Gadis dengan berjuta-juta impian yang terpaksa harus terpendam karena ditinggalkan oleh orang-orang tersayang. Sampai pada suatu hari dipertemukan dengan laki-laki tampan dan baik hati yang berhasil membuat impiannyabangkit lagi.
"Akan ada saatnya a...
“Selamat pagi,” sapaku pada Aldi yang tengah berjalan munuju meja makan.
“Hei, pagi juga, Key.” Sambutnya. Lalu Aldi duduk di kursi–meja makan.
“Di mana Ken?” Aldi menyuruput kopi hangat yang baru ku buatkan.
Aku menggeleng. “Dia belum keluar.” Kataku.
“Apa dia marah padamu?” pertanyaan Aldi sama persis dengan pertanyaan yang sedari–kemarin malam melintas di pikiranku.
“Entahlah, Al. Aku tidak tahu.” Jawabku sembari mengangkat kedua bahuku.
Clek!
Terdengar suara pintu yang membuka. Dan itu dari arah kamar Kenzie. Aku dan Aldi langsung menatap ke sana. Dan benar, Kenzie keluar dari kamarnya dan sudah rapi. Siap untuk berangkat ke Kantor.
“Key?! Hari ini kau ikut denganku untuk menghadiri meetingbersama klien.” Ucap Kenzie tiba-tiba. Aku cukup terkejut. Apa? Meeting? Apa Kenzie tidak salah mengucap?
“Apa?” tanyaku.
“Meeting. Tegasnya lagi. “Lebih baik kau cepat bersiap dan kita berangkat ke Kantor sekarang.” Jelasnya.
“Ken... Aku bukan sekretarismu. Bahkan aku juga tidak begitu memahami tentang perusahaan kalian. Apa harus aku yang menghadiri meeting itu bersamamu? Alangkah baiknya jika kau meminta staff yang lain saja.” Aku mencoba untuk menolaknya. Pasalnya aku memang tidak begitu memahami tentang perusahaan itu. Aku masih tergolong sebagai staff baru, di sana.
“Aku akan mengajarimu. Dan aku juga yakin akan kemampuanmu. Lagi pula, meeting di mulai nanti jam 2 siang.” Jelasnya lagi. Aku cukup bingung, apa yang harus ku lakukan? Tetap menolaknya? Atau menerimanya.
“Jangan khawatir, Key. Meeting tak seburuk yang kau bayangkan. Bahkan tak lebih buruk dari bertemu dengan mantan kekasih.” Aldi terkekeh. Antara meyakinkan dan meledek, sudah menjadi satu. Hebatnya lagi, Kenzie ikut tertawa seolah membenarkan hal tersebut.
“Eum... Baiklah, baiklah. Aku setuju.” Akhirnya aku menyerah juga. Aku menerima ajakan Kenzie. Bukan ajakan, tapi tugas. Tugas dari seorang atasan untuk bawahannya. Ya, walaupun Kenzie tidak pernah menganggapnya seperti itu.
“Cepat berisap, dan kita berangkat sekarang. Agar lebih banyak waktumu untuk mempelajari tentang profil perusahaan dan bahan-bahan untuk meetingnanti.” Ucap Kenzie.
“Ya. Tunggu sebentar!” kataku. Aku pergi ke kamar untuk mengambil tas dan sedikit berdandan–tentunya.
Tidak cukup lama, kemudian aku keluar dari kamarku. Aku sudah siap, dan Kenzie sudah menungguku.
“Sudah siap?” tanyanya.
“Sudah. Ayo!” ajakku.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.