A Charming Clerk

25K 662 2
                                    

Arjuna namanya, biasa dipanggil Juna, dia seorang pelayan minimarket dekat rumahku, sudah hampir setahun terakhir aku mengenalnya, dia orang yang cukup tampan bagi sebagian orang, tetapi untuk seorang pelayan minimarket bagiku dia sangat tampan, bahkan pernah terlintas dibenakku kalau aku ingin menjadi pacarnya. Selain itu juga orangnya baik hati, tidak sombong dan rajin menabung, aku tidak membual karena memang itu kenyataannya.

Dia baik padaku, selalu membayarkan kekurangan belanjaanku tiap kali aku berbelanja kesana dan selalu memberitahu jika ada promo menarik, khususnya jika itu promo minuman ringan, snack ringan dan mie instan kesukaanku. Dia juga tidak sombong, tetapi itu dikarenakan pekerjaannya yang mengharuskannya selalu tersenyum pada semua orang karena jika tidak mungkin surat pemecatan sudah melayang diwajahnya.

Dan yang terakhir dia juga rajin menabung. Sebagian uang gajinya disisihkan untuk ibu dan adiknya di kampung. Juna sendiri hanya lulusan SMA, ayahnya meninggal saat dia kelas tiga SMA dan sesudah lulus ia harus bekerja, karena ibunya tidak mempunyai biaya untuk kuliah. Namun suatu saat jika uang tabungannya sudah cukup ia akan melanjutkan sekolah ke Universitas, kapankah itu? Pastinya setelah uang tabungannya cukup.

Juna mengontrak disalah satu kontrakan yang tak begitu jauh dari tempatnya bekerja yang berarti tidak begitu jauh juga dari rumahku. Dia mengontrak bersama temannya yang juga bekerja di jakarta, di salah satu percetakan. Disini dia tidak mempunyai saudara, kadang ibunya datang tiga atau empat bulan sekali itupun tak lama karena tidak mau menyusahkan anaknya.

Hampir setiap hari sepulang sekolah aku mengunjungi minimarket tempat Juna bekerja, begitu juga kali ini." Selamat... eh kamu Sep." Juna menyapaku seperti kebiasaan pelayan minimarket lainnya.

" Kok nggak dilanjutin kalimatnya," dia memang selalu begitu setiap yang datang ternyata aku," selamat datang kakak, selamat berbelanja." ledekku menirukan kebiasaan pelayan di salah satu minimarket.

" Nggak usah kebanyakan gaya kamu," timpal Juna," oh ya, hari ini ada promo minuman kesukaan kamu, beli dua dapat satu," seperti kebiasaannya, jika ada promo dia selalu memberitahukanku walaupun terpampang jelas di etalase depan minimarket.

Aku berpikir sejenak." Gimana kalau kamu yang beli, bonusnya buat aku?" ucapku sedikit berharap Juna mau berbelas kasih karena uang sakuku hanya tinggal dua puluh ribu di dompet, itupun untuk membeli mie instan dan saus sambal.

" Kamu beli satu aku beli satu, bonusnya boleh kamu ambil" Juna mengulurkan tangannya," Deal?" meminta persetujuanku.

Tanpa pikir panjang." Deal." jawabku lantang. Segera saja aku mengambil minuman kesukaanku, minuman soda rasa lemon dan sarsaparila, tak lupa rasa jeruk kesukaan Juna. Lalu setelahnya aku mengambil dua bungkus mie instan beserta saus sambal, dengan cukup kesulitan aku membawa belanjaanku karena aku tidak membawa keranjang dan itu menyebabkan aku tak sengaja bertabrakan dengan Gina salah satu pramuniaga minimarket disini.

" Kan ada keranjang, kenapa mesti dibawa pakai tangan." kata Gina ketus karena hampir terjatuh setelah bertabrakan denganku. Sebelum aku bilang 'maaf' dia sudah berjalan sambil lalu begitu saja. Kalau saja dia bukan gebetan Juna, pasti aku sudah mengeluhkan hal ini pada supervisor saat itu juga.

Gina namanya, dia juga seorang pelayan minimarket dekat rumahku, sudah hampir enam bulan aku mengenalnya, dia orang yang cukup cantik bagi sebagian orang, tetapi tidak bagiku karena biarpun wajahnya bak pemain sinetron namun sifatnya cukup judes untuk ukuran seorang pelayan, bahkan kalau saja wajahnya tidak secantik itu mungkin dia sudah dipecat dari beberapa bulan yang lalu.

Sayangnya aku tidak bisa marah dengannya karena Juna sangat menyukainya sejak ia bekerja disini. Tetapi aku salut dengan Juna, dia masih gigih mengejar Gina walaupun sepertinya Gina tidak begitu menyukai Juna, entahlah padahal menurutku mereka pasangan yang serasi asalkan saja Gina mengubah wajah judesnya menjadi sebuah senyuman manis.

" Kenapa cemberut," tanya Juna curiga ketika aku menaruh belanjaanku di kasir dengan kasar," kan aku udah kasih bonusnya."

Dengan terpaksa aku tersenyum." Nggak apa-apa lagi banyak pikiran aja." setengah benar setangah bohong dan Juna segera menghitung belanjaanku.

" Setelah dipotong minumanku semuanya enam belas ribu," aku langsung memberikan uang dua puluh ribu pada Juna," Ngomong-ngomong sekarang kan baru jam setengah satu," kata Juna tercengang setelah melihat jam," bukannya kamu harusnya sampai rumah sekitar jam tiga, jangan-jangan kamu bolos lagi." tebak Juna sekaligus menuduh.

" Bukan urusan kamu." jawabku singkat selagi mengambil kembalian dan langsung pergi dari minimarket menuju rumahku yang jaraknya tak sampai satu kilometer sambil meneguk minuman kesukaanku ditengah teriknya matahari siang hari ini.

l UJpc

Too Young to be MomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang