43.

1.3K 142 3
                                    

"Memangnya kalian siap jadi orangtua?"

Mingyu melirik sekilas kepada Tzuyu yang kini duduk disamping Mamanya sementara Mingyu sendiri duduk disberang dua wanita tersebut. Mamanya Tzuyu menghela nafas lembut, "..Sekalipun kamu sudah banyak berubah semenjak menikah Nak, tapi tetap saja.. menjadi seorang istri sekaligus ibu itu tidak semudah yang kamu bayangkan" Wanita itu melirik ke arah Mingyu yang nampak mengangguki kepalanya mantap.

"..Kamu harus telaten, memastikan anak kamu udah makan atau belom, menyusui, belum lagi bangun tengah malam karena dia menangis. Jangan andalkan semuanya sama Mingyu, ingat itu!" Nyonya Chou nampak memperingati anak gadisnya yang sudah menjadi istri orang lain ini. Tzuyu menghela nafasnya dan menganggukan kepala, "Aku gak ngandelin Mingyu kok, tapi yang Mama bilang benar juga..."

Nyonya Chou tersenyum, "Lagipula, Mama minta maaf nih ya..." Tzuyu menatap Mamanya dengan wajah penasaran, "..Mama lihat, kamu juga masih belum terlalu kelihatan pembawaan sebagai istrinya. Coba Mama tanya, memangnya kamu masak buat Mingyu setiap hari? Memangnya kamu nyeterika setiap hari? Cuci baju? bikinin kopi buat suami?" Nyonya Chou mengalihkan pandangannya kepada Mingyu, "Tzuyu kaya begitu gak dirumah?"

Mingyu melirik sekilas kepada Tzuyu, "Tzuyu sudah mulai belajar masak kok Ma, walaupun gak rutin... tapi setiap aku butuh makanan, pasti tersedia. Terus kopi juga selalu ada setiap pagi" Tzuyu tersenyum malu mendengarnya, Mingyu selalu baik kepadanya.

"Itu masih kurang sayang... belajar lagi yaaa, kan mau jadi Mama juga sebentar lagi?"

"Siap ma!" Tzuyu tersenyum sumringah mengatakannya.

***

Hari Minggu sore memang paling pas dilewati dengan bermalas-malasan di kamar. Seperti saat ini, Mingyu terlihat tengah bermalas-malasan di kamar Tzuyu--mereka berdua sedang dirumah kedua orangtua Tzuyu--sembari bermain game ponselnya. Namun sejak tadi ia masih belum melihat Tzuyu memasuki ruangan, apakah istrinya itu meninggalkannya pulang ke rumah duluan?

Gak mungkin sih...

"Tzuyu..."

Mingyu turun dari tempat tidurnya dan membuka pintu kamar Tzuyu yang terbuat dari kayu jati lalu berjalan mengitari lantai dua rumah besar itu. Mingyu mencari ke kamar mandi, ruang belajar, ruang keluarga dan juga balkon, tapi ia masih belum melihat Tzuyu disana, "kemana sih dia?"

Karena batang hidung Tzuyu tak kunjung terlihat di lantai dua, maka pria tinggi itu memutuskan untuk turun ke lantai bawah sembari menyapu pandangnya pada setiap sudut ruman tersebut. "Tzuyu..." 

"Oi! disinii..."

 Mingyu menghela nafas lega dan tersenyum kepada sosok yang sedang bermain dengan anjing lucunya dihalaman belakang. Mingyu menghampiri pujaan hatinya, lalu keduanya duduk diatas saung yang terletak dihalaman tersebut.

"Namanya siapa?" tanya Mingyu

"Popi" jawab Tzuyu

"Kok kamu gak bawa ke rumah kita?"

"Biar dia jadi temen papa sama mama disini" Mingyu menganggukan kepalanya paham sembari ikut mengusap puncak kepada Popi, "kamu suka anjing kan?" Tanya Tzuyu yang diangguki oleh Mingyu, "dulu keluargaku pelihara anjing, tapi meninggal karena kelindes mobil"

"Yahh... kasiann" Tzuyu memasang wajah bersedih atas anjingnya Mingyu yang tewas dengan ganas. Mingyu tertawa kecil melihat raut wajah wanita cantik disampingnya itu, "Namanya Bulan, bagus kan?" Tzuyu menganggukan kepalanya cepat, masih dengan raut wajah sesedih tadi.

Setelah itu keduanya kembali terdiam, bahkan mungkin Popi sendiri bingung dengan apa yang sedang terjadi, kenapa sepasang suami-istri ini bisa kehilangan bahan percakapan?

"Tzu... sepertinya setiap minggu kita harus kencan.."

"Hah?" Tzuyu terdiam seketika, namun pipinya yang bersemu merah membuat Mingyu merasa ucapannya tadi membawa pengaruh baik untuk Tzuyu, "Iya, kencan. Aku pingin banyakin waktu ngobrol sama kamu... apalagi kita gak pernah pacaran kan?" Tzuyu tertawa mendengarnya.

"Iya juga ya, wuah.. keren juga kita" Mingyu tertawa mendengar ucapan Tzuyu, "Oh ya Gyu..."

"Apa?" tanya Mingyu lembut

"Mulai besok, ingetin aku ya kalau misalnya aku lupa masak, bikinin kopi sama nyuci baju. Terus, kalau aku mulai males beresin rumah, kamu omelin aku aja..." Mingyu mendelik meledek kepada Tzuyu, "yakin? kalau kamu tetep gak mau disuruh gimana?" tanya Mingyu balik, "pukul aku aja! marahin "WOY TZUYU! DASAR PEMALAS!" gituu" Mingyu membulatkan matanya tak menyangka bahwa Tzuyu bisa terlihat segalak itu.

Ah, dia lupa... istrinya polos-polos mengerikan.

"Tapi masalahnya..." Mingyu mengangkan tangan kanannya untuk merangkul bahu Tzuyu, "..Siapa yang tega ngelakuin kaya gitu ke kamu?" Pria itu menyenggolkan ujung hidung mancungnya kepada hidung Tzuyu, "Ish! jangan deket-deket ah... nanti kalau ada yang liat gimana!?" Tzuyu menepuk bahu Mingyu membuat Mingyu sontak menjaga jarak dengannya.

"tiba-tiba aku bersyukur tau gak, aku gak jadi hamil. Kamu bayangin coba kalau aku hamil? kapan kita bisa mesra-mesraan kaya gini?" tanya Tzuyu membuat Mingyu tersenyum malu jadinya sekarang, "Oh, jadi kamu seneng ya sekarang bisa mesra-mesraan sama aku? dulu mah... jual mahal banget!"

Tzuyu tertawa dan menutup wajahnya malu, "udah ah... jangan dibahas!"

"Iyaaa Iyaaa... itu rahasia kita aja yaaa" Mingyu mengusap-usap ujung kepala Tzuyu membuat Tzuyu menepuk paha Mingyu cukup kencang, "Ihh... tangan kamu bekas anjing, terus megang kepala aku? jorok tau!" 

Yahh... keromantisan mereka seketika hancur berkeping-keping. Dasar Mingyu

Teach My beloved DaughterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang