Setelah kejadian malam minggu kemaren, rasa bersalah mulai memenuhi pikiranku. Bahkan sampai hari ini wajah Juna masih terbayang dibenakku.
Aku masih tidak mengerti apa itu cinta, aku saja tidak pernah merasakan jatuh cinta seperti apa. Sampai detik ini pun aku tak pernah terobsesi dengan yang namanya lelaki, mungkin dikarenakan terlalu lelah memikirkan ayah yang notabenenya seorang lelaki, maka dalam hidupku tak pernah ada lelaki lain selain ayah yang aku pikirkan.
Memang hanya Juna, sosok lelaki yang paling dekat denganku selama ini, dan dengan ketampanannya dan kebaikan hatinya, aku bisa menyimpulkan bahwa dia adalah lelaki yang tepat untuk dijadikan kekasih. Tetapi aku tidak mau kedekatanku dengan Juna berubah arah menjadi cinta.
Tetapi sejak kejadian malam minggu kemaren, rasa cinta mulai memenuhi pikiranku pada Juna. Apakah perasaannya juga begitu kepadaku? Kalau tidak, mengapa dia menganggapku cantik, kesan yang baru pertama kali aku dengar dari seorang lelaki terhadapku.
Atau waktu itu Juna menganggapku sebagai Gina, wanita pujaan hatinya. Atau mungkin saja karena dia merasa sakit hati pada Gina, maka semua sakit hatinya ia lampiaskan kepadaku. Atau jangan-jangan aku hanya sebagai tempat pelariannya begitu ia melihat Gina dengan lelaki lain.
Perasaanku mengatakan bahwa alasan ketigalah yang paling benar.
Sebelum aku mendengar penjelasan langsung dari Juna, aku tidak bisa berkomentar banyak, dan sekarang yang bisa aku lakukan dan memang harus adalah segera melupakan kejadian malam itu. Semoga saja dengan belajar di sekolah lebih giat dan sebisa mungkin tidak bolos lagi, aku bisa tenang menjalani hari-hari kedepan, walaupun rasa bersalah ini akan selalu menyertai.
Baru saja aku menaruh tas di kursi, Martha dan Rina sudah mengagetkanku." Woi, lemes amat hari ini?" seru mereka berdua kompak.
" Belum sarapan?" tanya Rina.
" Atau lagi ada masalah sama bokap?" Martha bertanya tidak mau kalah.
" Mungkin habis diceramahin sama kakak lu ya?" timpal Rina kembali.
" Atau jangan-jangan lagi jatuh cinta?" tebak Martha.
" Atau-."
" Bisa diam nggak," sergahku," berisik tahu pagi-pagi udah ribut."
Martha mulai membantah." Siapa yang berisik, kita cuma nanya doang, hari ini lu itu kayak nggak bergairah."
" Bukannya memang gue selalu nggak bergairah sekolah." mereka cukup tahu bahwa aku memang tidak begitu peduli dengan sekolahku.
" Tapi hari ini kelihatan beda," ujar Rina," kayaknya lu bukan hanya nggak bergairah sekolah tapi juga nggak bergairah buat hidup," wajah Rina mendekat," memangnya lu ada masalah serius?"
Aku bingung mengapa mereka bisa tahu kalau aku sedang mengalami sebuah masalah serius, tapi aku berusaha menutupinya." Masalah gue kalau bukan datang dari bokap, ya pastinya dari kakak gue, udah nggak ada yang lain, jadi nggak ada yang perlu gue jelasin lagi sama kalian." tapi Rina memandangku masih dengan kecurigaan.
" Terus kenapa lu nggak balas ajakan gue kemaren buat nonton?" keluh Rina.
Aku tersadar bahwa aku sama sekali belum menyentuh handphone, bahkan sampai detik ini." Gue aja sampai hari ini belum buka hp. Sorry." Bel masuk memang sudah berbunyi sejak lima menit yang lalu tetapi kebiasaan bu Nisa yang selalu telat masuk kelas membuatku harus menghadapi pertanyaan-pertanyaan dari Martha dan Rina.
" Memangnya akhir minggu kemaren lu sibuk apa sampai belum sempat buka hp sama sekali?" tanya Martha bisik-bisik takut kalau tiba-tiba bu Nisa datang.
" Iya kayak orang penting aja." tukas Rina.
Haruskah aku menceritakan kejadianku bersama Juna di akhir minggu kemaren, atau perasaanku saat ini. Dan jika pun mereka tahu, apakah mereka masih menganggapku cewek baik-baik.
" Gue sibuk-."
" Morning Class." suara bu Nisa sudah memenuhi ruangan dan aku bersyukur bisa menghindar dari pertanyaan Martha dan bisa fokus pada pelajaran, karena mungkin dengan begitu perasaanku yang gundah gulana dapat berangsur-angsur segera sirna.
����}��?�
KAMU SEDANG MEMBACA
Too Young to be Mom
RomanceSeptianna, seorang murid yang tidak hanya akan menghadapi ujian akhir di sekolah, tetapi mengahadapi getirnya hidup sebagai anak yang tak diacuhkan ayahnya, ditambah kehadiran sang kakak yang selalu mengatur hidupnya. Ketika hubungannya dengan Ju...