DUA

5.2K 171 5
                                    

KRING!

Suara jam beker Nathalia yang berwarna tosca itu memenuhi sudut ruangan kamar nya. Dengan sigap Nathalia segera mematikan jam beker nya.

"Liaaaaa" teriak bunda dari lantai satu.

Nathallia menggeliyat di tempat tidur nya dengan malas "Iya bunda bentar ya" ujar ku pelan yang tidak mungkin di dengar bunda dari lantai satu.

"Liaa, ayo nak bangun sayang" teriak bunda lagi

Nathalia mengucek kedua mata nya lalu, segera menggambil handuk yang ada di meja rias itu kemudian segera memasuki kamar mandi, setelah selesai mandi aku segera memakai seragam kemudian menata rambut hitam agak kecoklatan nya itu.

🌷•🌷•🌷

Setelah sampai di meja makan. "Ayo cepet sarapan,nanti telat" ujar ayah sambil menyiapkan tempat duduk ku,

"iya yah,bentar" jawabku singkat.

Setelah selesai sarapan, mata Nathallia celingukan mencari keberadaan abang nya. Yang biasanya, abang nya itu pagi pagi begini sudah duduk di meja makan sambil memainkan ponselnya kalau tidak berbicara pada ayah tentang jurusan kuliah yang akan ia ambil, tentang sekolah nya, dan masih banyak lagi.

"Yah, kak david mana? Kok gak keliatan batang hidung nya?"

"Kak David uda berangkat, kata nya kelas tambahan nya diganti pagi khusus hari ini" balas Devania sambil meletakkan jus jeruk didalam gelas putri kesayangan nya.

"Kamu naik taxi aja ya nak" imbuh ayah.

"Lah?emang ayah kenapa?nggak bisa nganter aku? Tanyaku dengan muka polos.

"Ayah masih mau ketemu klien" imbuh ayah sambil memakan nasi goreng nya.

"Ooh"

"Nggak papa kan sayang?" tanya bunda dengan nada was was.

"iya, nggak papa kok bun"

🌷•🌷•🌷

"Tuut tuut.."

Nathalia mendecikkan bibirnya, seharusnya Gilang—kekasih nya itu mengangkat telfon nya. Tetapi malah tidak bisa diangkat. Situasi genting seperti ini seharusnya kekasihnya itu selalu siap sedia mengantar Nathalia kemana saja. Nathalia mengulai menelfon Gilang lagi.

Hubby💘 is another call ...

Nathalia mengernyitkan alisnya bingung. Tadi tidak diangkat, sekarang malah berada di panggilan lain? Seharusnya, ia menelfon Nathalia kembali karena Nathalia menelfon nya tadi. Memang menyebalkan!

Nathalia memasukkan ponselnya kedalam saku—melirik jam tangan yang bertengger di tangan kanan nya. Sebentar lagi memasuki jam jam macet parah. Maka dari itu, Nathalia memutuskan untuk berangkat menggunakan taxi saja.

Untung saja hari ini dewi kebaikan berpihak kepada Nathallia, tidak ada lima belas menit sudah banyak taxi yang seliweran didepan rumah nya. Meskipun sekarang Nathalia sudah duduk manis didalam taxi, tetap saja rasa takut akan telat itu menghantui Nathalia mengingat betapa macetnya ibu kota jika pagi hari seperti ini.

🌷•🌷•🌷

Nathalia membayar taxi itu kemudian lalu bergegas untuk turun. Dugaannya benar, ibu kota hari ini sangat macet. Sebenarnya, bukan hari ini saja bahkan hari hari lainnya juga macet. Tetapi, apalah daya Nathalia menaiki taxi yang supir nya tidak bisa ngebut dan mengambil jalan tikus seperti abang nya itu.

REMEMBER THATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang