Selepas kedatangan ibu Juna beserta ayahku yang tak terduga, aku merasa seperti membuka lembaran hidup yang baru. Bahkan aku merasa bukan Septi yang dulu lagi. Sekarang aku sudah mempunyai suami dan calon bayi, sehingga membuat hidupku saat ini lebih terjadwal, begitu juga dengan kesehatan dan penampilanku.
Lalu sejak kepergian ibu Juna, dalam beberapa hari ini kamar tidur kami serasa hidup, karena sudah mulai terbiasa melihat Juna berada disampingku dan posisi kami tidak seperti kemaren-kemaren yang berada diujung masing-masing tempat tidur, kini jarak kami hanya dipisahkan oleh sebuah guling atau kadang-kadang ketika bangun tidur kepalaku sudah bersandar dibahu Juna dan dia tidak merasa keberatan sama sekali.
Kak Raisa juga pernah mengatakan, bahwa salah satu rahasia rumah tangga yang awet adalah dengan selalu menyenangkan suami, sehingga kakakku menyarankan agar aku selalu terlihat cantik dimatanya. Dan aku pun saat ini lebih sering berkaca daripada bermain game atau nonton film.
Dan tentunya didepan cermin aku sering senyum-senyum sendiri.
Beberapa hari yang lalu Rina mengundangku kerumahnya untuk menghadiri syukuran kelulusannya. Dia juga mengundang Martha, dan jadilah kami bertemu bertiga layaknya reuni.
Aku memberitahu mereka bahwa sebentar lagi akan mengikuti Ujian Paket C, aku pun sedikit kesal karena lagi-lagi dihadapkan pada soal-soal pelajaran yang sudah lama aku lupakan. Tetapi kata mereka kalau ujian paket C tidak akan sesusah ujian akhir nasional mereka, aku juga berharap begitu.
Dan ketika aku melewati ujian paket C, aku menyimpulkan bahwa dugaan Rina memang benar, karena ternyata soalnya tidak terlalu rumit, mungkin dikarenakan banyak kalangan yang mengikuti ujian ini, dari yang sudah bapak-bapak sampai ibu rumah tangga.
Memang nantinya di ijazahku tertulis lulusan paket C, tetapi bagiku dan kak Raisa selama kedepannya aku bisa melanjutkan kuliah, menurut kak Raisa itu semua tak menjadi masalah.
" Loh bukannya katanya kak Raisa yang akan menjemput." Aku kaget melihat Juna menjemputku sehabis ujian hari ini, padahal kemaren kak Raisa yang sudah berjanji akan menjemputku.
" Surprise." Teriak Juna senang. " Bagaimana kalau kita makan diluar buat merayakan kelulusan kamu."
" Tadi kan baru selesai ujian, hasilnya aja belum keluar."
" Biasanya ujian paket C kan lebih mudah dibanding UN."
" Tapi nggak boleh takabur." timpalku pada Juna.
Lalu kami makan di sebuah restoran, Juna membolehkanku memesan apapun namun dengan satu syarat harus makanan yang sehat. Selagi aku memilih menu makanan yang akan aku pesan, telepon gengamku berdering. Aku mengangkatnya dan ternyata itu dari Rina yang mengabari bahwa lusa ada acara perpisahan sekolah yang akan diadakan disekolah dan dia mengajakku untuk ikut serta.
" Siapa." tanya Juna.
" Rina, dia mau ajak aku untuk ikut perpisahan sekolah." aku teringat saat-saat terakhir meninggalkan sekolah, ditolak ikut ujian, kak Raisa bertengkar dengan bu Susan, Marsha yang terlihat senang melihatku sengsara dan tak lupa hampir satu sekolah sudah melihat aku dengan perut yang sudah membesar.
" Ya udah ikut aja." kata Juna singkat. Andai saja ia tahu bagaimana kejadian terakhir kali aku meninggalkan sekolah, pasti ia tidak menyarankanku untuk datang.
" Dan bertemu teman-teman yang lain juga guru-guru."
" Ini kan acara perpisahan, kamu memang sudah dikeluarkan, tapi bukan berarti kamu nggak boleh datang, kamu kan masih angkatan mereka." jelas Juna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Too Young to be Mom
عاطفيةSeptianna, seorang murid yang tidak hanya akan menghadapi ujian akhir di sekolah, tetapi mengahadapi getirnya hidup sebagai anak yang tak diacuhkan ayahnya, ditambah kehadiran sang kakak yang selalu mengatur hidupnya. Ketika hubungannya dengan Ju...