PART 21

212 10 5
                                    


*AUTHOR POV.*

"Menginaplah!" pinta wanita tersebut.

"Jika Key menginginkannya, silakan saja." Ujar Aldi.

"Kau juga." Lanjut si Bibi.

"Kasihan Ken, Bi." Jawab Aldi.

"Pinta dia kemari setelah selesai pergi bersama kekasihnya." Usul bi Aarti.

"Nanti aku akan coba hubungi dia." Jawab Aldi sembari menyandarkan tubuhnya di sofa.

Keysha terlihat sangat bahagia. Kedua matanya tak berhenti untuk mengelilingi isi rumah itu. "Tidak berubah." Gumamnya sesekali. Bi Aarti pergi ke dapur untuk membuatkan mereka minum, dan menyiapkan beberapa camilan. Aldi masih dengan posisi santainya duduk di sofa ruang tamu. Dan kini gadis itu mulai melangkahkan kakinya memasuki sebuah ruangan. Ruangan yang berukuran tidak cukup besar. Karena pintu yang terbuka, jadi ia bisa langsung masuk ke sana. Ekspresi matanya berubah sayu. Sesekali senyum melengkung di bibirnya. Lesung pipit yang terlihat dengan jelas, membuat gadis itu menjadi terlihat begitu cantik. Ya, kali ini dia sudah berada di kamar tidur yang- sebelumnya pernah ia tempati. Di kamar itu juga ia pertama kali bangun dari pingsannya. Tempat di mana Keysha menikmati waktu lelahnya setelah seharian bekerja.

Ia menghampiri meja rias yang berada tidak cukup jauh dari tempat ia berdiri sekarang. Dengan menarik kursi untuk didudukinya. Menatap pantulan wajahnya sendiri di depan cermin. Sekali lagi senyumnya mengembang. Bisa dikatakan gadis itu tengah mengingat kejadian-kejadian selama ia berada di tempat itu. Sebelum ia memutuskan untuk tinggal bersama Kenzie dan juga Aldi.

Tanpa sadar, sebuah pena terjatuh dari atas meja itu. Tangan gadis itu tidak sengaja menyenggolnya. Ia mulai membungkukkan tubuhnya, mengambil pena yang terjatuh di lantai.

"Huh." Ia menghela napas kasar. Sambil memainkan pena yang kini berada di tangannya. Lagi-lagi senyumnya terukir. Tapi kemudian perlahan lenyap. Ia mengingat sesuatu. Langsung diletakkannya pena itu di atas meja-kembali. Bagaimana tidak, Keysha masih ingat benar, pena itu lah yang ia gunakan untuk menulis surat kepada atasannya-Celvin. Rasanya itu adalah hal yang paling bodoh yang pernah ia lakukan dalam hidupnya. Jika ingat, seorang bawahan yang menulis ungkapan perasaan terhadap atasan. Itu memalukan. Benar-benar memalukan-menurutnya.

"Key?! Di sini kau rupanya." Tiba-tiba seseorang masuk ke dalam ruangan tersebut. Kehadirannya berhasil membuyarkan lamunan singkat gadis itu.

"Iya, bu." Jawabnya.

Bi Aarti mendekatkan langkahnya ke tempat Keysha duduk.

Wanita paruh baya itu mengusap pucuk kepalanya. "Kau merindukannya?" Tanyanya.

Mata Keysha berubah menjadi tatapan penuh tanya. Apa atau siapa yang dimaksud oleh wanita itu?

"Setelah kepergianmu dari sini, dia mencarimu," ujar si Bibi. Gadis itu cukup terkejut, bagaimana bisa bi Aarti mengetahui apa yang tengah dipikirkan oleh Keysha sekarang. Tepatnya setelah ia menemukan benda bertinta itu.

"Apa?" Tanya Keysha.

"Iya. Pria yang pernah mengajakmu untuk pergi makan malam." Celvin? Ya. Tepat sekali. Maksud bi Aarti adalah Celvin. Jika kau mengingatnya, pria itu pernah menjemput Keysha di rumahnya.

"Aku juga bertemu dengannya, Bu." Ujar Keysha.

"Oh ya? Di mana?" Tanya bi Aarti.

"Di kantor Ken. Dia menjadi rekan bisnis Ken sekarang." Jelas gadis itu.

"Apa selain mempunyai restoran, dia juga memimpin sebuah perusahaan?" Tanya Bi Aarti-memastikan.

Keysha mengangguk.

DESTINY [On Hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang