Part 20

11K 600 6
                                    

"Jadi kamu maafin aku?"
Kataku sambil mengikuti dia jalan keluar sehabis membuat ayasha tertidur tadi.
Dia hanya diam dan tetap berjalan lurus kedepan.

"Ayolah pril ngomong sedikit aja sama aku. Aku kangen"
Prilly masih diam dan berusaha menutupi wajahnya dengan rambut tebalnya.
Lama sekali aku mencoba berbicara dengan dia tapi yang dia lakukan hanya diam. Sampai akhirnya kita sampai di pintu depan rumahku.

"Aku pulang"
Dia berkata sedikit lalu berjalan menuju mobil aldan yang terparkir agak jauh dari pintu rumahku.

"Setidaknya kamu ngomong sama aku. Makasih. Aku sayang kamu"
Terlihat Prilly masih terus berjalan dan aku hanya tersenyum melihat bayangan nya menghilang karna masuk kedalam mobil milik aldan.

Author POV
Semenjak dari rumah Ali , di dalam mobil aldan yang Prilly lakukan hanya menangis dan menatap arah luar jendela. Aldan yang salah satu penyebab dia bisa datang kerumah Ali pun ikut menyesal atas perlakuan nya, apa yang meracuni pikiran aldan sehingga membuat sahabat kesayangan nya ini menangis?

"Maaf"
Kata aldan pelan namun Prilly hanya melihat kearah jalan saja.

"Pril gue min-"

"Udah loe fokus aja kejalan"
Kata prilly sedikit serak akibat menahan tangisnya.
Sebenarnya Prilly sudah menangis semenjak ia berjalan berdua dengan Ali tadi. Ingin sekali rasanya Prilly memeluk laki laki yang selalu saja tidak bisa membuatnya marah namun apa daya? Kini lelaki itu sudah menjadi milik orang lain.

Perasaan Prilly kepada Ali selalu saja tidak bisa dibendung seperti ini, dia bahkan tidak bisa menahan hanya sekedar untuk tidak melihat nya. Apalagi gadis kecil yang bersama Ali rindu sekali rasanya bermain dengan dia.

Mobil hitam aldan kini berhenti mulus didepan kost Prilly. Prilly yang daritadi diam memutuskan untuk langsung keluar menghindari aldan. Aldan yang mengetahui itu berusahalah mengejar Prilly yang terus berlari dan berakhir dengan menutup keras pintu kost miliknya.

"Prill gue mau ngomong" aldan sambil mengetuk pintu Prilly dan berharap dia akan membuka pintunya.

"Gue mau sendiri dan, loe pulang aja, nyokap loe nanti nyariin"
Prilly sedikit berteriak dengan suara khas menangis karna Prilly sudah terlalu rapuh untuk tidak menangis.

"Oke gue pulang. Jangan lupa minum obat loe"
Setelah mendengar langkah aldan meninggalkan kost Prilly yang prilly lakukan malah duduk bersandar di pintu sambil menangis keras.
Ia sudah tidak tahan lagi, ujian hidupnya sungguh berat. Jika dulu dia sakit hati karena kasih sayang ayah dan ibunya kini dia harus menangis lagi karna kasih sayang dari lelaki itu. Kenapa seakan dirinya ini tidak pantas untuk disayangi?

Pukul 22.00
Prilly belum juga menutup matanya yang ia tatap pun kosong, dengan baju yang sama dikenakan kerumah Ali , rambut berantakkan , mata yang membesar karna terlalu lama menangis.
Kini dia setengah berbaring dengan kaki menjuntai kebawah. Dia memikirkan betapa hina nya diri ini. Bagaimana jika besok dia dituduh perebut suami orang di cafe tempatnya berkerja?
Memikirkan itu saja membuat Prilly kembali menangis.
Dan entah kenapa lama kelamaan mata Prilly terasa berat dan akhirnya dia tertidur lelap dengan hati yang seakan menguatkan diri sendiri untuk yang akan terjadi besok.

Hari berganti, matahari sudah mulai menampakkan dirinya. Prilly yang daritadi sudah bersiap akan kembali melakukan aktivitas setelah kemarin ia memutuskan istirahat dari sakit di punggung nya.
Prilly nampak cantik dengan hanya stelan jeans kaos pink oblongnya. Rambut yang lumayan panjang ia rapihkan dengan dikuncir kuda. Senyum yang sempat hilang kini sudah kembali menghiasi wajahnya. Bahkan kini ia sudah mulai bersenandung dengan pelan menandakan dia bahagia.

"Pril bangun yu-" Aldan baru saja memasuki kost an Prilly dengan tanpa permisi karna dia sudah biasa memang apalagi mengetahui kalau Prilly sedang sakit.

"Mau kemana?"

"Kerja dong. Sama ada kelas sore nanti"
Aldan hanya melongo melihat perubahan sikap Prilly yang dari kemarin hanya menangis tiba tiba sudah memasang wajah nan gembira.

"Are you okay?"
Prilly mengangguk yakin setelah aldan menanyakan hal itu, kini aldan melangkah dan mengelus pucuk kepala Prilly.

"Ini baru sahabat gue yang nggak kenal nangis nangisan"

"Apasih" Prilly mendorong pelan tubuh aldan sambil tertawa keras.

"Loe mau anterin gue atau?"

"Iya gue anterin" Prilly dan aldan pun tertawa melihat tingkah aldan yang ikut bersemangat karna melihat Prilly.
Kini Prilly tahu dia harus bangkit , dia tidak mungkin terlihat menyedihkan dengan terus menangis, bagaimana dengan masa depan nya?

Prilly dan aldan masih larut dalam diam saat didalam mobil. Aldan sesekali melihat Prilly yang masih memasang senyum melihat pemandangan kota dibalik jendela mobil aldan.

"Elo udah lupain?"

"Apapun yang bikin gue jatuh , bakal gue lupain. Sekalipun itu hal terpenting dalam hidup gue"
Jawab Prilly dengan masih menatap jendela mobil.

"Gue tau ini berat"

"Nggak ada yang berat gue gue dan, diusir orang tua gue aja gue kuat. Apalagi cuman karena cowok aja kayak gini?"

"Prilly gue-"

"Loe nggak usah merasa bersalah karena loe nggak pernah salah, apalagi loe satu satunya sahabat yang gue punya sekarang. Gue terlalu banyak hutang sama loe. Jangan tambah hutang lagi dengan loe khawatir sama gue"
Kini prilly menatap aldan yang sedang fokus kejalan sambil memegang tangannya.
Aldan pun membalas nya dengan tersenyum.

"Dengan loe senyum kayak gini gue udah anggap hutang loe lunas prill"
Prilly dan aldan kembali tertawa dan fokus ke kesibukan masing-masing.

Sudah sampai tujuan aldan dan Prilly berpisah, aldan yang harus kuliah dan Prilly yang berkerja. Seperti biasa Prilly berkerja dengan membersihkan seluruh meja di cafe ini, dia juga masih memasang senyum dan bersenandung. Tak sedikit orang orang yang ia kenal melewati nya dan menyapanya ikut senang karena dia bahagia.

"Prill aku denger kamu sakit"

"Iya mbak tapi udah nggak papa" Kepala pelayan di cafe ini pun aneh, dia malah duduk menunggui ku sampai selesai padahal pekerjaan nya didalam sedang menunggu.

"Mbak masuk aja aku nggak papa"

"Kamu diapain sama Mr boss duda itu?"

"Ali mbak" jawab Prilly sambil tersenyum karna wanita ini tetap saja menyebut Ali duda.

"Iya dia. Diapain? Dia nggak bisa seenaknya gitu yaa. Mentang mentang ada yang baru yang lebih berpendidikan kamu malah dibikin kayak gini"
Aku kaget darimana dia bisa tau?

"Mbak tau?"

"Iya tau lah. Diakan yang punya saham disini. Kemarin waktu mama nya ulang tahun aku diundang kok untuk mewakili boss kita yang nggak bisa hadir. Dia malah seenaknya ngumumin gitu ih"

Aku yakin gosip ini akan menyebar. Cepat atau lambat.

"Kamu disana nggak waktu itu?"
Tanyanya membuatku membuyarkan lamunan.

"Iya mbak disana"

"Kamu diem aja"

"Iya keputusan nya mau gimana lagi? Udah deh mbak ini kok gosip malah nanti kalau boss check laporan belum kelar mbak kena marah loh"
Kataku untuk mengalihkan pembicaraan supaya dia kembali berkerja.

"Ah iya juga. Cuman gara gara ini aku jadi lupa kerjaan ku astagaaaaa"
Omelnya dengan keadaan berjalan untuk memasuki cafe karena semenjak tadi ia menunggui Prilly yang berada didepan cafe.

Prilly hanya tersenyum melihat kepala pelayannya begitu perhatian. Setidaknya bertambahlah orang yang peduli dengannya selain aldan. Ia pun kembali melanjutkan pekerjaan dengan tersenyum bahagia.
Kadang yang kita perlukan hanya tersenyum untuk mengatasi masalah semua akan ditemukan solusi nya jika kamu mau tersenyum sedikit saja. Ini adalah quote klasik untukku tapi sudah terbukti untuk wanita tak memiliki apa apa sepertiku.
--------------------------------------------------
Have fun ❤

Pelindung keponakankuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang