49. Tiket Ke Kairo

1K 134 29
                                    


"Kulihat senyummu. Segera kutahu bahwa aku akan selalu di hatimu. Selamanya."

= Kukuh Arkatama =


Tiket ke Kairo ternyata telah dikirimkan oleh Jordan. Rupanya Ibra bergerak cepat dan mengatur semuanya. Jadwalnya tengah malam nanti. Yasmina masih memiliki waktu untuk menghabiskan hari. Ia agak lega saat Jordan mengabarkan bahwa sang ayah sudah stabil dan tengah menjalani berbagai pemeriksaan.

"Banyak benar yang mau diperiksa? Bukannya keluhannya cuma jantung?" keluh Yasmina setelah mencermati penjelasan Jordan. Ia masih mendengarkan penuturan Jordan selama beberapa saat lagi. "Ah? Muntah darah, kencing darah, dan berak darah?" Wajah Yasmina memucat seketika.

Kukuh mendengarkan dengan menahan tawa. Ternyata calon mertuanya itu raja drama juga. Muntah darah, kencing darah, dan berak darah katanya? Mengapa tidak sekalian perdarahan otak atau kanker payudara, begitu?

"Tenang Yas, papamu akan baik-baik saja. Terakhir ketemu kan segar bugar," hibur Kukuh. Sudah pasti dia segar bugar.

"Papa suka lupa makan dan kurang tidur," gumam Yasmina lagi.

Tak lama, teleponnya berdering. Bu Angga menanyakan apakah Yasmina mau berangkat bersama kakeknya atau berangkat sendiri ke soft launching. Yasmina menjawab kalau dia tidak jadi berangkat. Reaksi yang ia dapatkan sesuai dugaan. Sang kakek menelepon dengan tegang.

"Maaf, Kek. Aku tidak bisa. Papa kena serangan jantung, aku tidak minat ikut pesta apa pun saat ini."

"Nah, kamu malah pacaran di situ?" protes Iskandar.

Yasmina terdiam sejenak. "Aku punya proyek musik di sini. Lagi pula ketidakhadiranku tidak mengubah apa-apa, kan, Kek?"

"Bagaimana tidak mengubah apa-apa? Kamu mau dikenalkan sebagai CMO. Tentu saja kamu harus hadir!" Tegas sekali kata-kata Iskandar.

"Loh, Kek? Aku kan sudah menolak tempo hari," bantah Yasmina.

"Jangan membantah, Yasmina! Kalau bukan kamu, siapa lagi?"

"Papa baru sakit, Kek. Dia bisa syok kalau tahu ini. Aku tidak bisa, maaf." Yasmina menutup sambungan telepon. Dipandangnya Kukuh yang menatap dengan sorot mata cemas.

"Aku tidak akan menerima apa pun. Apalagi saat Papa sakit begini," kata Yasmina untuk menenangkannya. "Yuk mulai lagi bikin aransemen," ajaknya.

Yasmina dan Kukuh kembali memasuki studio. Di sana mereka sibuk mencoba-coba nada dengan personel Next! yang lain. Waktu berlalu dengan cepat. Tak terasa hampir satu jam mereka di situ. Tiba-tiba, Karin mencari Kukuh dengan raut wajah cemas.

"Ada Pak Iskandar memaksa ketemu, Mas," lapornya. "Beliau menunggu di ruang tamu. Mau mencari Mbak Yasmina."

Yasmina dan Kukuh saling pandang. Berdua mereka bergegas menemui Iskandar.

"Mas, bapak itu membawa orang di luar," bisik Karin sebelum masuk ke ruang tamu.

Kukuh menghela napas. "Berapa orang?"

"Sekitar empat orang."

Kukuh segera memberi kode pada pengawal pribadinya untuk mengambil langkah pengamanan.

☆☆☆

Mengintimidasi adalah satu kelebihan Iskandar selain persuasi. Tubuh kerempeng itu duduk bersilang kaki sambil bersandar di sofa. Sikapnya menunjukkan betapa dirinya paling berkuasa di tempat itu. Ia bahkan tidak menyambut uluran tangan Kukuh.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 3 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

YasminaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang