Pasrah

4.6K 174 0
                                    

Masalah gosip yang beredar di sekolah, sebenarnya aku ingin bercerita kepada Juna dan mengetahui apa sarannya, tetapi semenjak kejadian bersama Kevin, hanya sapaan ketika ia berangkat kerja dan pulang ke kerja yang terlontar dari mulutnya. Selebihnya jika aku tak bertanya, maka ia terus menutup rapat mulutnya.

Untuk itu aku urungkan niatku bercerita. Toh aku menyadari bahwa perkawinanku hanya sekedar tanggung jawab, maka selama aku bisa menyingkirkan urusan perasaan, aku akan berusaha mempertahankan rumah tangga ini sebisaku.

Di sekolah pun aku berusaha bersikap senormal mungkin, terutama dari tatapan yang mencurigakan yang diarahkan kepadaku. Kadang Martha dan Rina yang sesekali berjalan bersamaku juga merasa risih, hingga kami jadi jarang keluar kelas jika jam istirahat tiba.

Tetapi pada suatu kali tepat jam istirahat, aku pergi ke toilet untuk buang air. Dan aku bertemu Marsha salah satu anak populer di sekolahku ketika sedang mencuci tangan di wastafel.

" Sehat Sep?" katanya tiba-tiba seolah-olah aku dan dia teman baik, padahal kenyataannya kami tidak pernah sekalipun kami berbincang serius dan hanya mengenal lewat nama saja karena kebetulan kelas kami bersebelahan.

" Baik." jawabku sedikit ragu dan menatap curiga padanya.

" Masih berani juga muncul disekolah ternyata." ucapnya sinis.

" Maksudnya." aku mengernyitkan mata.

Marsha berdiri sambil menyila kedua tangannya seakan-akan aku anak kecil, mirip dengan gaya kak Raisa tetapi ditambah gayanya yang sok dewasa dan merasa paling benar sendiri." Yah mental lu besar juga menghadapi gosip disekolah," jawabnya," ups salah, bukan gosip tapi kenyataan, benar kan?" lanjutnya semakin menyiratkan ketidaksukaannya kepadaku.

" Bisa nggak ya kita sebagai murid lebih mikirin ujian yang sebentar lagi kita hadapi daripada gosip yang nggak jelas asal usulnya." Aku berusaha membantah menyatakan perlawanan.

" Jelas nggak bisa kalau masih ada murid nggak bener dan cewek nakal kayak lu," balasnya," lagian si Ratna melihat sendiri lu yang tinggal berdua sama seorang lelaki dewasa disebuah kontrakan, apa namanya kalau bukan cewek nggak benar."

" Oh berarti gosip murid cewek hamil diluar nikah itu jelas nggak benar dong, karena bisa aja murid cewek itu sebenarnya sudah menikah dan sah-sah saja kalau mereka punya anak." kataku tak mau kalah sekaligus membuka sedikit anggapannya mengenai gosip yang beredar.

Marsha tertawa puas." Tuh kan benar, jadi lu akhirnya mengakuinya ya," lalu ia menunjukkan handphonenya," lihat omongan lu udah gue rekam di hp jadi lu nggak bisa menyangkal lagi, dan siap-siap aja lu mengadakan klarifikasi terhadap omongan lu barusan jika memang lu bisa membantahnya, dasar cewek murahan." tetapi sebelum Marsha beranjak keluar toilet, lajunya dihadang oleh Shanaz yang ternyata mendengarkan pembicaraan kami dari dalam kamar mandi.

Dengan tampang sangar ia mengambil handphone Marsha dan menghapus rekaman pembicaraan kami barusan." Lu nggak usah ikut campur deh Shanaz," teriak Marsha.

" Kalau begitu lu juga nggak perlu ikut campur urusan Septi," ucapnya dengan nada mengejek," lebih baik lu urus aja geng lu yang selalu menyebarkan gosip yang bukan urusan kalian."

" Kalian berdua itu sama, sama-sama cewek nggak bener," umpat Marsha," minggir." lalu Marsha keluar dengan perasaan marah karena ia tidak mendapati bukti bahwa akulah murid cewek yang digosipkan hamil diluar nikah.

Aku sungguh berterima kasih dengan kemunculan Shanaz." Thanks ya Shanaz."

" Sama-sama, orang kayak mereka memang harus ditegasin biar nggak terus-terusan merasa paling benar." tukasnya singkat.

Aku merasa harus bertanya sesuatu padanya." Shanaz, waktu lu digosipin sebagai cewek yang hamil diluar nikah, perasaan kamu bagaimana?"

Shanaz memandang kearahku dengan wajah simpatik." Biasa aja toh gue bukan murid yang dimaksud."

" Bagaimana kalau lu digosipin hal negatif tapi sebenarnya itu memang benar-benar sesuai dengan kenyataannya seperti yang mereka omongin." aku bertanya lirih dan Shanaz hanya diam selagi membersihkan telapak tangannya." Menurut lu bagaimana, kalau memang ternyata omongan Marsha benar?"

" Menurut gue Sep, mau gosip itu benar atau nggak itu bukan urusan mereka atau Marsha atau teman-teman yang lain, beda kalau itu menyangkut peraturan sekolah," jawab Shanaz yakin," udah lu santai aja, jangan terlalu dipikirkan, mereka semua itu cuma kurang kerjaan aja, lebih baik kita mikirin ujian nasional yang sebentar lagi akan tiba. Gue percaya lu orang yang kuat menghadapi masalah ini." Shanaz tersenyum lalu melihat jam tangannya dan melanjutkan." Udah yuk balik ke kelas, sebentar lagi udah mau masuk." ajaknya yang langsung keluar dari toilet ini meninggalkan aku yang terpaku atas kejadian yang baru saja terjadi.

Aku merasa berterima kasih karena masih ada teman yang berpikiran positif seperti Shanaz dalam menghadapi masalah yang terjadi di sekolah, aku memang sudah melakukan kesalahan namun bukan berarti mereka berhak menjelek-jelekanku seenaknya, seakan-akan mereka lebih benar daripada orang yang mereka gosipkan.

Dan pendapat Shanaz memang benar bahwa mau ada murid yang hamil atau tidak, semua itu jelas bukan urusan mereka.

ma\y6=

Too Young to be MomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang