"Ah, ya. Kau bisa mulai bekerja lusa, Key." Key menatap Aldi intens."Mengapa harus lusa? besok kan bisa?" Sembari mengeluarkan beberapa sayuran yang tersimpan cukup acak-acakan di dalam lemari es.
"Ku fikir, kau bisa beristirahat dulu." Lanjut Kenzie menjelaskan.
"Baiklah, akan ku fikirkan." Gadis itu menjawabnya dengan kedua bahu yang terangkat. Tampaknya cukup tidak setuju dengan keputusan kedua pria itu.
*KEY POV.*
Waktu sudah menunjukkan pukul 6 pagi. Matahari sudah mulai berani menusuk kelopak mata siapa pun yang masih terpejam saat ini. Sinarnya cukup tajam. Sepertinya cuaca hari ini akan cukup terik. Aku sudah bersiap diri terlebih dulu. Berada di dapur memasak beberapa porsi untuk sarapan kami bertiga pagi ini.
Terlihat seroang pria datang menghampiriku.
"Kau sudah bangun?" Tanyanya, dengan sesekali mengerjapkan matanya. Pria itu baru bangun pastinya.
"Tentu saja, aku harus siap terlebih dulu sebelum kalian berdua." Jawabku dengan mengangkat sebuah pisau.
"Hey, kau sudah memasak?" Kenzie cukup terkejut menyaksikan kegiatanku saat ini.
Terlihat Aldi juga datang menghampiri. Bedanya Aldi telah selesai mandi, hanya tinggal berganti pakaian kerjanya. "Kau mempunyai keahlian sihir?" Mendengarnya, aku tertawa cukup keras.
"Kau ini, lebih parah dari Kenzie, ya?" Aku menutup mulutku, aku merasa tertawaku cukup tidak sopan jika di dengarkan sepagi ini.
"Kapan kau pergi ke super market?" Tanya Kenzie, sambil mencicipi sesendok nasi goreng yang masih berada di penggorengan.
"Tuan Kenzie?! ini bukan lagi zaman purba. Jadi aku bisa Delevery Order kapan pun jika aku butuh." Aku bersedekap layaknya seorang bos yang menasehati bawahannya.
"Ah iya, kenapa tidak terfikirkan olehku." Kenzie menepuk dahinya pelan.
"Sudah, pergi mandi sana! Nanti kesiangan." Aldi mendorong pelan punggung sepupunya itu.
"Ya, ya. Baiklah. Aku akan pergi mandi. Jangan makan sebelum aku selesai!" Ucapnya sambil menunjuk-nunjuk aku dan Aldi.
Kami berdua hanya tertawa melihat tingkahnya.
"Wah, ini sangat lezat, Key." Puji Aldi sambil memasukkan sesendok nasi goreng itu ke dalam mulutnya. "Aku akan berganti pakaian. Tunggu aku juga, ya?!" Lanjutnya, dengan tingkah yang sama seperti yang di lakukan Kenzie beberapa menit lalu.
"Terima kasih Tuhan. Aku bahagia, untuk pagi ini." Gumamku pelan.
Sambil menunggu mereka beruda bersiap diri. Aku menyiapkan makanan di meja makan. Tidak lama kemudan terlihat keduanya keluar dari kamar masing-masing secara bersamaan.
"Wah, kalian sangat kompak." Aku menatap keduanya secara bergantian. Aku tidak bisa berdusta, keduanya tampak sangat berwibawa. Bagaimana tidak? mereka adalah pemilik perusahaan sekaligus pemimpinnya.
"Ayo, silakan makan!" Perintahku.
Keduanya duduk dengan masing-masing satu porsi nasi goreng di hadapannya.
Hap! Kenzie yang sedari ku perhatikan, dia lah yang paling tidak sabar agar segera sarapan. "Ini sungguh lezat. Aku tidak hanya sedang memuji," ucapnya sambil menyupkan sesendok nasi itu ke mulutnya. Lain halnya dengan Aldi yang memilih untuk menyeruput segelas susu terlebih dulu.
"Apa kau belajar memasak dari bibi Aarti selama kau tinggal dengannya?" Tanya Aldi.
"Iya, aku setiap hari membantunya memasak. Beliau sangat ahli dalam hal memasak. Aku menyukai setiap masakannya." Jawabku, yang juga melahap sesendok nasi goreng.
"Beliau pandai membuat aneka kue. Apa kau sudah belajar juga?" Kali ini giliran Kenzie yang bertanya.
"Belum, aku belum sempat belajar membuat kue. Karena aku sudah pindah kemari. Sebenarnya bu Aarti sudah berjanji padaku untuk mengajariku." Keduanya hanya mengangguk-angguk mendengar penjelasanku.
"Aku sejak dulu suka memasak, Ibu dan nenekku sering mengajariku. Banyak masakan yang aku pelajari dari mereka. Meskipun ibu adalah menantu di rumah itu, tapi nenek sangat menyayanginya. Ibu juga-?" Ucapanku terhenti. Aku mengingat, bahwa mereka sudah tidak bersamaku lagi saat ini.
"Ah, ya. Kau nanti ikut bersamaku atau Aldi? karena kami membawa mobil masing-masing saat bekerja." Sepertinya Kenzie sengaja mengalihkan pembicaraan, ia hanya khawatir jika aku akan bersedih dan kehilangan keceriaanku hari ini.
"Jadi, setiap hari kalian pergi ke kantor tidak bersama?" Ku kira mereka akur dalam segala hal, tapi kali ini?
"Tidak. Itu karena kami bekerja pada bagian yang berbeda. Pulang kami juga tidak selalu bersama. Justru lebih sering berbeda setiap harinya. Itu lah sebabnya kami membawa mobil masing-masing." Aldi menjelaskannya padaku. Kenzie masih tetap dengan kegiatannya. Yaitu menikmati sarapan yang ku buat. Dia hanya mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Baiklah, tapi bagaimana cara aku memilihnya? Aku akan naik taksi saja," Usulku.
"TIDAK BOLEH!" Ucap mereka kompak. Aku terkekeh menyaksikan respon keduanya.
"Eum,"
"Batu, kertas, gunting!" Aku sontak mengusulkannya.
Kedua pria itu masih saling bertatap. Dan dimulailah aksi mereka memainkannya.
"Batu, kertas, gun...ting!" Keduanya kompak mengucapkannya.
"Nah, kau yang menang." Ungkap Kenzie. Karena Aldi mengepalkan tangannya yang dikategorikan sebagai 'batu' dalam permainan ini. Sedangkan Kenzie, jari telunjuk dan jari tengahnya membentuk huruf 'V' itu adalah 'gunting'. "Kau ikut dengan Aldi." Lanjut pria itu.
"Aku ikut denganmu. Ayo!" Aku beranjak mengambil tas kerjaku.
"Hey, tapi aku kalah. Key?!"
Melihat tingkah kami, Aldi pun hanya celingukan. Merasa kebingungan.
"Iya, kau kalah. Itu sebabnya aku ikut denganmu. Aldi terbebas dariku. Mobilnya tidak akan sesak karena kehadiranku." Aku menjelaskannya sambil terkekeh.
"Kau sangat aneh, ayo cepat!" Celetuk Kenzie sembari menarik pergelangan tanganku.
"Aku pasrah melihat kalian" Aldi berteriak dari kejauhan. Karena aku dan Kenzie telah sampai di ujung pintu keluar apartemen kami.
⚫⚫⚫⚫
#12122017
Revisi.* Ini absurd, ini aneh, tidak ada quote dan part ini pendek. Maafkan author🙏 In syaa Allah part selanjutnya lebih baik😊 Jangan lupa vote dan komennya💜*
![](https://img.wattpad.com/cover/105291597-288-k213830.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY [On Hold]
RomanceGadis dengan berjuta-juta impian yang terpaksa harus terpendam karena ditinggalkan oleh orang-orang tersayang. Sampai pada suatu hari dipertemukan dengan laki-laki tampan dan baik hati yang berhasil membuat impiannyabangkit lagi. "Akan ada saatnya a...