Disebuah café, Mingyu dan Minghao nampak tengah duduk berdua. Kebetulan café yang mereka pilih kali ini tidak terlalu ramai dan pas untuk dijadikan tempat ngobrol antara dua sahabat yang sudah tak bertemu 1 tahun.
"..Lo tau kan, gua dijodohin waktu itu"
"tau" jawab Minghao mantap. "Ga nyangka gua Gyu.. lo mau aja dijodoh-jodohin kaya gitu" Mingyu tersenyum kecil mendengarnya, "padahal gua kira lo bakalan nolak mentah-mentah permintaan rekan kerja lo itu.." Mingyu terkekh pelan.
"dijodohinnya sama yang bening, siapa juga si yang gamau?" tawa Minghao seketika meledak memenuhi seisi ruangan, sementara Mingyu hanya terkekeh pelan mengingat apa yang ia katakan barusan.
"terus lo mulai suka sama dia kapan?"
"dari awal ketemu udah suka"
"oke.. ternyata naluri pria lo on juga ya.."
"ya iyalah"
"kalo mulai sayang?"
Mingyu menarik nafasnya panjang dan mengingat-ngingat moment yang terjadi selama beberapa bulan ini. Semua memorinya seolah tengah berputar menampilkan sosok Tzuyu saat pertama kali bertemu dengannya, saat pernikahan, saat bertemu keluarganya, saat mengeluh karena perintahnya dan... saat ciuman pertama mereka.
"Lo tau kan istilah 'Cinta datang karena terbiasa'?" Minghao tersenyum geli mendengarnya, "ini resiko lo bertanya hal-hal seperti itu sama orang kasmaran.. jijik sendiri kan lo?" kata Mingyu menunjuk Minghao dan pria itu hanya menganggukan kepalanya dengan cengiran kuda khasnya.
"alasan dia dijodohin sama papanya memang apa?"
"karena hidupnya liar"
"seliar apa?"
"pergi subuh, pulang tengah malam, minum-minum, nilai kuliahnya anjlok, ga bisa apa-apa.. modal cantik doang" Minghao membelakan matanya seketika.
"berani sekali Tuan Chou itu menjodohkan anaknya yang amburadul sama lo yang sangat amat high class" Minghao menyeruput minumannya, "..untung lo lagi kepepet punya istri" sambungnya.
"gua juga bingung. Ternyata Lebih mudah mendidik anjing daripada mendidik manusia" Ujar Mingyu, "tapi setidaknya sekarang jauh lebih baik.." kata Mingyu lagi.
"Ngomong-ngomong soal hal terakhir yang kita bahas di telepon..." Tiba-tiba tubuh Mingyu menegang, wajahnya memerah membuat Minghao ingin tertawa seketika namun ia lebih memilih untuk menahannya dan pura-pura tak menyadari reaksi berbeda dari Kim Mingyu.
"Kalo dia anak malam.. seharusnya dia handal dalam hal seperti itu. Apa kalian udah..." Minghao mempertemukan ujung-ujung jarinya membuat Mingyu paham maksud tujuan sahabatnya itu, "dari upacara pernikahanpun pendeta sudah menyuruh kami berciuman"
"bukan itu, yang lain.."
"sudah.."
"gak lanjut?"
"lanjut kemana?"
Minghao meraba-raba tubuhnya sendiri dengan senyuman yang penuh arti pada Mingyu, "apaan si? ga jelas.." jawab Mingyu sambil meminum minumannya.
"Ah.. pasti gak lanjut" desis Minghao.
"gimana.. dia good kisser kan?" tanya Minghao lagi, "gua gatau good kisser itu kaya gimana.. ciuman ya ciuman" jawab Mingyu serius.
"Ya Tuhan.. memang benar-benar semua manusia punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Ada manusia, gantengnya setengah mati.. tapi bodohnya sangat sempurna" kata Minghao dengan mengadahkan kepalanya keatas langit.
"kalo gua bodoh, gamungkin abang lo kerja di perusahaan gua" tutur Mingyu santai.
"ah ya benar benar..." Minghao membuka tas ranselnya dan mengeluarkan sesuatu, "tonton ini.. sampai habis!" ucapnya seraya memberikan kaset polos tanpa cover kepada Mingyu.
"Terus? lo mau pulang?" tanya Mingyu yang diangguki oleh Minghao, "ga jadi cerita tentang pengalaman lo?" tanya Mingyu lagi.
"Aish.. gausah gausah, percuma lo gabakal paham juga" jawab Minghao.
***
"Tumben lo kesini?"
Tzuyu mendudukan tubuhnya diatas sofa di apartement Momo, "males dirumah.. ada orang gak jelas" Momo tersenyum paham atas maksud ucapan Tzuyu dan meletakan beberapa snack diatas meja untuk mereka nikmati bersama.
"udah ngabarin Mingyu?"
"belum"
"kenapa?"
"kata dia, asal gua bahagia... dia juga bahagia"
"aduh.. mangkak banget si lo jadi istri, udah tau suami lo sebaik itu sama lo.. ya lo tau diri lah" Tzuyu mempoutkan bibirnya dan langsung membuka ponselnya sembari mengetikan sesuatu."sudah"
"bagus. Btw apa yang mau lo omongin? pasti ada masalah kan..."
"gak ada"
"ah masa..?" selidik Momo lagi
"iya. beneran" jawab Tzuyu jutek.
"ayolah Tzu.. jangan ngambekan kaya ibu hamil deh. Atau jangan-jangan.. lo emang hamil??" kaget Momo sambil menunjuk Tzuyu, namun Tzuyu hanya mendecik sebal dan menurunkan tangan temannya itu.
"gak akan ada hamil-hamilan.. gua jamin!"
"Ah~ pasti kalian belum ngapa-ngapain kan? pasti Mingyu nungguin kamu supaya dewasa dulu buat gitu-gituan"
"gua udah dewasa tau.."
"menurut lo, menurut dia? kan belom tentu" Momo mengalihkan pandangannya ke arah televisi yang menyala, "atau jangan-jangan memang suami lo itu polos Tzu... lo tau kan seberapa flat-nya kehidupan seorang Mingyu? jangan-jangan dia ga paham soal 'gituan'?" tebak Momo asal.
"Wuah.. semua kendali ada sama lo ntar Tzu.." Tzuyu menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
"Ahhh diam dong Momo!! gua kesini bukan mau bahas gituan!!" dumel Tzuyu.
"ah iya maaf maaf"
****
selamat malming semuanyaa...
Maap kali ini scenenya ga terlalu banyak krn ngetiknya buru-buru.
Buat yg nungguin adegan 'HOT' pasangan ini.. jujur aja Author ga berencana bikin cerita ini jadi 18++.. tapi bukan berarti cerita ini akan berakhir tanpa adegan 'begituan' paham kan?? heheheSampai jumpa di part selanjutnya yang pastinya udah bakal di update minggu depan. Terimakasi juga buat seluruh ucapan semangat di kolom-kolom komen yg bikin author trs semangat nulis sampai saat ini.
terakhir.. jangan lupa Vomment!!
PS : Author mau promosiin cerita baru author yg judulnya 'SEBUAH SIKLUS' , yang penasaran silahkan cari di pekerjaan author.. xixi (tapi tenang, cerita ini bakalan ttp jadi prioritas).
KAMU SEDANG MEMBACA
Teach My beloved Daughter
Fiksi PenggemarTuan Chou sudah tak habis pikir dengan kelakuan putri sematawayangnya Chou Tzuyu. Gadis penyuka dunia malam ini senang sekali menghambur-hamburkan uang dan tak tumbuh sebagai gadis pada umumnya yang biasanya memiliki jiwa keibuan seiring bertambah u...