Part 13

11.3K 729 11
                                    

Ali pov
Beberapa hari ini semua berjalan dengan sempurna, hubungan ku dengan gadis mungil nan bawel si Prilly pun makin dekat. Semua karna ayasha yang selalu ada saja alasan untuk dekat dengan Prilly.

Untuk masalah kehidupan Prilly aku belum tau apapun tentang itu dia terlalu misterius untuk ditebak, dan dia juga bukan perempuan yang mudah sekali mengumbar cerita hidupnya ke semua orang seperti perempuan kebanyakan, aku jadi makin kagum padanya.

Sebut saja ini waktu singkat pendekatan ku dengan dia, bahkan terlalu singkat Samapi aku jatuh hati padanya. Hanya bertemu, menghabiskan waktu bersama, bertukar cerita begitu saja aku sudah dibuat mati penasaran dengan dia.

"Daddy nanti Asha main sama mommy Prilly ya"
Aku tersenyum mendengar penuturan ayasha entah siapa yang mengajarkan dia selalu menyebut Prilly dengan sebutan mommy.

"Iyaa. Kalau aunti nya nggak sibuk ya"
Aku masih sibuk dengan file di kantorku, kebetulan hari ini ayasha pulang cepat jadi dia ikut pergi kekantor menungguku pulang juga. Dia terlalu senang juga disini.

"Assalamualaikum bosss!" Teriak Nana yang masuk kedalam ruangan ku. Dia adalah sekretaris baruku, perempuan berkerudung ini sangat baik dan lemah lembut. Sampai aku pernah berfikir untuk menjadikan nya istri, tapi takdir berkata lain aku lebih nyaman menjadi sahabat dekat nya saja.

"Waalaikumsalam"

"Bawak obos kecil. Hallo cantik!! Assalamualaikum"
Terlihat Nana mengusap kepala ayasha disambut senyum lucu ayasha.

"Hmm Li. Tadi mama kamu nelpon kantor nanyain kamu, kamu disuruh pulang tuh"
Katanya masih asik memainkan rambut Asha yang terkuncir kuda.

"Pulang? Kerjaan gue masih banyak"
Aku masih fokus menatap layar tipis di depan mataku. Dengan jari yang mengetik beberapa keyboard untuk membuat laporan.

"Kayaknya penting deh Li, kamu pulang aja durhaka loh nolak permintaan ibu sendiri, soal laporan aku bisa kerjain"
Mama selalu seperti ini, aku sampai bingung. Mama ini kenapa?

"Bener nggak papa?"

"Apasih yang nggak buat sahabat aku. Sini yuk Asha yukkk"
Dia mengendong tubuh Asha kegendongan nya. Dia selalu seperti itu dia akan mengantarkan Asha sampai mobilku dengan di gendong. Dia suka sekali dengan wajah menggemaskan Asha katanya.

Aku hanya tersenyum dan membereskan beberapa file yang harus diselesaikan dirumah, dan beberapa barang yang perlu dibawa pulang.
Dan lalu menyusul langkah Asha dan Nana yang sudah mendahului ku sejak tadi.

Kupacu gas mobilku stabil untuk mencapai rumah. Ayasha yang terlihat asik dengan mainan nya yang baru dia dapat dari sekolahnya. Nampak nya dia lupa kalau ingin bertemu Prilly tadi. Baguslah Prilly bisa konsen bekerja dan sekolah nya.
Hanya beberapa menit aku dan Asha sampai dirumah.
Terlihat mobil berwarna merah terparkir dirumah. Aku hanya cuek saja mungkin itu teman mama, mama memang sering sekali membawa teman nya kerumah lalu membeberkan semua masalahku dan ya! Orang itu akan simpati padaku, sekedar info mama ku tidak suka dengan pilihan ku Prilly.

Aku masuk rumah dengan mengandeng tangan mungil Asha, dia nampak sedikit meloncat loncat riang kas anak kecil. Lucu sekali dia.

"Assalamualaikum ma, mama mau apa nyuruh aku pu-"
Bicaraku terhenti ketika aku melihat perempuan yang sedang berdiri disamping mama.
Menggunakan baju kuning Sabrina selutut , rambut nya yang sedikit pirang terurai panjang memberikan aku sebuah senyum yang lama sekali tidak aku lihat.

"Aunti icillllll" teriak Asha langsung berhamburan lari kearah wanita itu. Dan dia menerima pelukan Asha dengan penuh kasih sayang.

Dia Silviana, wanita yang pernah amat sangat aku cintai tapi lebih memilih pergi dan tak pernah datang atau sekedar mensupport ku dengan keadaan rapuh.
Waktu itu Asha masih usia 3th baru saat itu sedang paniknya aku karna Asha yang diolok teman nya tidak mempunyai ayah dan ibu.
Aku berharap dukungan darinya tapi dia malah memilih pergi dengan alasan belum siap? Memang siapa yang akan menikahi nya pada saat itu? Aku hanya ingin didukung.

Mengingat kejadian itu membuat aku sedikit marah. Kuhampiri Asha dan Silvi yang sedang melepas rindu dengan pelukan.

"Aku kangen aunti"
Kata Asha sambil memegang kedua pipi Silvi yang dulu polos sekarang terlapisi make up.

"Aunti juga, kamu makin tinggi ya. Makin cantik"
Asha tersenyum dan memeluk Silvi lagi. Aku yang melihat mulai geram, aku melirik kearah mama sebentar lalu melihat kearah Asha dan Silvi.

"Asha. Asha kan belum ngerjain PR kerjain dulu ya nanti kesini lagi. Ayo masuk sama mbok nem"
Aku memisahkan pelukan Asha dan Silvi pelan lalu menarik Asha kegendongan ku.

"Tapi Daddy"
Silvi terlihat terkejut saat melihat Asha memanggilku dengan sebutan Daddy.

"Asha anak baik kan? Kata buguru kalau anak baik haru nurut sama Daddy kan? Ayo sana kerjain dulu baru kesini"
Kuturunkan Asha dari tubuhku dia memasang wajah muram tapi aku tidak boleh memberi kesempatan Asha menyukai Silvi lagi. Apalagi berharap silvi menjadi ibu nya.

"Mbok nem, temenin Asha ya"

"Iya tuan"
Mbok nem langsung mengandeng Asha masuk kedalam kamarnya. Aku diam.
Sampai benar benar melihat Asha naik dan masuk ke kamarnya. Mama dan Silvi pun ikut diam.
Setelah Asha masuk kedalam kamar aku melihat tajam kearah Silvi sekilas lalu kearah mama. Pasti mama yang membuat.

"Ma ini ada apa?"
Kutanya tegas mama tapi masih dengan penuh kesabaran. Aku tidak mungkin menyakiti mama. Mama adalah ibuku.

"Mama pikir kamu perlu ngobrol sama Silvi"
Dengan tiba tiba mama meninggalkan aku berdua dengan Silvi. Apa maksudnya? Aku tidak suka ini.

Setelah mama masuk hanya aku dan Silvi disini. Bahkan untuk melihat wajahnya saja aku takut. Takut kenangan dimana Silvi meninggalkan ku dan berkata menyakitkan untukku dan Asha.
Asha terlalu kecil untuk paham pada saat itu, tapi tidak untuk aku.

"Ali aku minta maaf"
Hening. Aku masih enggan menjawab pertanyaan Silvi.

"Ali aku tahu kamu marah. Soal Asha kamu nggak usah jelasin aku tahu. Mama kamu cerita semua-"

"Kalau kamu udah tau semua kenapa masih disini?"
Kujawab keras tanpa melihat kearah Silvi sedikit.

"Ali aku tahu kamu marah sama aku. Tapi aku nggak bisa, aku masih kuliah pada saat itu. Kamu ngerti kan impian aku?"

"Ngerti. Impian yang bahkan membuat kamu yang dulu sangat peduli menjadi egois seperti itu!"

"Aku nggak egois tapi ini masa depan aku Ali"
Aku hening. Memang tak seharusnya aku seperti ini, tapi aku sudah terlanjur sakit hati.

"Aku maafin kamu, sekarang bisa pulang?"

"Dengerin aku dulu!"
Dia memegang tanganku dan dengan spontan langsung kulepaskan.

"Apa?"

"Aku siap. Jadi mommy buat Asha sekarang seperti yang kamu mau"
Pernyataan macam apa ini? Dia terlihat tersenyum manis tapi membuat aku muak.
Dulu saja saat aku butuh dia disampingku malah dia meninggalkan aku dengan sejuta kesedihan yang ada.

"Sayang nya Asha sudah punya mommy. Dan nggak perlu mommy egois kayak kamu"
Aku langsung pergi meninggalkan Silvi yang nampak kaget dengan pernyataanku. Bukan Silvi namanya jika dia tidak menahanku.

"Ali apa maksudnya?"

"Aku kira kuliah dan kerja di luar negeri buat kamu pinter dan paham akan kata kata aku. Aku capek. Kalau mau ngomong sama mama aja"
Aku menaiki tangga tanpa melihat kearah Silvi sedikitpun.

Maaf.
Ini pilihanmu Sil, pilihan yang lebih memilih mengejar impianmu dan meninggalkan aku yang sangat membutuhkan mu. Aku tidak pernah melarang kamu untuk mengejar mimpi. Tapi setidaknya tidak dengan menghindari aku waktu itu.
----------------------------------------------------
Alhamdulillah di next juga.
Agak lupa alur jadi yasudah lah.

Janganlah lupa like , comment and share yaa❤
Love you all❤

Pelindung keponakankuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang