13. i miss you

2.5K 95 0
                                    

Besok tanggal 15. Tepat sebulan Ollin tidak pernah bertemu Rendra. Hari hari Ollin berjalan lancar. Tapi semuanya terasa hambar. Harus Ollin akui, dia merindukan muridnya. Si pengacau hari yang selalu membuatnya marah. Dibalik kemarahan itu, ada rasa tersembunyi. Rasa kagum akan ketampanannya. Kagum akan kejujurannya. Kagum akan jiwa penolongnya.

Berkali kali Ollin melihat aplikasi bbm dan ig nya. Berharap ada kabar dari dia. Sayangnya nihil. Mungkin dia masih fokus sama ujiannya. Tapi bukankah ujiannya selesai dua minggu yang lalu?. Atau jangan jangan dia sibuk memadu kasih dengan gadis itu?.
Kepala Ollin berdenyut membayangkan hal itu.

Ping
(Notif bbm)

My sweet boy :
"Tan pulang kerja gue jemput ya?"

Me :
"Gak usah aku bawa sepeda sendiri"

My sweet boy :
"Titip aja sepeda nya. Gue uda di depan".

Hampir saja Hp Ollin jatuh. Dia terlalu kaget dan syok saat Rendra bilang ada di tempat kerjanya. Hatinya menghangat kalau hari ini dia dapat menuntaskan rasa rindunya. Ollin berjalan keluar, dilihatnya ke kanan ke kiri, tapi tak ada motor Rendra. Cuih, lagi lagi dia berharap lebih.

Me :
"Dasar pembohong!!!!"

My sweet boy :
"Gue pas di depan loe tan. Gue pakek motor ninja hitam"

Ollin melihat ke depan. Disana ada seseorang yang duduk di motor ninja nya. Saat kaca helm dibuka, Ollin dapat melihat kalau itu Rendra. Tapi bukannya motor dia  berwarna merah?

Me :
"Oh. Oke. Tunggu 5 menit lagi"

Setelah menata rapi kelasnya. Ollin bersiap siap pulang. Dengan hati yang senang dilangkahkan kakinya menuju dia, orang yang Ollin rindukan.

"Maaf lama"

"Gak papa tan, ayo naik keburu macet di jalan".

"Hm Ren, mbak bingung. Menurutmu mbak bonceng cewek apa bonceng cowok?"

"Cowok aja tan, gue takut loe jatuh. Jangan lupa pegangan ya".

"Baiklah".

Hati Ollin semakin berdebar saat memeluk Rendra dari belakang. Bukan mencari kesempatan, tapi Ollin takut terjatuh. Rendra mengendarai motornya agak ngebut.

"Bangun sayang, kita sudah sampai"

"Hm, maaf aku ketiduran. Ngomong ngomong ini dimana?"

"Oh, ini di kawasan sanur. Malam ini kita akan menginap di hotel harrad", kata Rendra santai.

"Ngapain nginep disini? Kamu gak berniat mau menjual mbak ke om om hidung belang kan? Jangan jangan kamu dendam karna mbak sering marahin saat les dulu", ucap Ollin panik.

"Hahaha...."
"Jangan ngaco deh, acaranya besok malam disini. Ini hotel keluarga gue. Loe tenang aja", jawab Rendra

※※※

"Wah kamarnya luas banget. Ada ruang tamu nya, dapurnya. Benar benar ellit", kata Ollin senang.

"Gue yang udah nyiapin semuanya tan. Loe senang kan?", Kata Rendra bangga.

"Iya mbak suka. Tapi tunggu, kenapa kamu tiduran di sini?", tanya Ollin curiga.

"Kita sekamar tan, kamar lainnya sudah penuh. Hehehe", ucap Rendra menyeringai.

"Ah, kamu alasan. Sana cepet keluar. Gak enak kalau ada yang lihat. Entar kita dikira berbuat yang aneh aneh!", cerocos Ollin.

"Pikiran orang dewasa selalu mesum ya. Tenang saja tan, gue gak kira macem macem", bela Rendra.

※※※

Hari semakin sore. Matahari telah menenggelamkan sinarnya di arah barat. Malam ini adalah malam kedua mereka akan berbagi ranjang bersama. Hati mereka sama sama berdebar. Antara perasaan senang, was was dan takut menjadi satu.

"Apa kamu akan terus berdiri di situ sepanjang malam? Kemarilah...", kata Rendra santai.

"A a aku? Aku ingin minum. Sebaiknya aku ambil minum di dapur", kata Ollin terbata.

Sebelum Ollin melangkah, Rendra mengambil tangannya dan membimbing kearah tempat tidur. Rendra paham apa yang Ollin rasakan.

"Tenanglah, aku tidak akan menyakitimu. Aku berjanji akan menjagamu. Kamu percaya aku kan?", ucap Rendra memberi pengertian.

"Aku percaya kamu", cicit Ollin.

Jam menunjukkan pukul 3 dini hari. Tapi Rendra enggan untuk memejamkan mata. Dia sangat menikmati pemandangan di depannya. Ollin tidur dengan nyenyak, dia merasa nyaman dan tentram dengan posisi tidurnya yang seperti ini.

"Entah kamu sadari ataupun tidak, aku telah terjatuh begitu dalam pesona mu. Aku ingin tiap malam seperti ini, berada di dekatmu membuat aku sadar bahwa aku mencintaimu lin", gumam Rendra sambil membelai wajah Ollin.

Rendra tersentak ketika Ollin memegang tangannya dan menciumnya. Padahal Ollin dalam keadaan tidur.

"Mama, aku mencintainya ma. Tapi aku takut, karna dia adalah muridku", igau Ollin dalam tidurnya.

Mendengar hal tersebut, membuat Rendra menyunggingkan senyumnya. Setidaknya dia tahu, kalau cintanya selama ini tidak bertepuk sebelah tangan.

He is my studentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang