62.

1.9K 140 26
                                    

"Kalau kita punya anak, kamu gak bisa kaya begini lagi loh"

Mingyu terlihat tengah membawa perkakas untuk memperbaiki mobilnya seraya berjalan menuju gudang belakang disaat Tzuyu tengah menonton televisi sambil menikmati camilan buatannya. 

"Justru karena belum punya anak, makanya aku nikmati waktu sepuas-puasnya" balas Tzuyu walaupun Mingyu sudah melesat ke halaman belakang, tapi rupanya pria itu masih mendengar ucapan Tzuyu dengan samar-samar.

Mingyu berjalan memasuki rumah dan ikut duduk disamping Tzuyu dan menghadapa ke wanitanya itu pula. "Aku mau nanya sesuatu sama kamu, tapi jangan pernah bilang ini gak penting atau aku mikir terlalu jauh"

"Iya, emang apa?" tanya Tzuyu tanpa menoleh kepada Mingyu sama sekali.

"Kamu mau punya anak berapa?"

"3" Mingyu terdiam dan menganggukan kepalanya paham, "kalau kamu?" tanya Tzuyu balik membuat Mingyu sontak menaikan kedua bahunya, "terserah Tuhan" jawab Mingyu langsung.

"Ya semuanya juga terserah Tuhan, tapi kan kita butuh merencanakan Kim Mingyu"

"Hahaha, oke. Terus kalau kita punya anak, pakai babysitter atau kamu yang urus sendiri?" tanya Mingyu lagi

"Enak aja aku yang urus sendiri, berdua lah sama kamu!" 

"Ya itu udah sepaket Chou Tzuyu, ngerawat anak itu gak gampang loh... apalagi kalau masih sebulan dua bulan, yakan?" Tzuyu menaikan kedua bahunya kali ini, "palingan nanti aku minta tolong Mama, gak apa-apa kan?" tanyanya

"Emang Mama mau?"

"Ya mau lah, cucu sendiri masa gak mau? jahat banget!" Mingyu tersenyum dan menganggukan kepalanya, "Aku juga bisa minta bantuan Nenek nanti" 

"Sekarang giliran aku yang nanya, tapi kamu juga gak boleh bilang aku lebay, atau bilang pemikiran aku terlalu jauh dan sebagainya"

"Iya-iya... apa tu?" tanya Mingyu

"Nanti, kalau kita udah punya anak... terus aku udah ga secantik ini, udah ga selangsing ini, aku juga udah kumel, strechmark dimana-mana... kamu bakalan tetep suka sama aku gak?" Mingyu tersenyum dan tertawa kecil, "Ya gimana ya, aku sukanya cewek cantik si..." Mingyu mengalihkan pandangannya ke arah layar televisi cukup lama lalu melirik sekilas kepada Tzuyu yang ternyata tengah memandanginya dengan tatapan kecewa, seperti anak kecil ingin menangis tepatnya.

"Tapi kan kamu itu cantik apa adanya... masa aku bisa berpaling si, dari kamu?" Mingyu mengecup kening Tzuyu sekilas dan tertawa gemas pada istinya itu.

"No, aku gak cantik lagi nanti"

"Menurut aku cantik"

"Ih kamu mah" Tzuyu memukul bahu Mingyu pelan menggunakan bantal ditangannya, "Terus, kalau aku ada kesalahan sedikit dalam mengurus anak, atau aku nanti gak tau ini-itu, kamu mau ngajarin aku kan?"

"Aku ini suami atau guru?"

"Suami, jadi kamu gak mau ngajarin aku?"

"Kayaknya kalau ngajarin sih enggak ya," Mingyu mengusap tengkuknya kasar dan menatap canggung kepada Tzuyu, "..tapi kalau ngebimbing kamu sama anak-anak kita, itu pasti."

"Ahhhh... lucu banget siii!!" Tzuyu memeluk tubuh Mingyu erat dan dibalas oleh pria itu.

"Tzu, kamu tau gak tugas terbaik yang pernah aku terima itu apa?"

"apa?"

"Ngajarin kamu seumur hidup aku"

Kedua sepasang suami istri itupun nampak berpelukan erat pada senja itu ditemani dewa siang yang perlahan mulai terbenam bersama langit berwarna jingga di salah satu ruang rumah mereka yang menjadi saksi bisu kisah cinta mereka selama ini. Mulai dari bagaimana percekcokan sering terjadi diawal pernikahan, saling menjahili, saling merindukan, dan bagaimana cinta bersemayam didalamnya.

TAMAT

Teach My beloved DaughterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang