Pertemuan Mengejutkan

6.8K 258 0
                                    

Sudah tiga hari ini aku liburan semester. Aku mengisi liburan kali ini sama seperti liburan sebelumnya atau seperti anak-anak lainnya. Bangun siang hari dan tidur larut malam.

Tetapi akhir-akhir ini aku jarang tidur larut, karena sebelum tengah malam mataku pasti sudah mengantuk. Dan ketika siang hari pun aku sering tidur siang padahal biasanya selalu aku sempatkan bermain playstation atau tidak nonton film streaming di handphone atau laptop. Lalu aku menarik kesimpulan bahwa pola tidurku sekarang sudah berubah.

Aku berusaha melawan kantuk pada siang hari ini, untungnya akhir-akhir ini aku sudah tidak mual lagi sehingga tidak ada yang curiga kalau aku hamil kecuali jika perutku sudah membesar tentunya.

Namun sampai sekarang aku belum merencanakan sesuatu untuk mengantisipasi kehamilanku ini, karena sampai saat ini semua opsi tetap membuat aku serba salah dan tak ada peluang untuk terus menerus menyembunyikannya kecuali aku bisa menghilang sementara waktu selama sembilan bulan tanpa membuat orang disekelilingku curiga.

Karena aku bosan hanya berdiam diri di rumah, aku terima ajakan Martha dan Rina untuk jalan-jalan besok ke mall. Mungkin dengan melakukan hal lain aku bisa sedikit lebih tenang sehingga bisa menemukan jalan keluar dari semua masalahku.

*

Hari ini aku, Martha dan Rina jalan-jalan disalah satu mall besar di Jakarta. Ketika kami sudah puas jalan-jalan dan belanja, aku dan temanku akhirnya makan siang di foodcourt di lantai atas mall.

Kami memesan menu kesukaan masing-masing, dan ketika menu pesanan datang aku langsung melahapnya sampai habis. Tak lama kemudian aku memesan kembali satu menu tambahan, tetapi ketika aku memesan untuk yang ketiga kalinya teman-temanku merasa heran.

" Lu lapar banget ya Sep? Kayak orang tiga hari belum makan." tanya Rina heran. Aku mengangguk sambil berusaha menelan makanan yang ada dimulutku.

" Betul itu, sampai-sampai makanan gue lu sikat juga." Martha sedikit kesal karena tadi sebelum menu tambahanku datang aku mengambil sedikit punyanya.

" Bukannya biasa lu seneng ngemil," komentar Rina kembali dengan lebih heran," kalau makan nasi lu paling cuma lima sendok."

Aku tersenyum menghabiskan menu penutupku." Itukan dulu, hehe... "

" Tapi pelan-pelan Sep nanti keselek lagi." Martha memperingatkanku." Terakhir-akhir di sekolah lu juga makannya udah mulai banyak ya." ternyata Martha selama ini memperhatikanku.

" Ya semakin bertambahnya umur mungkin nafsu makan juga semakin bertambah kan." aku berusaha mengelabui mereka. Dan ternyata mereka hanya mengangguk tanda setuju.

Sampai saat ini hanya Martha dan Rina yang menganggapku sebagai teman, haruskah aku ceritakan masalahku pada mereka. Karena ada banyak yang berkata bahwa teman itu lebih dapat dipercaya daripada keluarga kita sendiri, dan bersama teman kita bisa berbagi rahasia. Tetapi aku ragu kalau mereka bisa menjaga rahasia ini, entahlah.

Sesudah puas makan dan nonton aku pun langsung pulang. Dan ketika pulang hari sudah menjelang malam sekitar pukul 7 malam. Tak sengaja aku melewati jalan melewati minimarket tempat Juna bekerja. Aku hanya memandangnya dari jauh dan tak melihat kehadiran Juna, mungkin dia masuk shift pertama, pikirku.

Sampai sekarang aku belum bertemu dengannya, ada keinginan untuk ke kontrakannya tetapi apakah ia siap menerima berita ini, begitupun aku yang tak tahu harus berbuat apa jika Juna menolak mengakuinya, aku belum siap untuk patah hati, walaupun dalam lubuk hatiku Juna bukan tipe laki-laki arogan yang tak mau bertanggung jawab.

Tetapi jika ia harus bertanggung jawab, bukankah berarti kami akan hidup bersama.

Selama ini aku hanya menganggapnya sebagai teman, begitupun dengan dia sepertinya. Tetapi ketika ketampanannnya sedang mempesonaku, pernah aku menginginkan untuk menjadi kekasihnya, walaupun aku tahu Gina akan selalu berada ditengah-tengah kami.

Namun tak lama kemudian setelah aku sadar dari lamunanku ternyata Gina benar-benar berada didepanku, karena sekarang aku sedang bertatap muka dengan Gina. Dia terlihat membawa sebungkus makanan ditangannya dan hendak menuju ke minimarket.

" Sendirian aja," sapanya ramah," udah lama kamu nggak mampir belanja, tumben." Gina menyapaku dan tersenyum ramah, bukankah selama ini ia tidak begitu menyukaiku, ini pasti ada yang salah. Padahal aku berharap Juna yang muncul bukan Gina.

" Belum ada yang mau dibeli." jawabku singkat.

" Oh seperti itu, ya udah kalau begitu aku duluan ya." ujarnya pergi menjauh.

Aku sempat menampar pipiku dan ketika terasa sakit itu menandakan aku tidak sedang bermimpi. Gina menyapaku terlebih dahulu disamping itu kali ini disertai dengan senyuman, sungguh sebuah hal yang baru aku alami.

Bukankah selama ini ia selalu judes padaku atau mungkin dengan semua orang, karena selama aku bertemu dengannya di minimarket atau tempat lain, aku perhatikan wajah Gina memang selalu ditekuk terlebih-lebih jika aku yang sedang berbelanja disana.

Tapi sudah lebih dari sebulan aku memang tidak bertemu dengan Gina, bisa saja dia sudah berubah, dan tentunya juga dengan Juna, apakah sikapnya juga kini berubah terhadapku.

Dan akhir-akhir ini hanya Kevin lelaki yang sering aku lihat. Karena kebetulan ia juga sedang liburan kuliah jadi sering sekali aku melihatnya didepan rumah menunggu kehadiranku dan jika itu terjadi aku selalu mengurungkan niatku untuk keluar. Kadang jika bu Riska memanggil namaku untuk memberikan makanan, kebanyakan aku pura-pura tidur dan tidak membukakan pintu.

Ayahku seminggu ini pun tidak akan ada di rumah, itu yang ia katakan sendiri sebelum berangkat dua hari yang lalu seraya memberikanku sejumlah uang, katanya ada pekerjaan diluar kota. Tetapi sebelum ayah berangkat pergi, tersirat dimatanya menampakkan kekhawatiran, apakah itu aku tak tahu.

Dan melihat uang yang diberikannya sebelum ia pergi, aku berharap sebulan ini ia tidak pulang saja sekalian karena toh percuma ayah di rumah kalau hanya sekelebat saja aku melihatnya dan selalu berdiam diri di teras belakang atau mengurung diri di kamar.

Apa yang dipikirkan oleh ayahku dikesendiriannya, aku tidak tahu dan tak mau tahu.

}

Too Young to be MomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang