*Author pov.*Gadis itu terdiam. Melamun dengan tatapan kosong. Sesekali menghela napas panjang, kemudian menenggelamkan kepalanya pada tekukan lututnya.
"Sayang, kau sudah pulang?" Tanya seseorang membuyarkan lamunannya.
"Sudah, bu." Jawabnya pelan.
"Lalu, kenapa kau duduk di luar? masuk lah!" Wanita paruh baya itu memegang bahunya. Key mendongakkan wajahnya. Lalu kemudian mengangguk pelan, menuruti perintahnya.
"Hari ini aku akan pergi dari sini. Aku masih belum percaya, apa kehidupanku akan berbeda setelah ini, bu?" Wanita paruh baya yang berjalan lebih dulu pun menghentikan langkahnya. Menatap ke arah Key. Kedua netranya mulai berair, tidak bisa ditahannya lagi.
"Buuu..." Tangis gadis itu pecah. Dia menghambur ke pelukan wanita yang selama ini telah dianggap sebagai ibunya.
"Sayang, tenanglah. Semua akan tetap baik-baik saja. Dan kau, tetap sebagai anak ibu." Ucap wanita itu. Mengelus pelan rambut anak gadisnya. Mencoba untuk menenangkan hati dan pikirannya.
"Aku akan menelepon Ken." Key melepaskan pelukannya. Mencari ponsel di dalam tas nya.
"Barang-barangmu?" Tanya Bu Aarti.
"Sudah ku persiapkan, bu." Jawabnya, dengan ponsel yang diletakkan di sebelah telinganya.
"Hallo, Ken?"
"Iya, Key? Ada apa? Apa kau menghubungiku karena kau telah siap?" Tampaknya pria ini sangat antusias. Nada bicaranya penuh kegembiraan.
"Ya, aku sudah siap." Ujar Key.
"Kapan aku bisa menjemputmu?"
"Kapanpun, sore ini? terserah kau saja,"
"Baiklah, sore ini aku akan menjemputmu" Ucap Ken.
"Terima kasih, maaf sudah menganggumu."
"Tidak sama sekali." Ungkap Ken di sana.
"Sampai jumpa." Key tampaknya mengakhiri perbincangan mereka di telepon.
▪▪▪
Pukul 4 sore. Key menyeret kopernya untuk dibawa keluar. Sedangkan Bu Aarti tengah membawakan dua tasnya yang tersisa. Sesekali diliriknya jam yang menggantung bebas di atas dinding. Perasaan campur aduk kini ia rasakan.
"Apa Ken sudah di jalan?" Tanya Bu Aarti memulai pembicaraan.
Gadis itu mengangguk pelan.
Tin.. Tin..
Bunyi suara klakson mobil di luar sana. Pasti itu Kenzie yang datang. Beberapa saat kemudian, setelah memarkirkan mobilnya, terlihat seorang pria di ujung pintu sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY [On Hold]
Roman d'amourGadis dengan berjuta-juta impian yang terpaksa harus terpendam karena ditinggalkan oleh orang-orang tersayang. Sampai pada suatu hari dipertemukan dengan laki-laki tampan dan baik hati yang berhasil membuat impiannyabangkit lagi. "Akan ada saatnya a...