*KENZIE POV.*
“K-Keeey?!!!” Kami bertiga menoleh bersamaan. Terlihat seorang wanita paruh baya keluar dari rumahnya. Berteriak dan sedikit berlari menuju ke arah kami.
“Bibi–?” Ucapku kompak dengan Aldi.
“Kenzie–? Aldi–?” Wanita itu menatapku dengan Aldi. Tertegun. Pasti cukup mengejutkan baginya, bisa bertemu lagi denganku dan juga Aldi.
“Jadi, bibi tinggal di sini?” Tanya Aldi kepada wanita paruh baya itu, yang tidak lain adalah Bu Aarti.
“Anak-anak bandelnya bibi sudah besar, ya,” Mendengar perkataan si bibi, kami bertiga pun tertawa renyah.
“Apa maksudnya? anak-anak? aku bingung.” Key memegang kepalanya.
“Ayo masuk dulu!” Titah bibi.
“Antar Key ke kamar, Ken!” Key yang berjalan lebih dulu di depan kami pun menoleh. “Tidak perlu, aku mau di sini saja bersama kalian. Aku baik-baik saja. Sungguh!” Ujarnya dengan senyum termanisnya.
“Baiklah,” Bibi tidak bisa menolak permintaannya.
Kami berampat duduk di ruang tamu.
“Jadi, bibi tinggal di sini selama ini?” Tanya Aldi langsung memulai obrolan.
“Tunggu, tunggu! Sebenarnya kalian ini siapanya bu Aarti?” Gadis itu mengernyitkan alisnya karena merasa kebingungan.
“Sebenarnya, mereka ini tetangga Ibu dulu. Di rumah Ibu yang lama. Rumah kami bersebelahan, kami tidak seperti tetangga tapi sudah seperti saudara. Bukan begitu anak-anak bandelnya bibi?” Kami bertiga tertawa lepas. Sepertinya bibi masih ingat dengan kelakuan kami saat masih sekolah dulu. Hanya menyisakan Key yang tidak tertawa karena masih merasa bingung.
“Siapa yang bandel, Bu?” Tanya Key antusias.
“Siapa lagi kalau bukan si tukang bolos Kenzie.” Bibi menahan tawanya.
“Apa? hahaha... jadi, Tuan dulu tukang bolos?” Kali ini Key yang tertawa penuh kemenangan.
“Iya, cuma Kenzie saja. Tapi aku juga ikut terkena imbas marahnya ibu. Ibu kami mengira kami berdua yang bandel, padahal cuma Ken saja.” Merasa tidak terima dengan apa yang diungkapkan bibi, Aldi pun membela diri.
“Apa kabar orang tua kalian? Kalian di sini kuliah?” Tanya bibi.
“Orang tua kami baik, kami sudah lulus kuliah bi. Sekarang tinggal melanjutkan bisnis keluarga saja. Perusahaan yang ada di kota ini.” Aldi menjelaskannya pada bibi.
“Kak Agas dan Kak Bayu? Apa kabar mereka?” Setelah mataku mengelilingi isi rumah ini, aku memang tidak menemukan tanda-tanda jika kedua anak bibi di rumah.
“Kabar mereka baik, mereka tinggal bersama istri masing-masing. Paling sebulan sekali berkunjung. Tapi bulan ini belum.” Aku dan Aldi hanya mengangguk-anggukkan kepala kami.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY [On Hold]
RomanceGadis dengan berjuta-juta impian yang terpaksa harus terpendam karena ditinggalkan oleh orang-orang tersayang. Sampai pada suatu hari dipertemukan dengan laki-laki tampan dan baik hati yang berhasil membuat impiannyabangkit lagi. "Akan ada saatnya a...