Kecerobohan

6.3K 264 0
                                    

Sepanjang malam ini aku sibuk membayangkan masa depanku juga bayi yang sedang aku kandung, dan wajah kak Raisa juga selalu terbayang, khususnya ketika ia tahu aku hamil, wajah marah dan geramnya seperti terus membuntutiku. Tapi yang paling aku takutkan bukan kemarahannya namun kekecewaannya mempunyai adik seperti aku.

Dan pagi ini saking kantuknya karena semalam tak bisa tidur dengan pulas, aku malas beranjak bangun dari tempat tidur padahal jam dinding sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi.

Tetapi tak lama kemudian jeritan kakakku membangunkan aku yang masih ingin berbaring ditempat tidur untuk mengganti waktu tidur malamku yang terlewat.

" Septi banguuunnn... ." Kakakku menarik selimutku tiba-tiba, berdiri bertolak pinggang dengan wajah merah dan dengan mata yang masih terasa kantuk aku seperti melihat ada dua tanduk diatas kepala kakakku, gayanya sekarang seperti orang yang akan melahapku habis sampai ketulang-tulangku.

" Ada apa sih kak," jawabku sambil menguap dan menggaruk-garuk kepala," keras-keras banget nanti kedengeran tetangga lagi."

Kakakku menarik nafas dalam-dalam." Jelaskan apa ini?" kakakku menunjukkan benda kecil lonjong yang bekas pakai beserta kardus kecil disampingnya bertuliskan testpack. Mataku melotot seketika, keringatku berjatuhan dari dahi dan jantungku kembang kempis dibuatnya.

Ketakutanku akhirnya terbukti.

Dan saat itu juga aku sadar bahwa aku sudah tidak bisa berkutik lagi. Sungguh cerobohnya aku, kenapa barang itu belum aku buang, bukankah itu adalah bukti kuat bahwa saat ini aku sedang mengandung.

" Kakak dapat dimana?" aku berusaha setenang mungkin, apakah aku harus berbohong bahwa itu milik orang lain.

" Apa pentingnya barang ini kakak temukan dimana." Kakakku melemparkan benda itu diatas kasurku." Yang kakak ingin tahu ini punya siapa? Atau kamu mau bilang ini milik ayah atau teman kamu yang pernah main ke rumah." oh dia seperti sudah bisa menebak pikiranku.

Aku ingin berbohong tetapi lambat laun pasti kalau perutku membesar kakak akan mengetahuinya juga kecuali hari ini juga aku menggugurkan kandunganku, tapi tidak mungkin aku lakukan." Iya emang benar itu punya aku, sekarang udah jalan tujuh minggu." Aku turun dari tempat tidur dan pergi dari hadapan kakakku, aku sudah capek berbohong.

Kakakku kaget dan tertegun tetapi tak lama menyusulku ke dapur." Apa ayah tahu kalau kamu sedang hamil?"

" Untuk apa ayah perlu tahu, sama hidupku aja ayah nggak pernah mau tahu." Kak Raisa cukup menyadarinya.

" Lalu siapa ayah dari bayi ini?" kakakku bertanya kembali dengan wajah lebih sangar dari sebelumnya." Jangan-jangan Kevin anaknya bu Riska." Kakakku berusaha menebak dan tebakannya salah besar.

Aku tak habis pikir kakakku bisa menuduh Kevin, sebegitu burukkah seleraku hingga aku bisa berbuat macam-macam dengannya." Bukan." bantah aku.

" Lalu siapa? Terus apa dia nggak mau bertanggung jawab." aku seperti penjahat yang sedang menjalani interogasi didepan polisi.

" Bagaimana mau bertanggung jawab, aku hamil aja Juna nggak tahu." aku keceplosan menyebut namanya, oh Tuhan. Sekarang kakakku pasti langsung menginterogasiku mengenai laki-laki bernama Juna.

" Juna siapa, teman sekolah kamu?" kakakku menjadi panik melebihi diriku, harusnya sekarang aku yang lebih panik," dimana rumahnya, biar kakak yang kesana menemui orang tuanya."

Ingin rasanya aku bawa langsung orangnya ke hadapan kakakku biar Juna yang menjawab semua pertanyaan kakakku." Bukan," bantah aku sambil memalingkan wajahku dari tatapan kak Raisa," dia udah kerja." Aku mengusap dahi tanda ingin menyerah." Udah deh kak biar semua masalah ini aku yang urus, kakak nggak usah ikut campur."

Too Young to be MomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang