Part 22

9.7K 578 3
                                        

Dear pembaca setia aku,

Gila ya kalian, suka bikin aku terharu fix parah 😚 , sebelumnya aku makasih banget buat kalian yang dengan ikhlas mau memencet tombol bintang apalagi ditambah dengan taburan komentar yang bikin aku senyum senyum sendiri. Aku nggak bisa kasih banyak cuman mau bilang , Aku sayang sama kalian💛

Btw, aku taruh atas rusak mood ya? Haha. Abis kalo dibawah kamu nggak suka baca sih kan aku juga pengen ngobrol sama kalian.

Sorry juga nih, kalau aku next suka lama sampai berbulan dan berminggu-minggu. Ngumpulin mood nulis itu susah banget sekarang. Karna udah banyak tugas kuliah yang ada.
Ehh kok kepanjangan. Yaudah deh sok bacah deh bacahhh

                               ***
Prilly POV

Saat ini aku sudah berada didalam kelas siap untuk menempuh ujian, aku sudah belajar banyak tadi. Tapi hal yang membuatku makin senyum senyum seperti ini adalah hal yang dari tadi aku alami bersama Ali. Hal itu terjadi secara alami mulus begitu saja.
Aku sampai saat ini pun masih mengira kalau aku bermimpi karena sudah baikan lagi sama dia. Ah bahagia nya!

"Prilly? Woy!"
Aku sedikit tersentak saat temanku menepuk pundakku. Aku yang sadar langsung kalang kabut melihat kearahnya.

"Kenapa?"
Tanyaku polos kepadanya. Menggangu saja pikirku.

"Ada pensil satu lagi gak? Pensil gue patah. Atau nggaj tautan aja deh"
Dengan sedikit dongkol kebahagiaan ku diganggu aku memberi dia rautan berwarna merah yang aku beli sejak masuk semester pertama. Aku memang suka memenuhi semua kebutuhan termasuk alat tulis.

"Yee dia ngambek. Lagian loe kenapa sih? Senyum senyum sendiri kayak orang gila"
Katanya sambil neraut pensil yang putus entah kenapa tadi.

"Apasih. nggak kok"
Kenapa aku malah jadi salah tingkah seperti ini diledekin oleh Nia?
Dia teman satu kelasku dari semester 2 dia itu bawel dan urakan. Tapi dia seru untuk diajak bermain dan berteman.

Menunggu kedatangan dosen selama 30 menit tak terasa karena aku yang terus diledek oleh Nia. Aku senang saja apalagi diledek karena habis melamunkan Ali. Aku jadi rindu dia.
Mengerjakan soal ini tidak sulit. Apalagi yang kupelajari semua ada dalam soal ini, aku hanya mampu tersenyum lalu mengangguk paham , namun kadang nampak berfikir melihat soal yang ada di hadapanku kini. Aku harus lulus cepat. Lalu mencari kerja yang bagus, dan menikah dengan Ali nanti. Ahh kenapa terlalu menghayal sih pril, jatuh tau rasa.
Kataku berperang dengan batin.

Setelah ujian aku dan seluruh mahasiswa dikelas buru buru meninggalkan kelas. Tak terkecuali aku yang memang harus kembali ke cafe untuk bekerja. Wajahku masih sumringah walau sehabis ujian, walaupun banyak siswa yang muka ditekuk dan meraung raung karena tak tahu jawaban seperti Nia. Dia bahkan terus merengek padaku.

"Yaudah Nia, udah loe kumpulin juga mau gimana? Mau loe ambil lagi terus ganti pake jawaban baru?"
Kataku santai sambil terus berjalan meninggalkan kelas.

"Ahh, pusing gue. Yaudah gue mau ke kosan aja. Mau makan banyak buat gue fresh"

"Serah loe!"

"Uh dasar! Byeee"
Dia menoyor kepalaku lalu seenak jidat pergi begitu saja. Aku yang diperlakukan hanya diam pura pura memasang wajah galak kearahnya. Diapun tertawa dari jauh.
Setelah nia menghilang aku kembali berjalan menuju gerbang untuk naik angkot.
Ali tadi sebenarnya memaksa untuk menjemput tapi dengan alasan ayasha yang masih belum sehat dan membutuhkan dia, dia akhirnya mau untuk menemani ayasha tanpa menjemput ku.

Pelindung keponakankuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang