Part 30

9.6K 524 9
                                    

Prilly Pov

Beberapa hari yang lalu aku terbaring lemah di rumah sakit, Hal yang membuatku makin tidak enak adalah Ali yang selalu mondar mandir kerumah sakit menungguku hingga larut malam lalu jika pagi muncul digantikan oleh Aldan. Dokter memang menahanku untuk pulang karna kondisi luka ku yang belum mengering. Tapi tidak hari ini, sudah cukup seminggu aku menyusahkan orang yang berada disekitarku.
Ali menuntunku untuk memasuki kamar kos diikuti oleh ibu kosku yang ikut panik karna hampir seminggu aku tidak pulang ke kosan.

"Kamu ini mah aneh aneh aja sih ly, Bisa diculik tuh gimana?" Katanya melihat aku duduk ruang tamu kosanku.

"Ceritanya panjang bu, Nanti illy ceritain" Ali terlihat tersenyum melihat ibu kos ku tampak khawatir. Lalu Aldan yang sudah biasa kemari langsung masuk kedalam untuk menaruh beberapa barangku yang dibawa kerumah sakit waktu itu. Dia tidak mengatakan apapun hanya langsungg masuk. Apa dia masih marah sama Ali? Tapi aku lihat dia nolong aku sama Ali bersamaan.

"Kamu istirahat kalau gitu. Nanti ibu masakin biar kamu nggak perlu banyak gerak" Kata ibu kos ku membuat aku semakin tidak enak.

"Aduh, Nggak usah bu, illy bisa sendiri" Kataku agar tidak merepotkan banyak orang. Aku tidak terbiasa merepotkan banyak orang seperti ini.

"Bawel kamu, yaudah ibu balik rumah ya.. Pak Ali" Katanya pamit pada Ali yang duduk disebelahku namun dikursi yang berbeda. "Aldan!" Ibu teriak ke Aldan yang didalam untuk berpamitan disahuti teriakan juga oleh Aldan.

Aku melihat beberapa luka yang dibungkus perban dibeberapa lenganku, Aku melihatnya dengan sedih. Tidak ada lagi kulit mulus yang kurawat sendiri dirumah. Pasti sebentar lagi kering dan meninggalkan bekas, Ahh ingin teriak rasanya.

"Kenapa? Sakit?" Kata Ali lembut sambil menatapku damai,

"Nggak, tapi pasti ini ilangin bekas. Kezel banget gak sih" Kataku dihadiahi kekehan oleh Ali membuatku menatapnya aneh.

"Iya terus? Daripada kamu nggak ada disini kan masih bagus luka luka gitu" Katanya membuatku melotot

"Jadi kamu doain aku mati?"

"iya nggak gitu, abisnya, masih untung nggak diapa apain sama preman malah masih ngeluh sama luka gini"

"Iya nanti jadi jelek Ali, kamu kan tau, aku kerja di cafe nuntut aku untuk punya kulit bersih dan cantik. Kalau kayak gini kan gimana aku bisa kerja?" Kataku memberi sanggahan atas pemikiran Ali yang mengira aku wanita manja yang kehilangan kulit indahnya, Ya itu juga ada sih dibenakku, Gimanapun kan aku juga wanita.

"Hey, Aku udah bilang sama kamu. Jamin deh, Nggak akan ada perusahaan yang berani nolak kamu apalagi keluarin kamu dari pekerjaan itu" Katanya sambil menggenggam tanganku yang ada luka sedikit.

"Gak suka deh kamu mafaatin posisi kamu kayak gitu"

"Nggak papa sayang, Aku kan mau kamu nggak kenapa napa. Jadi aku bakal jagain kamu lagian ini bukan memanfaatkan hanya menjadi tameng aja" Katanya masih menatapku damai. Ah aku mencintai laki laki ini.

"Sama aja dong kamu mah" Kataku membuat kami berdua tertawa renyah, Namun tawa kami hilang serta genggaman Ali lepas setelah mendengar deheman dari Aldan yang datang dengan mangkuk dan gelas air putih di tangan kanan dan kirinya. Apa yang habis dia lakukan? Aku melirik kearah dapur yang memang terlihat dari arah aku duduk.

"Elo apain dapur gue?" Kataku membuat Aldan menaruh mangkuk yang ternyata berisi bubur ayam mengepul itu.

"Tenang aja, Gue beli kok. Nih makan terus minum obat" Katanya lalu duduk disamping Ali dan melihat lihat obat yang akan aku minum. Aku melirik Ali yang juga menatapku diam sambil memberi intruksi untuk aku mengambil mangkuk nya dan segera memakannya.

Pelindung keponakankuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang