Hal yang Kutakutkan Terjadi

5.1K 185 0
                                    

Esoknya Juna masih diam seribu bahasa, tadi malam saja ia tidur diruang tamu. Aku sangat tidak nyaman dengan keadaan ini. Akhirnya aku mengalah untuk berusaha mencairkan suasana.

" Kamu hari ini mau makan apa?" tanyaku agar kami bisa berkomunikasi seperti biasa lagi.

" Apa aja terserah kamu. Biasanya juga begitu."

" Kali aja kamu mau request sesuatu."

Aku melihat Juna sudah siap-siap keluar, setahuku hari ini jatah dia libur." Kamu mau kemana?"

" Mau antar barang pesanan kerumah Atta. Aku pergi dulu." belum sempat aku ucapkan salam 'hati-hati' ia sudah tak terlihat jarak pandanganku. Dan saat itu juga aku lebih baik segera siap-siap juga untuk berangkat ke sekolah.

Di sekolah pun sebenarnya akhir-akhir ini aku merasa ada yang salah dengan perlakuan teman-temanku, khususnya teman sekelasku. Mereka yang mengenal aku bahkan yang tidak sekalipun seperti melihatku dengan tatapan aneh seakan-akan aku adalah virus sekolah yang harus dijauhi.

Aku yang memang biasa cuek dengan segala hal yang terjadi di sekolah merasa harus bersikap super cuek menghadapi semua ini, sampai Martha dan Rina menanyakan sesuatu kepadaku.

Awalnya Rina agak ragu bertanya." Sep lu udah dengar belum gosip yang beredar di sekolah sekarang ini?"

" Gosip tentang gengnya Marsha sama geng baru sekumpulan cewek cantik kelas satu yang lagi berantem," jawabku dengan tidak peduli," terus apa hubungannya sama kita, memangnya kalian mau masuk geng-geng cewek yang nggak jelas kayak begitu."

" Berita itu udah basi seminggu yang lalu," kata Martha," ini soal... nama sekolah kita yang tercemar gitu."

" Tercemar kenapa?" tanyaku aneh," memangnya sekolah kita kenapa?"

Rina sedikit takut mengutarakan berita ini." Gosipnya kalau disekolah kita tuh ada murid cewek yang hamil diluar nikah, dan kayaknya guru-guru mulai sedikit percaya masalah ini dan sedang mencari tahu." Aku terkejut mendengarnya bahkan posisi dudukku berubah dari tertunduk lesu beralih menegakkan badan dan memasang telinga baik-baik.

Aku sudah bisa mengira apa yang akan terjadi." Terus kalian tahu siapa murid cewek yang dimaksud?" tanyaku ragu dan dengan spontan aku menutupi perutku.

" Belum tahu pasti sih, ada yang bilang Shanaz, ada yang menebak juga kalau itu salah satu anak geng populer kelas satu yang baru aja tenar terus ada yang bilang juga..." Rina diam sejenak berusaha merangkai kata-kata," kalau murid cewek itu adalah kamu Sep."

Aku sudah bisa menebaknya." Tapi sumpah kita nggak begitu aja percaya omongan mereka, lagian nuduh orang tanpa bukti kan bisa berakibat fitnah dan fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan." jelas Martha menggebu-gebu.

" Iya betul kata Martha, itu bisa mengakibatkan pembunuhan karakter," kata Rina tidak mau kalah," lagipula lu sendiri Sep, belum pernah pacaran kan dan... teman nongkrong kamu, Tono dan kawan-kawan sepertinya mereka memang sedikit nakal, tapi tampang mereka kayaknya bukan tampang yang menyiratkan kalau mereka terlibat pergaulan bebas." Rina berusaha menerka-nerka berdasarkan pengamatannya.

" Iya paling banter mereka cuma bolos sama ngerokok di luar kelas, kayak... ." mata Martha menatap kearahku, seakan-akan aku juga terlibat pelanggaran itu, dan nyatanya memang benar. Tetapi gosip itupun benar adanya juga.

Lengkaplah labelku sebagai pencemar nama baik sekolah.

" Kayak gue?" lanjutku," itu kan maksud lu?"

" Tapi kalau merokok sama bolos kan, hal yang biasa. Sebaliknya nih kalau hamil diluar nikah itu baru luar biasa." ujar Martha mantap." Dan gue sama sekali nggak percaya orang yang digosipin mereka itu adalah lu."

Namun tebakan Martha dan Rina salah besar, karena aku sendiri memang orang yang dimaksudkan oleh gosip tersebut.

" Udahlah namanya juga baru gosip bisa aja cuma kabar burung dengan tujuan ada yang ingin menjelek-jelekan sekolah kita," ucap Rina," lebih baik kita siap-siap aja nih buat try out bahasa Indonesia di jam berikutnya." katanya menutup pembicaraan.

Dan percakapan tadi membuatku menyadari mengapa akhir-akhir ini tatapan teman-temanku terasa berbeda padaku. Untungnya mereka semua belum tahu dengan pasti mengenai gosip mana yang mereka percayai tetapi penyelidikan guru-guru membuatku harus segera mengambil tindakan ekstra, bagaimana jika pada akhirnya semuanya terkuak.

Aku tak dapat membayangkan masa depanku, ingin rasanya aku pindah sekolah tetapi dengan waktu yang sebentar lagi akan menghadapi ujian nasional, aku tidak ingin mengorbankan waktuku selama setahun ini untuk mengundur kelulusanku, karena aku ingin segera mengakhiri masa SMA-ku yang menurutku tidak berkesan sama sekali.

Sehabis try out hari ini selesai dan bel pulang sekolah sudah berbunyi, aku sengaja melambatkan beres-beres peralatan ujianku dan menunggu kelasku kosong. Dan ternyata Rina dan Martha menungguku untuk pulang bersama.

Diperjalanan pulang aku sedikit membuka rahasia hanya untuk menebak apakah mereka benar-benar temanku atau hanya teman disaat suka saja.

" Oh ya menurut kalian kalau masalah gosip mengenai murid cewek yang hamil diluar nikah itu benar, pendapat kamu apa?" mataku menuju kearah Martha terlebih dahulu.

" Ya siapapun itu berarti dia cewek nggak benar. Dengan mudahnya menyerahkan kehormatannya pada orang lain tanpa pikir panjang." jelas Martha mengemukakan pendapatnya." Kalau lu Rin, gimana."

Sekarang giliran Rina yang berpendapat." Ya gue sih setuju dia cewek yang nggak benar, tapi kita nggak boleh langsung menjudge begitu saja, karena nggak mungkin ada asap kalau sebelumnya nggak ada api yang memicunya." jelas Rina.

" Menurut lu sendiri bagaimana Sep," tanya Rina. Aku ingin sekali jujur pada mereka, tetapi aku masih belum sanggup dicap apapun oleh siapapun, termasuk teman dekatku sendiri.

" Entahlah fifty-fifty." jawabku mengangkat bahu.

" Tenang aja kami percaya kok kalau lu bukan cewek yang dimaksud, jadi lu nggak usah terlalu memikirkan gosip yang nggak jelas itu." kata Rina selagi menepuk kedua bahuku.

" Betul sekali, bisa jadi itu akal-akalan gengnya Marsha untuk menutupi kasusnya yang sedang bertengkar dengan geng lain, supaya guru-guru nggak curiga kalau geng mereka lagi buat ulah," timpal Martha," dan kita murid paling biasa di sekolah yang nggak populer dijadikan target untuk menutupi keburukan mereka sendiri."

Aku merasa sedikit terbantu dengan ucapan Martha dan Rina, tetapi mereka tidak menyadari bahwa cewek yang dimaksud adalah teman dekat mereka sendiri, bagaimana jika mereka tahu bahwa aku hamil, walaupun sekarang aku sudah menikah, masihkah mereka akan membelaku atau malah akan menghakimiku seperti teman-teman yang lain.

Setidaknya mulai sekarang aku akan berhati-hati untuk melakukan tindakan apapun disekolah.

Too Young to be MomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang