Chapter 11

3.8K 173 0
                                    


" Kenapa tidak memberitahu bunda Li?" Tanya bunda dengan raut muka kekecewaannya.

" Maafin Ali Bun, Ali bukan sengaja ingin menyembunyikan ini Bun...." Ucap Ali menunduk dihadapan bunda

" Tapi apa alasanmu sehingga kamu tidak memberitahu bunda?" Ucap bunda lembut

" Maafin Ali Bun, tapi alasan itu tidak akan aku katakan, tetapi setidaknya bunda sudah tau sekarang, maafin Ali Bun, Ali salah. Bunda jangan membenci Ali Bun." Ucap Ali menahan air mata.

Bunda pov

Rasa kecewa tentunya ada, sangat-sangat ada. Tapi aku tidak menemukan kebohongan Dimata Ali, dan ini pertama kalinya ia dengan seluruh rasa bersalah nya meminta maaf di depanku dengan menahan air mata demi anak dan istrinya. Tidak salah jika aku memakluminya, hanya saja tindakannya itu tidak benar.

Pov end'

" Hmmm, bunda maklum sama kamu nak, ini anak pertamamu, tapi kamu masih salah Li. Dan bunda ingin kesalahan itu kamu balas dengan menjaga istri dan anak mu baik-baik. " Jawab bunda dengan lembut.

" Iya bunda, makasih ya Bun. Maafin Ali Bun." Ucap Ali

" Iya nak, sama-sama. Yaudah sekarang kamu buatin bubur buat Prilly, kasian dia belum makan dari tadi pagi." Perintah bunda

" Iya Bun." Jawab Ali.

" Ayo nak, bunda bantuin bikin buburnya, biar lebih cepet" tawar bunda.

" Iya bunda, makasih Bun." Jawab Ali dan turun ke dapur bersama bunda.

########################

Prilly pov

Aku dimana sekarang, kayaknya aku kenal tempat ini, aku kenapa. Kok dingin ya?

" Kamu Udah sadar Prill, syukurlah." Ucap Ali yang berada di sampingku. Kupandangi wajahnya, tak pernah dia tersenyum semanis ini. Bahkan gula karamel pun kalah manisnya dengan senyum Ali.

" Kamu makan dulu ya, nih aku bawain bubur." Tawarnya , tumben sekali. Tapi.... Aku tidak boleh terlalu berharap banyak padanya, aku takut aku jatuh dan kembali merasakan sakit. Sebaiknya aku diam, aku takut sikap gulanya kembali jadi kopi pahit.

Pov end'

" Prill aaaakh.... Buka mulutnya" ucap Ali menyendok kan sesuap bubur ke mulut Prilly, tetapi Prilly justru meraih mangkok yang dipegang Ali.

" Lho kenapa? Biar aku yang suapin, kamu istirahat." Ucap Ali dan menjauhkan mangkok yang dipegangnya agar jauh dari jangkauan tangannya.

Lalu Prilly berusaha untuk duduk tegak dan meraih kembali mangkok bubur itu.

" Aku bisa sendiri." Jawab Prilly datar.

" Kenapa ? Biar aku yang suapin ya?" Tawar Ali

" Gak! Gak perlu, aku ingin sendiri, biar suatu saat nanti aku bisa hidup sendiri, karena cepat atau lambat aku akan mengalaminya." Jawab Prilly datar dengan memandang manik mata Ali dengan dalam

Ali melihat luka di dalam tatapan Prilly dengan jelas, hatinya kembali teriris melihat itu, luka yang sudah ia ukir didalam kehidupan Prilly.

" Yaudah..... Ini...... Makannya hati hati" ucap Ali sambil menyodorkan mangkuk bubur itu pada Prilly.

Prilly langsung memakan bubur itu dengan cepat, setelah habis ia pun ingin beranjak ke dapur membuat susu yang ia konsumsi sejak kehamilan nya.

" Ehh..e.. mau kemana?" Tanya Ali yang melihat Prilly bangun.

" Kamu mau apa, biar aku yang ambil ini, kamu belum sembuh" ucap Ali namun Prilly tetap ngotot beranjak turun tak mendengarnya sama sekali.

Mau tidak mau Ali mengikutinya dari belakang. Sesampai Prilly di lantai paling bawah, ia melihat bunda yang tersenyum kearahnya.

" Sayang, udah bangun nak? Kamu kok udah jalan-jalan aja sih. Istirahat yang banyak ily, kamu itu lagi berbadan dua, jangan lupa makan yang banyak, Sama istirahat yang cukup." Nasehat bunda.

" Bunda kok tau? Bunda tau darimana?" Tanya Prilly

" Tadi bunda kaget pas dokter periksa kamu, pas kamu pingsan. Dikasih tau sama dokternya." Jelas bunda

" Ooo, maafin ily ya bunda, seharusnya kabar ini harus ily yang kasih tau " sesal Prilly

" Gpp sayang, yang penting cucu sama mantu bunda sehat." Ucap bunda sambil menangkup pipi chubby' Prilly dengan lembut.

" Yaudah bunda, Prilly mau minum susu dulu ya di dapur." Ucap Prilly

" Iya sayang, nanti kalau susunya udah habis langsung tidur ya. Bunda mau ke atas dulu" kata bunda

" Iya Bun" jawab Prilly , dan langsung menuju dapur membuat susu.

Ali yang masih setia mengikuti Prilly pun duduk di kursi dapur memandangi Prilly membuat susu.

" Kamu tidur sama aku yah. Kamu belum sembuh." Ucap Ali pada prilly yang sedang meminum susunya.

" Gak perlu, aku Udah gpp" ucap Prilly flat

" kok gitu sih. Liat, bibir kamu masih pucat Prill." Tunjuk Ali pada bibir Prilly yang pucat.

" Buat apa aku harus tidur dikamar kamu? Kenapa sekarang kamu yang memohon aku untuk tidur bareng kamu?" Ucap Prilly yang masih setia dengan ucapan flatnya

" Karena kamu sakit Prill, keadaan kamu tuh lemah sekarang. Aku takut kamu..."

" Takut apa?.... Jadi aku harus sakit-sakitan dulu baru kamu Care sama aku? Ternyata kamu gak berubah Li" ucap Prilly tanpa memandang Ali

" Maafin aku Prill, bukan gitu maksud aku......aku tau aku salah." Ucap Ali

" Percuma Li, percuma! Kamu akan tetap nyakitin aku, bukan hanya aku tapi anak.... Aku juga.." ucap Prilly menunduk memandang perutnya dan mulai berlinang air mata.

" Anak kita Prill, itu anak aku juga.." ucap Ali sambil memegang bahu Prilly dan menatapnya dalam.

" Apa? Anak kita? Anak kamu? Ha? Haha... Siapa Li yang ngusir dia ketika dia ingin ayahnya tau kalau dia berada di rahim aku Li , siapa yang malah mengancam aku untuk diceraikan! Siapa Li?! Siapa yang tega menemui wanita lain dan melupakan istrinya bahkan sedang bertengkar dengan istrinya yang tengah hamil muda Li!? Siapa? Aku... Aku menyerah Li... Terserah apa yang ingin kamu lakukan sekarang, aku tidak perduli" Ucap Prilly memandang Ali dengan mata yang sudah basah karena air mata.

Prilly berlari pergi dengan membungkam mulutnya untuk meredam isakan tangisnya dan pergi meninggalkan Ali yang masih berdiri terpatung dengan ucapan Prilly.

(Revisi: 22 Juni 2019)

I'm (not) okayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang