"Jadi kamar bibi nanti disini"
Tzuyu membuka pintu salah satu kamar di lantai bawah. Bibi Lim nampak terpukau dengan desain kamarnya di rumah ini, sangat sederhana namun elegan. "Wuah... keren!!" kata Bibi Lim sembari memasuki kamar tersebut diikuti Tzuyu dibelakangnya.
Sementara itu di saat yang bersamaan, Mingyu nampak membukakan pintu disebrang kamar Bibi Lim untuk mempersilahkan Hwain memasuki kamarnya. Tzuyu yang tak sengaja melihat moment itu tiba-tiba membeku seketika padahal suaminya hanya membukakan pintu saja, tak lebih.
"wuahh!!" Hwain memasuki kamar sementara Mingyu masih tak bergerak dari posisinya didaun pintu kamar dan menoleh ke arah Tzuyu yang ada disebrangnya kini lalu tersenyum hangat.
Senyuman diwajah Tzuyupun tiba-tiba merekah, walaupun tak dapat dipungkiri bila dibalik senyum tersebut terlihat sekali ada sesuatu yang dipendamnya. Tzuyu mengatakan hal itu adalah Naluri Wanita.
***
"Bibi sepertinya tak akan lama di rumah ini, karena rumah kami butuh perhatian lebih agar cepat selesai"
Saat ini mereka berempat sedang menikmati makan malam mereka di halaman belakang rumah dengan hidangan ayam panggang yang dimasak Mingyu.
"Tapi Hwain akan tetap disini karena kantor sementaranya ada didekat rumah kalian" Tzuyu mengunyah makanannya sambil mengangguk paham, sementara Mingyu yang sedari tadi menatap lurus ke arah bibi Lim yang sedang berbicara tiba-tiba menoleh ke arah Tzuyu yang ada disampingnya dan berdehem pelan.
"Memang rumah bibi ada renovasi apa?" tanya Mingyu, "oh.. ada banyak lah yang di renovasi" jawab bibi Lim, "rumah kami lebih tepatnya di rombak.. bukan renov" sahut Hwain dengan santai membuat semua yang ada disitu tertawa kecil kecuali Tzuyu.
"sejak kapan kamu suka makanan yang dipanggang?" tanya Tzuyu tiba-tiba pada Hwain, "bukannya dulu kamu lebih suka sesuatu yang mentah ya?" tanya Tzuyu santai, namun aura wanita itu benar-benar membuat suasana menjadi kembali kaku.
"sejak..." Hwain memutar bola matanya seperti sedang berfikir "sejak tadi?" lanjutnya, "wuah.. Mingyu bisa membuat seorang Hwain memakan masakan panggang!" kata bibi Lim membuat Mingyu tersenyum kecil dan menoleh ke arah Tzuyu yang hanya berdecak pelan disebelahnya.
Seolah tak mau ambil pusing, pria itu kembali mengambil daging panggangnya diatas piring dan memakannya.
***
02.03 a.m
ddrrttt...
Mingyu membuka matanya dan mematikan alarm yang tak sengaja tersetting diponselnya. dikerjapkannya matanya berkali-kali dan menoleh kesamping. Dilihatnya Tzuyu masih tertidur dengan posisi membelakanginya membuat Mingyu hanya bisa menghela nafas panjang.
Tak pernah terfikirkan oleh Mingyu bahwa Tzuyu akan memiliki masalah dengannya. Walaupun sejujurnya Mingyu masih tak paham apa masalah mereka, apa Tzuyu sedang datang bulan makanya bisa se sensitif ini? Pria itu melirik kalender yang ada diatas meja disamping tempat tidurnya dan nampak menghitung sesuatu.
Bukan, ini bukan tanggal datang bulan Tzuyu.
Mingyu kembali menghela nafas panjang. Ia adalah sosok yang dicintai banyak orang... dan sepertinya sulit menemukan orang yang membencinya. Kenapa? karena dia selalu berusaha menyenangkan orang-orang yang ada disekelilingnya, terutama orang yang ia sayangi. Tapi kenapa Tzuyu --istrinya sendiri--bisa se cuek ini padanya?
Mingyu mengangguk kecil, ternyata pernikahan tak semudah yang ia kira.
***
"Halo..."
"What's up bro.. ada apa telepon malem-malem? perusahaan lu lagi ga terancam bangkrut kan?"
Mingyu tersenyum kecil dan menggelengkan kepalanya. Saat ini dia sedang menghubungi sahabat baiknya saat ia magang di China dulu, Minghao namanya.
"enggak, lagi pingin cerita aja..."
"wuah tumben, soal apa ni? perusahaan? pertemanan? rekan bisnis? mertua? atau istri.."
"opsi yang terakhir"
"Chou Tzuyu? kenapa? dia mandul? selingkuh? kabur dari rumah?"
"stttt... diemmm" Mingyu menoleh ke arah Tzuyu yang masih tertidur. Saat ini ia sedang berada di sofa kamarnya, didekat pintu.. ia yakin Tzuyu masih tertidur pulas sekarang, tapi disisi lain ia tak mau ambil resiko.
"opsi terakhir benar?"
"kali ini opsi lo gak ada yang benar!"
"terus soal apa? slek?"
"bisa dibilang begitu"
"gara-gara apa?"
"gak tau... tiba2 suasana aneh aja gitu"
"yahh dalam rumah tangga kan biasa kaya gitu"
"iya, gua tau. Makanya gua minta saran sama lo.."
"lagi datang bulan kali.."
"engga kok, yang dateng malah bibinya"
Minghao tertawa, "udah lama ga 'gituan' kali kalian.."
"gituan apa?"
"S - E - K..."
"gausa di bahas soal itu, ga penting"
"GAK PENTING?? Itu penting banget broo..."
Mingyu menjauhkan ponselnya dari telinganya lalu mendekatkannya kembali, "dia belum siap"
"mertua lo udah nagih momongan belom?"
"udah"
"keluarga lo?"
"udah"
"temen-temen lo?"
"udah..."
"ya paksa..."
"gua? gua paksa? gimana caranya?"
"Akh! bego! tolol! makanya dulu nonton bokep bareng gua!!! belajar mulu si lo...."
"Setidaknya gua belajar tentang reproduksi dulu.."
"makan tuh reproduksi! ga kepake ilmu lo!" Mingyu memutar bola matanya malas.
"lusa gua balik, jangan lupa jemput gua ke bandara.. nanti gua kasi pengalaman gua"
"pengalaman sama istri lo? ihh ogah gua dengerinnya"
"ya gua juga gabakal ceritain rinci lah Gyu!"
"yaudah.. tidur sana gih"
"oke, good night sayang"
Mingyu bergidik geli dan mematikan ponselnya sepihak. Ditatapnya benda ditangannya itu cukup lama dan tiba-tiba senyum diwajahnya merekah sempurna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teach My beloved Daughter
FanficTuan Chou sudah tak habis pikir dengan kelakuan putri sematawayangnya Chou Tzuyu. Gadis penyuka dunia malam ini senang sekali menghambur-hamburkan uang dan tak tumbuh sebagai gadis pada umumnya yang biasanya memiliki jiwa keibuan seiring bertambah u...