*Happy Reading*LAKEYSHA POV.
Namaku LAKEYSHA FARANISSA, orang-orang lebih memilih memanggilku dengan sebutan—KEY. Dalam bahasa inggris 'KEY' berarti 'kunci'. Biarpun cara bacanya berbeda, yang penting artinya sama. Mungkin orang tuaku memilih panggilan itu agar aku bisa menjadi sebuah 'kunci' untuk orang-orang di sekitaku. Kunci kebahagiaan, kunci kesuksesan, kunci sebuah hubungan yang penuh dengan kasih sayang. Namaku sendiri berarti 'Wanita gembira yang selalu hidup sejahtera' , tapi aku juga tidak mengetahuinya. Apa aku akan selalu gembira? Apa aku akan selalu hidup dalam kesejahteraan? Entahlah! bisa saja takdirku berkehendak lain. Bisa saja segalanya akan berbanding terbalik.
Saat itu aku berusia delapan belas tahun, aku baru saja lulus dari SMA. Aku tinggal bersama kedua orang tuaku dan juga nenekku yang sudah bisa dibilang–usia lanjut, baru berjalan satu menuju dua bulan aku lulus dari SMA. Aku tinggal di rumah besar dan cukup mewah, ya! aku hampir memiliki segalanya. Tapi semuanya berubah saat ayahku kembali dari kantor tempat beliau bekerja. Insiden itu sangatlah tiba-tiba, mengejutkan seluruh keluarga. Apa yang terjadi? seperti kebanyakan yang orang-orang alami. Ayahku mengalami kebangkrutan dalam usahanya, beliau juga mengalami percekcokan dengan salah satu rekan bisnisnya. Segalanya telah hilang, hanya menyisakan rumah kami. Bisnis keluarga kami hancur.
"Hanya ada satu cara agar semua kembali seperti semula." Itu yang dikatakan ayahku saat itu. Beliau mondar-mandir kesana kemari hanya untuk mencari jalan keluar. "Kita harus ke Turki, aku mempunyai rekan bisnis di sana. Hanya dia satu-satunya yang bisa menolong perusahaan kita." Lanjut ayahku. Apa maksudnya dengan–Kita? apa kita semua akan ikut pindah ke sana?
"Tapi ayah, aku harus melanjutkan pendidikanku di sini." Aku mencoba menenangkan ayah dan membujuknya agar kita tidak pindah ke negara tetangga.
"Tidak sayangku, hanya aku dan ibumu yang akan pergi ke sana." Aku semakin tidak mengerti dengan ucapan ayahku.
"Apa maksud ayah? apa ayah akan meninggalkanku di sini dengan nenek?" Mataku mulai berair, ibu menghampiriku. Tangisku pecah di pelukannya.
"Cepat! kemasi barang-barangmu, kita akan pergi hari ini juga. Aku akan memesan tiket untuk penerbangan pertama." Mendengar perintah ayah, ibu langsung merenggangkan pelukannya padaku. Aku dengan cepat beralih untuk memeluk nenek.
Kurang lebih sekitar lima belas menit, ibuku turun dengan membawa beberapa koper dan tas di tangannya, ayahku pun menghampirinya dan membantunya.
"Hanya terisa uang ini dan rumah ini bu, aku titip Key pada ibu. Maafkan kami." Ayahku menyerahkan beberapa lembar uang kepada nenekku, butiran bening di matanya sudah tidak bisa ditahan lagi olehnya. Perlahan mulai menetes meskipun tidak sebanyak tangis kami bertiga.
"Ini tidak benar nak, kau bisa meninggalkanku. Tapi kau harus membawa Key bersamamu." Nenekku mencoba untuk membujuk ayahku, agar tidak melakukan ini. Untuk tidak meninggalkanku di sini sendiri bersama nenek.
"Setiap bulan aku akan mengirimkan uang pada kalian, kalian tenang saja." Ayahku mulai meyakinkan nenek dan juga diriku. "Ayo! kita harus pergi istriku." Ajak ayahku pada ibuku.
Aku menangis sekeras mungkin, aku tidak mau melepaskan pelukanku dari ibuku. Aku memegang erat tangan ayahku, namun beliau melepaskannya dengan berat hati.
"Ibuuuu!! Ayaaaaah!! jangan tinggalkan Key, Key tidak mau di sini tanpa kalian." Aku menarik tangan ibuku, menahannya agar tidak masuk ke taksi yang kini sudah berada di depan gerbang rumah kami. Ibu juga menangis.
"Maafkan ibu sayang, kamu baik-baik di sini ya. Ibu janji, ibu akan segera pulang dan menjemputmu. Maafkan ibu Key! ibu harus pergi sekarang." Kedua tangan ibu memegang pipiku, mengusap setiap tetesan air mataku yang berjatuhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY [On Hold]
RomanceGadis dengan berjuta-juta impian yang terpaksa harus terpendam karena ditinggalkan oleh orang-orang tersayang. Sampai pada suatu hari dipertemukan dengan laki-laki tampan dan baik hati yang berhasil membuat impiannyabangkit lagi. "Akan ada saatnya a...