin.
Deg
Deg
Deg
Ollin kaget. Ollin melupakan mahluk lain yang masih berada seruangan dengan dirinya. Ollin tercekat. Dilihatnya mahluk ajaib di depannya. Bocah yang senyum-senyum sendiri sambil menyangga dagunya.
"A a-apa yang kamu lakukan disini? Ke-kenapa kamu belum pulang?", ucap Ollin terbata.
Cepat cepat Ollin membalikkan badan. Wajah Ollin memerah, karna menahan malu. Diambilnya buku untuk menutupi wajahnya. Hingga sebuah tepukan di bahu mengagetkannya. Dan spontan Ollin menjatuhkan buku di tangannya.
"Jangan ditutupi tan, gue suka lihat wajah blusing loe", ucap Rendra.
Ollin menunduk, berusaha menutupi wajahnya yang semakin memerah.
"Eh, uang siapa tuh?", celetuk Rendra.
"Mana?? Jangan jangan uangku tuh. Coba tak cek di saku", ucap Ollin seraya mencari cari uang disakunya.
Hahaha...., Rendra tertawa.
Ollin cemberut. Harga diri Ollin dilecehkan. Ollin diam dan merengut.
"Ya udah tan, gue pulang dulu". Diambilnya tangan Ollin dan cup diciumnya.
Ollin membeku. Ada desiran aneh di hatinya. Jantungnya berdetak sangat kencang.
"Tenang Ollin. Jangan gemetaran. Ingat dia hanya muridmu. Stop mikir yang aneh aneh".
KAMU SEDANG MEMBACA
He is my student
RomansaDia siswa yang menyebalkan menurutku. Tapi nilai plusnya, dia tampan dan berkharisma. Semua orang membicarakannya. Dari kalangan guru, pengurus kantin, bahkan sesama siswa dan siswi membicarakannya. Bagiku, siswa seperti dia harus dibasmi layaknya...