Hidup itu memang penuh kejutan, dari awal yang aku dibuang oleh ibu tiriku dan bahkan sudah lupa dengan wajah ayah kandungku sampai sekarang aku sudah menjadi sosok ibu seorang perempuan berusia 11 tahun dan calon buah hati didalam perutku.
Aku tidak pernah menyesali hidupku, aku tahu. Tuhan tidak mungkin membiarkan ujian terus untukku pasti terselip sebuah makna disana, ya aku menjadi lebih kuat dan dewasa dalam menghadapi masalah.Sampai detik ini aku sudah tidak mau mempunyai urusan dengan keluarga asliku, panggil saja durhaka. Aku hanya tidak mau mereka tersakiti melihatku, mereka sendiri yang mengatakan jika aku anak tidak tau diuntung dan tidak berguna jadi untuk apa aku datang kesana? Mereka juga tidak mencariku, padahal saat itu usiaku masih seusia Ayasha.
Tapi tetap saja, aku kan mendoakan ibu , ayah dan mama tiriku. Mereka tetap dalam doaku meskipun aku tidak mau memiliki urusan dengan mereka."Kamu kenapa yang?" Ali mencolek hidungku saat aku melamun tentang hidupku yang bahkan tidak semulus hidup orang lain.
Aku hanya tersenyum lalu ikut duduk didekat ranjang bersama Ali."Aku mau cerita" Kataku membuat Ali yang tadi bermain handphone menaruhnya dan menatapku intens.
"Kenapa?"
"Aku minta maaf kalo baru cerita, karna sebenernya ini aib buat aku"
Menceritakan ini seperti membuka luka yang masih menganga, sakit sekali. Mungkin bisa disebut traumatic mengingat usiaku yang masih sangat kecil saat itu."Aku bakal dengerin"
Aku menarik nafasku lalu memegang tangan Ali yang sesekali menyibakkan rambutku yang mengganggu pandangan nya."Aku ini bukan dari keluarga baik Ali, kamu tahu kan Papa sama Mama Aldan bukan orang tuaku kandung. Dulu, saat usiaku se Asha aku diusir dari rumah sama ibu tiriku yang hanya mencintai ayahku" Aku meneguk ludahku karna memang terlalu berat untukku untuk menceritakan ini.
"Kamu tau, seusia itu bahkan aku nggak ngerti harus jalan kemana. Aku nungguin ayah aku jemput ditempat biasa diajak main tapi ayah nggak jemput padahal aku bertahan disana selama 3 hari, akhirnya aku putuskan untuk berjalan dan naik kendaraan apapun sampai akhirnya sampai disini. Aku bertemu Aldan dan syukurnya dia mau berteman dengan aku, seusia itu aku kerja sebagai pelayan untuk uang sekolah"
Air mataku sudah luruh mengingat bagaimana ketika tangan mungilku terluka karna mencuci pisau disebuah resto.
Ali mulai mengelus punggungku untuk menguatkan aku."Setelah SMA aku mulai mengerti baru aku mencari tempat tinggal sendiri karna malu sama Aldan dan dapet di tempat yang sering kamu datengin dulu. Aku bahkan pernah kerja di club malam karna itu satu satunya nggak ganggu jam sekolah aku, sudah beberapa kali aku mau dilecehkan tapi, aku masih selamat ketika beberapa teman Aldan melindungi aku"
Ali menghapus air mataku dan tetap mendengarkan perkataanku"Dulu, aku pernah berfikir untuk mencintai Aldan. Karna bagiku aku punya banyak hutang sama dia, berulang kali aku coba sampai akhirnya kamu datang dan anehnya kamu yang bisa bikin aku jatuh cinta hanya beberapa kali pertemuan. Aku pernah anggap ini nggak adil buat Aldan seharusnya aku mencintai Aldan bukan kamu, tapi itulah takdirku sampai aku kamu persuting jadi istri"
Ali tersenyum dan mengelus rambutku, lalu menangkup pipiku."Aku merasa beruntung dipertemukan sama kamu, dimarahin sama kamu karna nggak bisa jagain Ayasha. Itulah saat pertama aku melihat orang yang bener sayang sama Asha bukan aku atau harta aku aja. Ini semua takdir sayang, dan aku bahagia ditakdirkan bersama kamu"
Kami pun berpelukan, aku merasa 20 kali lipat beruntung memiliki hidup seperti ini. Setidaknya aku lebih beruntung dari Silvi yang mendekap dipenjara karna terlalu cinta dengan seseorang.
Padahal latar hidupnya jauh lebih baik dariku."Kamu, nggak tahu dimana ayah kamu?"
"Aku yang nggak mau cari tahu" Ali kaget lalu melepaskan pelukan kami dan menatapku aneh
"Kenapa? Kok gitu?"
Aku menghela nafas dan menatap kosong kearah foto pernikahanku dan Ali, kami terlihat bahagia disana."Menurut aku, setelah 3 hari aku menunggu ditempat bermain dan ayah aku tidak disana berarti aku benar benar dibuang. Bahkan mungkin sekarang mereka tidak mengingat siapa Prillieyla itu, jadi aku putuskan untuk tidak mengganggu mereka"
"Tapi bagaimanapun dia ayah kamu" Jawab Ali membuat aku tertawa seperti mengejek diriku sendiri.
"Kamu nggak usah khawatir, aku tetap melibatkan mereka dalam setiap doa aku. Jika tidak dengan bertemu mereka membuat mereka bahagia, kenapa aku harus mengganggu?"
"Kamu nggak mau cariin mereka?" Aku menggeleng lalu merubah posisiku menjadi tidur, karna perutku tiba tiba menjadi kram.
"Aku bahkan lupa wajah ayah aku kayak gimana. Ahh! Lega banget, kram nih perut aku, mungkin dia kangen sama Daddy nya" Wajah Ali yang tadi kusut berubah menjadi sumringah lalu merubah posisinya untuk lebih leluasa mengelus perutku yang masih rata.
"Jangan sakit sakit sayang, kasihan Mommy! Ini Daddy disini" Aku tertawa pelan ketika Ali mencoba berbicara dengan bayi kacang diperutku, dia terlihat lucu saja.
"Iya daddy" Kami tertawa ketika aku menjawab dengan nada bayi, Ali mencium , menaruh telinganya , memeluk. Semuanya dilakukan demi menunjukkan rasa sayangnya pada buah hatinya.
Aku hanya bisa mengelus kepalanya yang ada diperutku, hal itu membuatku semakin mengantuk dan hanya menutup mata untuk istirahat sejenak."Jangan sedih, apapun kamu di masa lalu. Kamu tetap ibu buat anak anak aku" Kukira Ali menganggap aku tidur beneran, padahal hanya menutup mata. Namun aku tidak menutup mata karna nyaman dengan perkataannya barusan.
Hingga tidak tahu siapa yang tidur duluan kami sudah pulas begitu saja.Hidup itu tidak untuk kau sesali, bagaimana ujian yang kau dapat itu sudah menjadi takdirmu. Coba saja syukuri dan jalani. Semua akan terasa indah, jangan lupa berdoa dan berusaha.
Hidup terlalu indah untuk kau sesali.——end——
Alhamdullillah, selesai.
Terimakasih atas semua dukungan yang kalian berikan buat saya selaku penulis.
Saya tau tulisan saya tidak sebaik tulisan lainnya, tapi antusias kalian membuat saya terharu!
Selamat istirahat!Mau cerita baru gak? Hehe.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelindung keponakanku
Fiksi PenggemarAli seorang CEO muda yang direpotkan menjaga keponakan pertama dan satu2nya yang kini tengah yatim piatu. akankah ali mampu membagi waktu kerja dan keponakan nya yang sangat membutuhkan perhatian? Prilly, biasa dipanggil illy. tengah menjalani masa...