Tzuyu nampak membuka kulkas didapur rumah nenek lalu mengeluarkan semangkuk berisi strawberry dan juga sirup lalu menutup kulkas tersebut dan meletakkan botol sirup dan mangkuk strawberry itu diatas meja pantry.
Tak berapa lama datanglah seorang gadia remaja berusia 15 tahun kedalam ruangan, dia adalah Kim Soo Jung.. keponakan Mingyu dari kakak sepupu Mingyu yaitu kak Soo Man.
"Bibi mau buat apa?" Tanta Soojung sambil mengambil tatakan pisau dan juga mangkuk kosong yang berukuran cukup besar. "Syrup buah.. Soojung suka kan?" Gadia itu tersenyum dan mengangguk cepat. "Aku suka strawberry.." Tzuyu tersenyum lalu mengacak puncak kepala Soojung pelan.
Sejujurnya Tzuyu tak pernah suka dengan anak-anak, baik anak bayi, anak balita maupun remaja... mungkin lebih tepatnta ia taj pernah peduli dengan anak-anak yang hidup sekelilingnya, seperti anak dari pelayan-pelayan rumah yang suka mampir kerumahnya atau bahkan adiknya Sana sekalipun.
"Bibi Tzuyu sangat cantik! Cocok dengan paman yang tampan!"
"Soojung, kamu jauh lebih cantik!"
"Tidak, mataku terlalu sipit.. aku benci itu!" Tzuyu yang sedang memasak air panas sontak menggelengkan kepalanya dan menatap Soojung dengan tatapan nanar, ia tahu bagaimana rasanya tak percaya diri.. dan cukuplah ia yabg pernah merasakannya, Keponakan besarnya ini tak boleh!
"Tapi kamu menggemaskan!" Tzuyu mencubit pipi chubby Soojung yang sempat membuat gadis itu meringis sambil mengusap pipinya pelan.
***
Seluruh anggota keluarga nampak asik berkaroke diruang keluarga.. Soojung dan adiknya menguasai ruangan dengan suara merduu keduanya, membuat Tzuyu menjadi sedikit iri karena ada hal yang bisa dibanggakan oleh Soojung dibalik mata sipitnya.. tak seperti dirinya yang tak memiliki kelebihan apapun.
"Kamu gak apa-apa kan?"
Tzuyu melirik sebuah tangan yang melingkar di perutnya, ia yakin kalau ini ulah Mingyu... pria ini sepertinya sudah tak canggung melakukan kontak fisik dengannya. Tzuyu menghela nafas lalu menoleh ke arah Mingyu dan menggeleng pelan.
"Malam ini dingin ya?" Mingyu kembali membuka topik percakapan da Tzuyu tersenyum menanggapinya.. "besok pagi kita pulang ya?" Tanya Tzuyu menatap Mingyu yang dibalas tatapannya oleh sang suami, "he-em, tapi sebelumnya kita ke makam kedua orangtuaku dulu" Tzuyu terdiam dan mengangguk.
***
"Aku iri karena Soojung memiliki suara yang bagus" ucap Tzuyu saat keduanya sedang melangkahkan kaki pada ratusan anak tangga menuju makam kedua orangtua Mingyu. Mingyu nampak menggenggam tangan kanan Tzuyu sementara tangan kirinya menggenggam sebuket bunga mawar putih.
"Kamu iri dengan anak kelas 2 SMP hah?" Tanya Mingyu dengan cengiran diwajahnya, "ish! Bukan begitu.. waktu aku didapur dengannya aku mendengar dia mengeluh karena matanya yang sipit.."
"Iya, bahkan ia tak bisa memakai softlens" potong Mingyu.
".. jangan dipotong dulu! Terus aku mendengar suaranya saat bernyanyi dan aku rasa suaranya indah sekali. Aku jadi ingat saat aku SMP, aku juga tak pede dengan kulit hitamku.. dan sayangnya aku tak bisa membanggakan apapun dari diriku" Mingyu mengusap-usap punggung tangan Tzuyu dengan ibu jarinya.
"Aku juga hitam saat SMP" tukas Mingyu, "tapi kau tetap tampan saat di foto kelulusan SMP mu!" Jawab Tzuyu sambil mengingat foto disalah satu figura rumah mereka.
"Kamu juga manis saat SMP!" Tzuyu melirik Mingyu sekilas yang jauh lebih tinggi darinya, "darimana kau tau foto SMP ku?" Tanya Tzuyu mengintrogasi. Mingyu tersenyum dan menghembuskan nafas kasar....
"Tuan Chou yang memberikannya untukku"
Tzuyu terdiam sejenak lalu memunculkan sengiran jahatnya, "Papa.. awas saja!" Saking kesalnya Tzuyu tak sadar bahwa tangan kanannya refleks meremas tangan Mingyu erat.
"AW!!"
"Ah? Maaf maaf..."
***
"Papa, Mama.. ini Tzuyu"
Tzuyu membungkuk didepan makam kedua orangtuan Mingyu, ia menatap foto yang terdapat pada kedua nisan itu secara bergantian. Sementara itu Mingyu sibuk mengganti bunga mawar putih layu di makam itu menjadi bunga mawar putih segar yang ia dan Tzuyu bawa.
"Kamu mengambil segala yang baik di wajah kedua orangtuamu Mingyu... secara keseluruhan wajahmu mirip seperti Papamu, tapi bibir tipismu sama persis seperti bibir mama-mu" Mingyu melirik Tzuyu dan tersenyum.
"Ternyata kau memperhatikan bibirku.." ucap Mingyu dengan senyuman penuh arti, namun buru-buru Tzuyu menepis khayalan Mingyu, "jelaslah aku memperhatikannya.. kita sudah tinggal bersama sebulan ini!" Mingyu tersenyum dan mengangguk paham sambil melingkarkan tangannya dibahu Tzuyu.
"Kenapa rangkul-rangkul?" Tanya Tzuyu galak, "udara disinu dingin.. jadi aku mencari kehangatan!" Bela Mingyu sambil merapatkan mantel yang dikenakan Tzuyu membuat Tzuyu tak bisa berkutik.
Langit sudah berubah warna menjadi jingga.. matahari perlahan-lahan tenggelam di ufuk timur ditemani hewan cakrawala nan pergi kembali pada sarangnya. Tetapi Tzuyu dan Mingyu masih setia didepan peristirahatan terakhir kedua orangtua Mingyu sambil tertawa-tawa mendengar cerita mereka tentang kelucuan kedua orangtua mereka masing-masing.
"Memangnya papa dan mama mu meninggal kenapa?"
"Dulu kehidupan keluarga kami susah, papa dan mama adalah pedagang. Hingga suatu hari mereka berencana ke luar negeri untuk berjualan dengan menaiki kapal laut.." Mingyu menatap ke arah sinar matahari yang masih samar-samar terasa ditempat itu dan tersenyum.
"Dan kapal yang mereka kendarai terbakar.."
Perlahan-lahan Tzuyu mengulurkan tangan kanannya kepundak Mingyu lalu mengusapnya pelan berkali-kali, "gak usah berlebihan.. itu sudah lama sekali dan aku sudah tak sedih lagi" jawab Mingyu.
"Tapi tetap saja! Kehilangan kedua orangtua itu sangat menyakitkan!" Lirik Tzuyu menahan tangisnya, seolah ia bisa merasakan keterpurukan seorang Kim Mingyu saat itu. "Iya.. saat itu aku merasa sendiri, untung ada nenek" jawab Mingyu sambil tangan kanannya menangkap pergelangan tangan Tzuyu yang ada dipundaknya lalu menciumnya lama. Tzuyu tak menolak... ia sudah menerima statusnya sebagai istri Kim Mingyu saat ini.
"Saat lulus kuliah di usia 23 tahun, aku pindah ke kota dan merantau disana.. supaya tak merepotkan nenek lagi" Tzuyu mengusap air matanya pelan, suara jangkrik mulai terdengar menambah suasana ditempat itu menjadi amat sendu dan intim antara keduanya.
"Tinggal dikota rasanya seperti mau mati. Aku harus melakukannya seorang diri, tak cukup hidup dengan satu pekerjaan dan nilai sempurnaku tak ada apa-apanya kalau tak diaertai pengalaman kerja" Tzuyu terdiam dan kembali mengingat beberapa perkataan ayahnya yang selalu menolak banyak calon karyawan dengan alasan kurang berpengalaman dalam bekerja.
"Tapi semuanya sudah berakhir dengan bahagia kan?" Tanya Tzuyu, Mingyu menoleh kepada Tzuyu dan tersenyum sambil mengusap bagian belakang kepala Tzuyu dan mengangguk cepat.
"Apalagi saat aku menikah denganmu"
Tzuyu terdiam dan kembali mendekatkan posisi duduknya kepada Mingyu dengan tatapan bertanya-tanya.
"Boleh aku bertanya sesuatu?" Tanta Tzuyu, Mingyu tersenyum dan mengangguk cepat..
"Kenapa kamu menerima tawaran menikah denganku saat itu? Mana mungkin hanya karena usiamu 27 tahun?"
***
Hallloww gaes,
Terimakasih untuk yg selalu support author untuk ngelanjutin cerita ini...
Sebenernya sejauh ini author masih bingung mau nimbulin konflik seperti apa untuk pasangan muda kita inii (hehe), jadi bagi yang ada idee silahkan ditumpahkan(?) idenya disini karena bacaan ini bukan untuk author semata melainkan untuk kepuasan kita bersama jugaa *cieeMaaaff bgt kalau ada yang gak puas sama alur atau penulisannya krn author pribadi masih newbie bgt dalan hal perwattpad-an spt ini sebenernyaa hehe.
Akhir kata, jangan lupa Vomments guys! saranghaee💓💓
KAMU SEDANG MEMBACA
Teach My beloved Daughter
FanfictionTuan Chou sudah tak habis pikir dengan kelakuan putri sematawayangnya Chou Tzuyu. Gadis penyuka dunia malam ini senang sekali menghambur-hamburkan uang dan tak tumbuh sebagai gadis pada umumnya yang biasanya memiliki jiwa keibuan seiring bertambah u...