Part 17

10.3K 676 20
                                    

"Silviana Martha!"
Deg! Dia? Bukan aku? Ah memang siapa aku? Aku menunduk, bukan karna malu.
Karena hatiku bak tertusuk besi panas dan sesak, aku tidak bisa menahan ini. Aku menangis.
Tangisan yang terdengar hanya pelan karna tersamar oleh suara tepuk tangan orang yang berada disini.

"Mommy"
Suara khas anak kecil yang malang melihat diriku yang menunduk, melihat nya ikut sedih aku tak kuasa, aku menghapus air mataku lalu mensejajarkan tubuh ku dengan gadis kecil yang cantik ini.

"Panggil aunti sayang, mommy nya Asha bukan aunti prilly"
Aku menahan hasrat ingin menangis demi anak kecil ini.

"Tapi kata Daddy, mommy nya Asha itu aunti prilly"

"Oh ya?" Aku berfikir, ini kesempatan untuk aku pergi dari tempat yang mungkin tidak pantas untuk wanita seperti aku. "Kalau gitu sana, tanya pada Daddy siapa mommy kamu ya" Aku menyuruh Asha ke Ali bukan tanpa alasan, karna aku ingin pergi dari sini tanpa Ali tahu dan Asha tentu nya.

"Aunti tunggu sini ya, aku nanti balik pasti mommy aku itu aunti"
Aku mengangguk saja, lalu aku menarik asha untuk mendekat lagi padaku. Aku mengelus rambut panjang nya dan mereka sedikit wajah nya siapa tahu aku akan merindukan gadis kecil ini.

"Asha yang pinter ya, nurut kata Daddy. Sama kalau mau nyebrang jalan harus pengangan tangan Daddy"
Asha mengangguk. Anggap saja ini nasehat sebelum aku susah menemuinya, aku lalu mencium seluruh wajah Asha tak terasa aku menangis kini.
Asha hanya diam melihat aku menciumnya. Setelah aku diam dia malah mencium pipi dan keningku.
Aku hanya tersenyum.

"Aku mau tanya Daddy dulu, tunggu disini aunti"

"Iya sayang. Jangan lari"
Aku melihat Asha melambaikan tangannya padaku, melihat tubuh kecilnya membelah lautan manusia yang berada disini dengan tangan mungilnya sambil terus berlari.

Aku berbalik saat akan melangkah rasanya berat sekali, aku kembali melihat kearah panggung ada Ali , mama Ali dan wanita yang akan mencintai aku dan yang lebih baik dariku, kulihat wajahnya. Dia seperti nya baik dan semoga bisa sayang dengan Asha seperti aku menyayanginya.
Tatapan ku beralih kepada laki laki yang digadang sebagai calon suami ku. Tapi bukan MANTAN calon suami. Aku merekam semua lekuk wajahnya seperti saat mengamati Asha, Ali tampak datar dia terlihat tidak bisa apa apa.
Kurasa cukup aku mulai melangkah keluar pergi meninggalkan semua kenangan yang pernah aku lukis bersama Ali, sengaja maupun tidak.

Bahkan aku masih ingat bagaimana galaknya aku memarahi Ali karna membiarkan Asha dipinggir jalan sendirian, ternyata bukan hanya kisah keluarga ku yang miris tapi juga kisah cintaku.

Sepi.
Keadaan yang aku rasakan kini, bahkan aku tidak memakai alas kaki karna pegal memakai High heels , sepatu berhak tinggi itu kutenteng di tangan kanan dan kiri. Bisa saja aku menelpon aldan mirisnya pulsaku habis dan besok waktu membayar semester aku tidak mungkin membeli yang tidak penting. Lebih baik jalan bukan? Anggap saja aku diet kini.

Aku berjalan terus, aku tidak memikirkan apa yang akan aku temui dijalan yang sepi ini nanti, aku hanya yakin jika Allah melindungi aku, dari tadi air mataku menetes terus, bukan karna aku tidak kuat jalan tapi karena aku yang memikirkan jalan hidupku. Kenapa seburuk ini? Apa memang benar kata ibu tiriku? Aku anak yang tak pantas dilahirkan? Aku masih terus menangis.

"Hai mbak!"
Deg! Seketika aku berhenti, kuberasihkan air mata yang sudah membasahi seluruh wajahku. Aku tak berani melihat kebelakang setelah kuingat jika aku sendiri di tempat sepi ini.

"Kok sendiri? Mau dianterin mbak?" Aku hanya diam. Sedikit menggigit bibirku memikirkan apa yang harus aku lakukan. Teriak? Atau lari?

"Mbak?" Suaranya makin dekat dan berat. Ini preman aku yakin. Setelah aku memikirkan hal yang akan aku lakukan opsi kedua nampaknya menarik. Kulangkahkan kakiku untuk berlari namun terlambat laki laki ini sudah mencengkram tanganku.
Aku melihat kearah seseorang yang menariknya, bau rokok dan alkohol langsung menubruk hidungku.

"Mau kemana? Ayo aku anter mbak"
Laki laki yang nampak bajingan, tampilan seperti preman pada umumnya dia sedikit mabuk sambil memegang tanganku. Aku hanya menelan ludahku pelan membayangkan bila tidak ada yang menolongku. Ayolah! Ini bukan sinetron yang tiba tiba lelaki aku cintai datang menolongku lalu membawaku pulang. Ayolah!

Aku mencoba melepaskan tangan preman ini dari lenganku tapi aku tidak berbicara apapun aku takut jika akan memancing lelaki ini untuk macam macam padaku. Melihat aku yang meronta laki laki ini malah tersenyum melihatku aku meliriknya sebentar kembali berusaha melepaskan pengangan ini.

"Lagian mbak kalau malem malem sendiri nggak baik , biar mas temenin"
Aku masih meronta hingga.

*Dukk*
Preman itu terlempar dan aku yang tengah dipengang preman itu ikut terpental ke trotoar. Punggung ku sedikit sakit karna terhantam, samar kulihat dia sedang menghajar preman itu habis habisan.
Preman itupun hanya bisa mengerang sakit tanpa membalas pukulannya , aku masih memfokuskan penglihatan ku karna tertutup oleh air mata yang dari tadi mengucur keluar

"Lyyy..."

"Aldan" ada aldan rupanya dia kearahku lalu memelukku erat. Sambil melihat semua badanku memastikan ada luka atau tidak.

"Elo ngapain disini? Elo nggak papa kan?"
Aku hanya mengangguk didalam pelukan aldan mungkin dia takut karna melihat aku yang masih mengeluarkan air mata.

"Prill bukannya elo tadi sama ali kenapa loe jadi dipinggir jalan mengenaskan gini?"
Pandanganku masih tertuju oleh laki laki yang menghajar preman itu hingga perkataan nya membuat ku dan aldan mendongak melihat kearahnya.

"Jangan pernah balik kesini kalo anda nggak mau habis sama saya!"
Sepertinya aku mengenal suara itu? Siapa?
Preman itu pun lari dari tempatnya dan aku dibantu aldan untuk berdiri, punggungku masih cukup sakit karna terbentur.
Laki laki itu kini membalikkan tubuhnya dan berjalan kearahku , aku cukup terkejut saat yang tadi menolong ku adalah Ali.

Dia menuju kearah dan sedikit mendorong aldan karna dia memelukku untuk berdiri.

"Kamu nggak papa? Kenapa nggak nunggu aku? Aku bisa jelasin"

"Dia nggak papa Li" jawab aldan saat aku hanya mampu diam , sahabatku ini tahu saja kalau aku sedang enggan berbicara dengan laki laki ini.

"Gue nggak lagi ngomong sama elo!" Teriak Ali kearah aldan, hingga aldan maju dan merebutku kepelukannya.

"Gue emang nggak ada urusan sama loe! Tapi semenjak loe sama sahabat gue, gue ada banyak urusan sama loe! Loe udah gue kasih kesempatan buat sama dia! Dan sekarang loe ninggalin dia dipinggir jalan? Dimana pikiran elo?! Ya walaupun elo udah nolong dia tapi tetep gue nggak bisa terima!!"
Aldan akan membawaku pergi namun Ali kembali menahanku dan aldan.

"Biar gue yang anterin Prilly"

"Gak bisa!"
Aldan menyingkirkan tangan Ali dariku, padahal aku belum cerita apapun ke dia.

"Gue yang bawa dia pergi dan gue yang bakal anterin dia pulang!" Aldan hampir saja melepaskan aku untuk pulang sama Ali, cukup aku tidak mau. Ali bukan hak milikku lagi kini, dan aku harus tau diri.

"Cukup Ali! Aku pulang sama aldan! Kamu balik kerumah, mama sama TUNANGAN kamu udah nungguin"

--------------------------------------------------------
Next sore okelah!

Happy reading!!!! Jangan lupa vote , comment and share ❤

Pelindung keponakankuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang