KEY POV.
"Nak... Bangun nak!" Terdengar samar-samar suara seorang wanita dengan menepuk-nepuk pipiku. Aku sedikit mendengarnya, namun mataku sulit sekali untuk bisa terbuka.
"Nak, ayo bangun! buka matamu nak!" Wanita itu tidak mudah menyerah begitu saja, sekali lagi dia mencoba agar aku bisa terbangun.
"Nak..." Aku mengerjapakan mataku perlahan. Suara terakhirnya berhasil membangunkanku.
"Di mana aku?" Tanyaku pada wanita paruh baya yang duduk di samping tempat tidur kamar ini.
"Kau di rumahku nak, kau jangan khawatir. Kau baik-baik saja." Jelasnya padaku.
"Apa yang sebenarnya terjadi? kenapa aku bisa sampai di sini?" yang ku rasa saat ini hanya pusing, dan tubuhku terasa lemas. Seingatku aku keluar dari Rumah Sakit, lalu berjalan mendatangi setiap tempat yang bersedia menyewakan KOS tapi tidak satu pun ada yang masih kosong. Setelah itu? entahlah, aku sudah tidak ingat lagi.
"Kau pingsan nak, Aku menemukanmu di pinggir jalan di dekat gang masuk rumahku ini. Apa kau ingin mengungunjungi salah satu warga di sini? Karena aku belum pernah melihatmu di sini." Pantas saja aku tidak lagi mengingat apapun setelahnya. Ternyata wanita ini menemukanku dalam keadaan pingsan.
"Tidak bibi, aku ingin mencari tempat KOS untukku." Aku menjawab dengan pelan, sungguh tubuhku terasa lemas sekali.
"Sebaiknya kau kembali istirahat, untuk masalah tempat tinggal nanti kita bahas lagi." Aku hanya menganggukkan kepalaku–pertanda setuju. Wanita paruh baya itu meninggalkanku sendiri di tempat tidur miliknya.
2 jam berlalu. Aku sudah terbangun dari tidurku. Ku rasa sudah cukup lebih baik daripada tadi. Aku melihat jam dinding yang terpajang di atas dinding kamar ini. Waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore.
CLEK!!!
Pintu kamarnya terbuka, terlihat wanita paruh baya tadi memasuki kamar tempatku beristirahat. Dengan membawa segelas susu di tangannya.
"Kau sudah bangun, nak? apa kau sudah merasa lebih baik?" Tanya wanita itu dengan memberikan segelas susu padaku.
"Sudah bi," jawabku singkat.
"Hei, namamu siapa? aku belum tahu siapa namamu," beliau memberikan senyum tipis dengan menanyakan siapa namaku.
"Namaku Key bi, nama bibi?" Aku berbalik tanya padanya.
"Panggil saja Bu Aarti. Atau jika kau mau, kau bisa memanggilku 'ibu' saja, nak." Apa? ibu? wanita ini manawarkan dirinya dengan sebutan 'ibu'? Ibu? Ya! Ibu! Aku sungguh merindukan ibuku. Bukan hanya ibu saja, tapi juga ayahku. Entah mereka pernah mencoba mencariku walau sesekali. Atau, sudah merelakan tanpa diriku?
"Terima kasih, aku akan memanggilnu 'Bu Aarti' saja." Wanita itu tersenyum saat aku memberikan keputusan untuk memanggilnya dengan sebutan 'Bu Aarti'.
"Baiklah nak, kau bisa tinggal di sini jika kau mau," aku tidak tahu harus menerimanya atau menolak permintaannya. "Kau jangan khawatir, aku hanya tinggal sendiri di rumah ini. Suamiku sudah meninggal sejak lama, Ketiga anakku sudah berkeluarga dan memeliki rumah. Jadi kau bisa tinggal bersamaku di rumah ini." Sungguh aku tidak ingin merepotkannya lagi. Tapi jika tidak menerimanya, aku akan tinggal di mana?
◾◽◾◽
Sudah berjalan kurang lebih sepekan aku tinggal bersama Bu Aarti, beliau sangat baik padaku. Sudah seperti ibu sendiri. Kami juga sudah bercerita banyak tentang kisah hidup kami. Aku dengan kisahku yang pernah ditinggal oleh orang-orang tersayangku. Hari ini aku memutuskan, aku akan mencari pekerjaan di sekitar tempat ini. Pekerjaan apapun itu, aku akan menerimanya. Asal aku bisa mendapatkan penghasilan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY [On Hold]
RomanceGadis dengan berjuta-juta impian yang terpaksa harus terpendam karena ditinggalkan oleh orang-orang tersayang. Sampai pada suatu hari dipertemukan dengan laki-laki tampan dan baik hati yang berhasil membuat impiannyabangkit lagi. "Akan ada saatnya a...