Sudah hampir sebulan aku wisuda, aku dipaksa oleh Ali untuk berhenti bekerja karna memang aku sudah tidak memiliki tanggungan apapun. Tapi aku masih memiliki kegiatan yaitu menyiapkan pernikahanku dengan Ali.
Aku dan Ali tidak memakan jasa WO karna memang WO yang kami temui tidak ada yang sesuai dengan kemauan aku dengan Ali, jadi diputuskan untuk menghandle semua sendiri.
Kadang, jika Ali sibuk aku selalu sendirian untuk melihat hal yang aku pesankan, mama Ali ternyata belum bisa seutuhnya menerima aku, sering kali aku cekcok dengan beliau jika kemauanku dan dia selalu bersebrangan seperti sekarang ini. Aku sedang kesal karna mama Ali masih saja memaksa untuk memakai gaun yang ribet dan mengembang, itu bukan aku sama sekali.
Ali yang kebetulan ikut bersamaku sedang berusaha menenagkan aku."Aku nggak bisa pake baju kayak gitu kamu ngertiin aku dong, yang make itu aku bukan mama kamu"
Sungutku pada Ali saat mamanya masih saja ngeyel memilihkan baju resepsi."Kamu itu calon istri anak saya, pengusaha ternama. Masak pake baju sederhana sih" Mama Ali yang ternyata mendengar perkataanku dari jauh ikut menyaut, rasanya ingin aku tarik saja jika bukan calon mertuaku.
"Nggak papa sayang, diambil aja. Nanti kita juga ambil baju yang kamu mau ya" Ali sekarang coba merayuku, emosiku sudah diubun ikut tertahan.
"Ali, kan sayang uangnya juga. Daripada gitu bisa buat kamu tabung beli rumah buat kita"
"Uangnya Ali juga nggak bakal habis buat beli gaun gini doang kali, Prilly! Sudah sini cobak bajunya"
Orang tua itu,
Memang benar kata orang, jika mau menikah itu cobaan banya sekali tidak datang dari pengantin nya namun juga orang sekitar.
Jujur, aku sangat bingung dengan sikap mama Ali. Kadang saja bisa membuat aku menangis sendiri. Beliau itu mau sendiri, padahal aku dan Ali juga mempunyai impian pernikahan, namun rasanya malah beliau yang menikah.Setelah perdebatan sengit, antara aku, Ali dan mama Ali. Akhirnya diputuskan bahwa Ali akan membeli kedua gaun yang aku suka dan mamanya suka.
Dia memang sangat bijaksana, beruntungnya aku.
Setelah wisuda, aku memutuskan untuk keluar dari tempat kost dan tinggal bersama Aldan beserta orang tuanya. Sebenarnya aku keberatan, namun Mama Wulan selalu berkata dalam rangka perpisahan aku yang setelah ini menikah jadi ya biarkan saja.Malam sekali, aku dan Ali memutuskan untuk pulang. Kami dan Mama Ali pisah mobil karna Ali harus mengantarkan aku pulang. Dari sore hingga malam hanya untuk memilih gaun memang melelahkan. Aku menyandarkan kepalaku ke jok mobil karna kelelahan.
Ali melirik kearahku lalu mengelus rambutku sayang."Sayang, maafi mama ya. Maklum mama nikahin anak bungsunya, mungkin mama sama exited nya kayak kakak aku dulu" Katanya membuat aku tertarik untuk bertanya.
"Jadi, kakak kamu juga direcokin kayak kamu gitu?"
"Kalau itu aku nggak tau sih yang, soalnya aku juga cuek masalah gituan. Aku nggak pernah ikut ikutan"
Sahutnya malah membuat aku geregetan. Entah kenapa juga aku sering kesal dengan Ali, padahal yang dilakukan hal sepele."Ya kalo gitu jangan cerita. Kamu ini" Sungutku membuat dia tertawa.
"Kamu ini capek banget ya, sampek semua di omelin. Yaudah sebentar lagi nyampek kok"
Inilah yang membuatku semakin jatuh hati pada sosok Ali. Dia sangat amat sabar dalam menghadapiku.
Umurku dan dia tidak terpaut terlalu jauh, tapi segi kematangan aku akui Ali memang juara.**
Menunggu selama 3 bulan.
Akhirnya hari ini terlaksana juga, pernikahanku dengan Ali. Akad nikah akan dilaksanakan di masjid agung kota yang sangat besar.
Dulu, saat kuliah ketika melihat masjid ini aku selalu bermimpi untuk dapat menikah disana. Dan ternyata semua menjadi kenyataan, aku benar menikah disini.Dari pagi sekali, aku sudah dirias sedemikian rupa. Mama Wulan daritadi juga menangis melihat aku yang katanya sangat cantik dan mangglingi. Beliau bahkan merasa jika aku benar benar sedang menikahkan anaknya, aku sungguh terharu melihat ini.
Detik ini pun akan menjadi batas, dimana aku akan memulai hidup baruku dengan laki laki yang dalam waktu singkat bisa membuat aku jatuh cinta.
Aku tidak tahu, apakah Ali jodohku yang benar. Tapi aku akan selalu berusaha menjadi istri dan jodoh yang baik untuk Ali, karna dia sudah memilihku, sudah menetapkan nya dari saat itu.Aku, Ali dan beberapa saksi sudah siap di meja akad nikah. Tiba tiba saja tanganku berkeringat, padahal yang aku lakukan hanya melihat Ali mengucapkan kalimat sakral itu lalu selesai.
Tapi kenapa malah ikut gugup seperti ini, aku yang terlalu gugup bahkan tidak merasakan Ali sedang menatapku lalu memegang tanganku."Bismillah" Ucapnya membuat aku juga mengulang kalimat itu.
Setelah itu, Papa Arif memberikan tangannya kepada Ali untuk dijabat."Saya nikahkan dan kawinkan engkau wahai Aliandra Jefri Susanto Bin Alm. Ahmad Susanto dengan putri saya Antasia Prillyella Binti Sukarno dengan maskawin cincin berlian seberat 2gram dengan uang tunai senilai Rp 2.222.222 dengan seperangkat alat sholat dibayar tunai"
Ali terlihat sedikit menarik nafasnya lalu mengeratkan genggaman terhadap tangan papa Arif"Saya terima nikah dan kawinnya Antasia Prilleylla Binti Sukarno dengan maskawin tersebut dibayar tunai"
"Bagaimana? Sah?"
"SAH"
Jawan serentak semua orang yang hadir membuat aku bernafas lega, rasanya tadi aku seperti tahan nafas disebuah kolam. Takut jika Ali salah sebut nama ayahku. Jika saja mereka ada disini dan masih mengaggap aku ada, pasti aku akan bahagia dua kali lipat.
Aku dan Ali menandatangani buku nikah serta menerima beberapa serahan yang dia bawa.
Rona bahagia terlihat diwajah Ali dan aku. Hingga aku harus menahan tangisku agar tidak luntur make upku saat sungkem kepada Mama Wulan dan Papa Arif.
Orang lain yang sanggup mengantarkan aku sampai kejenjang seperti ini.
Rasanya semua tujuan hidupku sudah tercapai, menjadi sarjana dan kini sudah menjadi seorang istri.
Aku dan Ali diiringi untuk berjalan keluar, meninggalkan masjid untuk menuju ke hotel dengan menggunakan mobil yang sudah dihias.
Hanya sebagai simbol saja, jika aku akan meminggalkan keluarga untuk menempuh hidupku yang baru.Acara akad nikahku sudah berjalan denga baik, aku dan Ali kini berada disebuah hotel yang juga digunakan untuk resepsi malam nanti.
Setelah membersihkan make up dan mandi, aku berkaca sambil merapikan rambutku yang terkena hair spray rasanya kering sekali walaupun sudah keramas."Kenapa sih yang serius amat" Celetuk Ali yang baru saja selesai mandi.
"Ini, rambut aku kena hair spray. Kusut banget"
Jawabku sekenanya membuat dia tersenyum lalu menjatuhkan tubuhnya dikasur, secara tiba tiba saja keadaan menjadi canggung.
Aku dan Ali bahkan hanya berbicara yang penting saja. Rasanya masih berbeda saja menerima jika aku sudah menjadi istrinya."Nyangka nggak sih kamu?"
Ali berkata dari kasur king size hotel, sedangkan aku masih tetap didepan kaca."Apanya?"
Ali pun berdiri setelah aku bertanya balik, dia memelukku dari belakang membuat hatiku serasa melorot kebawah.
Aku hanya pura pura terus menyisir rambutku."Iya, kamu tiba tiba sudah jadi Nyoya Ali Jefri aja gitu. Padahal kita ketemunya barusan banget"
"Iya apa salahnya buat nggak nunda kalau memang sudah ada jodohnya?" Sahutku lalu Ali memutar tubuhku dan dia bersimpuh dibawahku dengan posisi aku masih duduk dikursi rias.
"Janji sama aku, kamu nggak perlu menjadi istri yang baik. Yang aku perlukan hanya istri yang mengerti dan menerima diriku saat sakit maupun senang, yang selalu mengingatkan aku disaat salah. Jangan jadi istriku saja, tapi juga jadi ibuku, temanku dan kekasihku"
Aku tersenyum lalu mengelus hidung mancung Ali membuat dia menutup matanya."Itu namanya jadi istri yang baik Ali. Aku juga nggak janji jadi istri yang sempurna, tapi aku janji buat sama sama kamu terus, sama Ayasha juga"
Tanganku berpindah kepipinya untuk mengelus rahangnya yang kokoh.
Hingga detik kemudian Ali mendekatkan wajahnya kearahku.
Benda kenyal itu sudah menempel pas di bibirku. Rasanya pas sekali, seperti bibirnya diciptakan untuk bibirku. Entah apa yang selanjutnya terjadi.
Yang penting.
Aku mencintai suamiku.---------------------------------------------
Alhamdulillah Sah.
Hehehe..Enjoy!
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelindung keponakanku
Fiksi PenggemarAli seorang CEO muda yang direpotkan menjaga keponakan pertama dan satu2nya yang kini tengah yatim piatu. akankah ali mampu membagi waktu kerja dan keponakan nya yang sangat membutuhkan perhatian? Prilly, biasa dipanggil illy. tengah menjalani masa...