"Aku tak pernah memikirkan hal tentang pernikahan atau memiliki anak dan semacamn itu sebelumnya." Mingyu mendongkakan kepalanya dan merapatkan mantelnya karena suasana semakin dingin.
"Disini semakin dingin, kita mau lanjut nanti atau disini saja?" tanya Mingyu
***
Disebuah cafe kecil dipinggiram kota, Tzuyu nampak mengambil nampan berisi dua sandwich dan dua gelas coffee untuknya dan Mingyu, sementara itu Mingyu nampak memandangi gerak-gerik Istrinya diujung sana memastikan sang istri baik-baik saja.
"Terimakasih" ucap Mingyu saat nampan itu sudah berada diatas meja dan mengambil segelas coffee lalu menyesapnya pelan karena masih panas.
"kukira kamu gak bakal tau cara memesan makanan di tempat seperti ini" gurau Mingyu membuka bungkus rotinya diikuti Tzuyu yang duduk berhadapan dengannya. "Aku pernah kesini kok pas SMP, jadi aku masih inget sedikit-sedikit" Mingyu terkekeh pelan dan mengelap mayonaise yang ada disudut bibit Tzuyu menggunakan ibu jarinya lalu menjilat ibu jarinya itu dengan kilat sehingga membuat Tzuyu merona seketika.
"tadi katanya mau lanjut cerita?" Tzuyu mengingatkan.
"Oh iya.. tapi aku mau jelasin apa lagi? karena saat itu keadaanya memang benar-benar seperti itu, aku tak akan mungkin sempat mencari wanita disela-sela kesibukanku, untungnya Tuan Chou mengenalkanku padamu" Tzuyu terdiam dan mengangguk paham sambil mengunyah potongan terakhir rotinya.
"Puas dengan jawabannya?" Tanya Mingyu menatap kedua mata Tzuyu intens namun Tzuyu nampak sengaja tak membalas tatapan Mingyu dan berpura-pura sibuk merapikan sisa makananya.
"Tzuyu.." Mingyu mengenggam pelan tangan Tzuyu yang sedari tadi sibuk kesana kemari dan membuat Tzuyu mau tak mau menghentikan aktifitasnya lalu membalas tatapan Mingyu.
"Kurasa pertemuan kita ini dilandaskan oleh takdir, dan aku bersyukur pada Tuhan karena takdirku adalah kamu.."
"Gombal mulu kamu ya?" Mingyu terkekeh pelan dan menggelengkan kepalanya.
"Saya serius, gimana caranya ngungkapin rasa sayang saya ke kamu tanpa terlihat seperti sebuah gombalan?" Tzuyu mengangkat kedua bahunya, "entahlah.. tapi wanita sejujurnya lebih membutuhkan tindakan daripada ucapan!" Tzuyu bangkit berdiri diikuti Mingyu yang masih nampak terdiam tanpa mengucapkan sepatah katapun.
"Yuk pulang!" Aja Tzuyu.
***
"engg~"
"Pagi Sayang.." Tzuyu menoleh kesamping kiri dimana Mingyu sudah terlihat rapi dengan kemeja putih dan celana jeans-nya, setelah sekian lama Tzuyu terbiasa melihat sosok Mingyu dengan pakaian casual-nya.. hari ini ia harus melihat kembali seorang Kim Mingyu yang selalu berpakaian rapi ala orang kantoran.
Cup
Tzuyu tersenyum saat Mingyu mengecup kilat bibir mungilnya, sepertinya itu sudah merupakan sarapan seorang Chou Tzuyu setiap paginya mulai saat ini, atau yang biasa disebut dengan istilah "Morning Kiss"
"Ayo.. hari ini kita harus kerumah papa!" Tzuyu merapikan sedikit rambutnya dan mengangguk pasrah sebelum akhirnya ia turun dari tempat tidur dan berjalan menuju kamar mandi. Tanpa Tzuyu ketahui bahwa Mingyu masih tak bisa melepaskan tatapannya dari sosok Tzuyu hingga gadis itu menghilang dibalik pintu kamar mandi.
***
"Kenapa diam?"
Mingyu yang tengah sarapan dirumah kedua orangtya Tzuyu alias mertuanya nampak aneh melihat sikap Tzuyu yang sedari tadi terlihat kaku dirumah yang ia tempati selama 24 tahun ini.
"Aku ngerasa asih aja sama rumah ini, padahal dulu aku tinggal disini" jawab Tzuyu lalu meminum segelas mineral dan menyilangkan sendok dan garpunya diatas piring diikuti Mingyu yang duduk disampingnya.
"Baguslah, berarti kamu udah nyamab dirumah kita.."
"Rumah kita?"
Mingyu melipat kedua tangannya diatas meja dan mengangguk pelan kepasa Tzuyu, "gak ada lagi barangku atau barangmu, kamarku atau kamarmu, rumahku atau rumahmu.. semuanya sudah dilandasi kata 'kita'" Tzuyu tersenyum malu mendengarnya.. kenapa Mingyu pandai sekali merangkai kata seperti ini?
Tzuyu bangkit berdiri dan mengambil piring kotornya dan juga punya Mingyu. Disaat bersamaan seorang pelayan menghampiri Tzuyu seolah meminta piring yang Tzuyu pegang agar ia cuci.. namun Tzuyu menolaknya dan mencuci piring itu sendiri.
"Wuah.. kamu kasih pelet apa ke dia? Tzuyu si anjing galak kini menjadi anjing penurut seperti itu?" Tanya seorang laki-laki yang baru saja tiba diruang makan dan duduk disalah satu kursi. Ya, dia adalah sepupu dekat Tzuyu.. namanya Mark Tuan.
"Aish.. kau menyama-nyamakan istriku dengan anjing galak? Biar kutunjukan pengertian anjing galak sesungguhnya!" Mingyu menyentil pelan dahi Mark dan sontak membuat Mark meringis pelan sambil mengusap dahinya.
Mark dan Mingyu sering bertemu setiap ada pertemuan antara petinggi-petinggi perusahaan, biasanya Mark datang untuk menemani ayahnya Tzuyu. Dan lagi, keduanya juga dulu kuliah di universitas yang sama dan sama-sama bergabung dalam suatu organisasi pencinta hewan dan alam liar.. jadi itulas alasan mengapa Mingyu nampak dengan dengan Mark yang usianya jauh lebih tua dari Mingyu.
"Papa mana?" Tanya Mingyu.
"Apa? Papa? Memangnya papa Chou itu papamu?" Ledek Mark.
"Ck, bedebah satu ini sepertinya sedang meminta ku untuk menjatuhkan harga dirinya ya?" Ucap Mingyu santai, "jelaslah dia papa-ku karena anaknya adalah istriku.. memangnya kamu? Anaknya saja bukan tapi ikut-ikutan panggil papa.. seharusnya kau panggil dia Om tahu!" Mark tertawa menerima kekalahannya atas adu argumen melawan Kim Mingyu barusan
"Aku kalah" Mark mengakui.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teach My beloved Daughter
FanfictionTuan Chou sudah tak habis pikir dengan kelakuan putri sematawayangnya Chou Tzuyu. Gadis penyuka dunia malam ini senang sekali menghambur-hamburkan uang dan tak tumbuh sebagai gadis pada umumnya yang biasanya memiliki jiwa keibuan seiring bertambah u...