DUA PULUH SEMBILAN

1.7K 64 3
                                    


"Cielah yang habis jadian" goda Naomi.

"Siapa yang jadian emang nya?" Flora mengernyitkan alis nya bingung .

"Etdah hahok bener lo" balas Hanna

"Nurun dari lo ya kan han" balas via

"Apaan sih" balas hanna.

"VERRO PEJE NYA YA SAMA FLORA!DON'T FORGET!" Ujar shafa memakai mic. Sehingga satu kelas mendengar nya dengan jelas.

"Hah?verro jadian?" Ujar alvina

"Sama flora?" Ujar dewi

"Kapan jadian nya nih?" Ujar tania

"WOAH TRAKTIRAN NYA BRO" Teriak Arlan.

"SHIT" Umpat verro kesal.

"Jangan di sebarin ihh kalian ini" flora mencebikkan bibir nya.

"Kenapa emang nya?. Waktu gue jadian sama brian juga di sebarin kan?" Nathallia Memasang wajah watados nya.

"Kalo di bandingin sama elo ya beda lah bego" Naomi menghantarkan sebuah jitakan di kepala ku. Aku yang mendapat jitakan itu menunjukan cengiran kuda.

"Makin lama makin hahok aja sih lo nat" balas shafa

"Nurun dari hanna pasti." Ujar via menahan tawa nya.

"Kebanyakan makan daging mantan" balas Shafa. Dam tawa kami pecah seketika.

Tanpa kami sadari sepasang mata elang menatap ke arah kami.

***

"Hujan!" Aku berlari menuju luar kelas.

Aku membasahi tangan di bawah hujan.

Pengorbanan hujan itu sempurna. Kenapa? Karna Hujan nggak merasakan sakit meskipun dia udah jatuh berkali-kali.

Aku memandang ke arah lapangan yang becek karna hujan. Aku menyipitkan mata ku saat aku melihat seorang anak lelaki berdiri di bawah hujan. Aku tidak tau dia bersama siapa saat ini karna tubuh nya menghalangi penglihatan ku.

"Kak brian?" Gumamku.

Aku berlari kecil melalui koridor yang sedikit ramai karna siswa siswi yang berhamburan ingin cepat pulang, tapi hujan tidak memberikan mereka izin untuk pulang.

"Nathallia jangan lari!" Teriakan hanna yang samar samar di telinga ku.

Langkah ku terhenti saat melihat anak lelaki itu. Bukan karna lantai yang basah yang membuat ku berhenti. Tapi yang bersama anak lelaki itu yang membuat ku berhenti melangkah.

Aku memaksakan kaki ku untuk mendekat ke anak lelaki itu meskipun berat rasa nya kaki ini melangkah.

"Kak?" Panggil ku lirih

Kedua insan itu menghentikan aktivitas nya lalu berbalik badan secara bersamaan. Aku menatap kedua insan itu secara bergantian. Senyuman licik di wajah amanda terukir dengan bebas.

Hening

Aku menatap anak lelaki itu dengan tatapan sendu. Dengan cepat aku berlari ke arah parkiran sekolah. Aku tak peduli dengan teriakan para siswa yang meneriaki ku "AWAS NAT LANTAI LICIN".

"Nathallia tunggu" teriak kak brian samar samar di telingaku.

Aku memasuki mobil ku dengan cepat, lalu mulai menyalakan mesin nya di atas rata rata.

REMEMBER THATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang