*KEY POV.*
Fajar sudah menampakkan wujudnya, aku terbangun lebih dulu. Mengingat tanggung jawab lainku selain bekerja adalah mengurus kebutuhan mereka. Meski hanya perihal makanan saja, tapi itu sudah merupakan tanggung jawab yang cukup besar. Mereka tidak pernah memintaku, itu hanya keinginanku sendiri. Aku menuju dapur, mempersiapkan sarapan. Kali ini aku akan menyiapkan roti tawar dan selai saja. Tak lupa dengan segelas susu untuk masing-masing.
Aku melihat Kenzie yang sudah rapi dengan jas hitamnya. Berjalan menuju meja makan.
"Kau sudah siap?" tanyaku.
"Bersiaplah, kita akan berangkat lebih awal." Ucapnya sambil mengoleskan selai kacang di atas selembar roti.
"Kenapa?"
"Sudahlah,"
"Tapi Aldi belum keluar dari kamarnya,"
"Terserah kau saja. Kau ikut denganku atau dengan Aldi." Pria itu melahap rotinya dan beranjak pergi tanpa melihat ke arahku.
Ada apa dengan pria itu, tidak seperti biasanya.
"Pagi, Key." Aku tersontak saat suara sapaan Aldi memasuki telingaku.
"Aldi?"
"Ya. Ada apa? kau baik-baik saja, kan?" tidak. Aku tidak mungkin sedang baik-baik saja, jika aku melihat kedua kakak beradik ini sedang perang dingin.
"Kalian bertengkar?" tanyaku on point pada Aldi.
Pria itu terdiam sejenak. "Tidak." Kemudian mengambil segelas susu di meja. "Aku bawa ke kamar, ya. Terima kasih sarapannya." Lanjutnya, kemudian kembali pergi menuju kamarnya.
Aku bertelak pinggang, sembari memfokuskan pandanganku ke punggung Aldi yang semakin tenggelam memasuki pintu kamarnya. Bingung. Benar-benar bingung. Jika memang benar mereka sedang bertengkar, maka menjadi PR besar buat diriku untuk membuat mereka kembali akur.
Aku sudah berbenah diri, bersiap untuk berangkat ke kantor. Kenzie dan Aldi berhasil membuat kalut pikiranku.
"Key?! Ayo!" teriak Kenzie dari luar sana. Aku bergegas keluar kamar dan menemuinya.
"Kau sudah siap?" tanyanya saat melihatku yang kini sudah di hadapannya.
Aku mengangguk.
"Ayo, kita berangkat." Aku terdiam sejenak. Menatap ke arah pintu kamar Aldi. Pintunya tertutup. Dia sudah berangkat atau belum, aku pun tidak tahu. Kemudian berjalan mengekori Kenzie menuju lift apartemen.
Kami menuju parkiran mobil.
Kenzie menyalakan mesin mobilnya. Bersiap untuk melesat keluar dari halaman Apartemen.
Keheningan terjadi diantara kami berudua. Tidak saling bicara. Kenzie yang fokus dengan jalanan, dan aku yang-dengan tatapan kosong ke jalanan memikirkan kejadian pagi ini. Aku akan memberanikan diri untuk bertanya pada Kenzie, apa yang telah terjadi diantara mereka.
"Eum, Ken-?" rasanya ingin langsung mengatakan 'kenapa kalian bertengkar? seperti anak kecil saja', tapi itu tidak mungkin.
"Ya," jawabnya singkat.
"Apa Aldi sudah be-?"
"Tolong, jangan bertanya tentangnya padaku." Belum selesai bertanya pun, respon Kenzie sudah mengerikan. Aku mengurungkan niatku untuk bertanya lagi.
"Baiklah, maafkan aku." Aku kembali menatap ke jalanan-dengan tatapan kosongku.
"Eum, Ken?" aku juga tidak habis pikir, kenapa mulutku saat itu susah sekali dihentikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY [On Hold]
RomanceGadis dengan berjuta-juta impian yang terpaksa harus terpendam karena ditinggalkan oleh orang-orang tersayang. Sampai pada suatu hari dipertemukan dengan laki-laki tampan dan baik hati yang berhasil membuat impiannyabangkit lagi. "Akan ada saatnya a...