Part 14

10.5K 704 8
                                    

Prilly Pov
Hari ini adalah hari ke 7 lamanya aku bersama Ali walaupun statusku yang mengambang dengan Ali tapi aku menghargai nya, dari awal sih memang aku menyukainya tapi sebagai seorang wanita yang punya harga diri aku tidak mungkin mau begitu saja menikah dengan Ali yang memang jelas jelas kaya itu.
Ahh sudahlah bercerita tentang nya saja sudah membuatku rindu.

Pagi ini aku seperti biasa bekerja di cafe sebagai pelayan. Kebetulan hari ini adalah sabtu dan kampus biasanya libur walaupun ada kegiatan kegiatan lain tapi aku kurang aktif dalam hal itu, kalian tahu kan aku bukan mahasiswi seperti kebanyakan yang punya banyak waktu untuk sekolah saja. Aku juga harus bekerja untuk itu.

"Kamu tumben malem Minggu kerja?"
Mbak Yuni mengagetkan aku yang kini membersihkan meja tak jauh dari tempat duduknya.

"Ini kan masih pagi mbak"

"Biasanya kamu bakal dijemput sama duren sawit itu"
Kening ku berkerut mengingat apa arti dari perkataan mbak Yuni aku tak paham.

"Duren sawit? Apaan mbak?"

"Ihhh. Ya itu.. Duda Keren Sarang Duit. Yang biasanya jemput kamu sama cewek cantik nan unyu ituuu"
Aku baru ingat, siapa lagi kalau bukan ali? Mbak Yuni memang belum tau kalau Ali sebenarnya perjaka alias belum menikah.

"Ohh Ali" Aku hanya tersenyum tipis dan kembali mengelap meja yang tadi kulakukan.

"Iya, kalau keluar sama yang punya saham mah kamu jadi lebih tinggi derajatnya dari aku pril"

"Apaan sih mbak" Kataku ikut duduk di dekat mbak Yuni. Karna cafe tidak sedang ramai seperti biasanya jadi agak ada waktu renggang untuk sekedar ngobrol.

"Iya dong pril, kalo aku ngelarang malah aku yang dipecat"
Aku tertawa sambil mencoblos cup air putih yang ada tak jauh dari meja itu. Lalu meminumnya.

"Kayaknya sih sebentar lagi kamu bakal jadi bos aku pril.. hmmm nyonya boss kali yaaa"
Aku makin tertawa melihat khayalan mbak Yuni yang juga termasuk dari khayalan ku.
Tapi mungkin kah?
Mama Ali saja tidak pernah suka sama aku. Yang aku sendiri tidak tahu kenapa.

"Mommmmyyyyyy!!!!!"
Aku menoleh ke asal suara. Melihat Asha yang masih memakai seragam sekolahnya masuk bersama lelaki tampan memakai setelan santai namun terkesan rapi.

"Tuhkan baru aja diomongin"

"Apasih mbak"

"Aku tinggal yaaa"
Aku melihat mbak Yuni pergi dan saat menoleh kearah Asha mereka sudah berada dekat denganku. Ali pun kini duduk di kursi yang tadi diduduki oleh mbak Yuni.

"Mommy kangen deh"

"Asha. Panggilnya aunty kok mommy sih"
Tegur Ali dengan Ali yang meletakkan tas pink asha keatas meja.

"Nggak papa kok Li"
Aku memperingati Ali dengan senyum. Lalu melihat Asha yang kini memeluk lututku.

"Kamu pulang cepet ya?"
Tanyaku basa basi sambil memainkan rambut yang dikuncir dua milik Asha.

"Iya mommy. Kan hari ini Sabtu"
Aku mengangguk. Aku sedikit melirik Ali dia kini bertopang dagu dan melihat kearahku dan Asha yang sedang ngobrol ini.

"Kalau kamu mau lihat aku lihat aja kali nggak usah lirik lirik"
Deg!
Dia tahu? Bagaimana bisa? Aku sudah meliriknya sangat hati hati. Aduh Prilly. Bagiamana ini..

"Apaan sih"

"Muka mommy merah dad"
Asha kini tertawa ikut ikutan menggoda ku dasar. Buah jatuh tak jauh dari pohonnya.

"Apa sih kalian berdua. Suka banget godain akuu"
Aku mencubit pipi gembil milik Asha tanpa melihat Ali yang dari tadi melihat ku dengan senyum senyum tak jelas.

Pelindung keponakankuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang