Hari ini Mingyu pulang lebih sore karena merasa sedikit tak enak badan. Ia sengaja tak memberi tahu Tzuyu perihal ini karena ia ingin memberi kejutan untuk istrinya itu.
Saat Mingyu memasuki ruang tamu, ia tak melihat apa-apa didalamnya... tak ada Tzuyu atau siapapun yang mengisi ruangan ini. Mingyupun lanjut melangkahkan kakinya menuju ruang makan yang juga kosong hingga akhirnya dia memutuskan untuk ke halaman belakang rumah.
Benar saja, ia melihat Tzuyu tengah mengguntingi tanaman liat yang ada diantara bunga-bunga rawatannya. Senyum diwajah Tzuyu merekah setiap melihat bunga-bunga yang ia rawat sejak masih beruba bibit dulu.
Tanpa Mingyu sadar, iapun ikut tersenyum dari sudut sana.. persis seperti kisah anak-anak SMA yang tengah memandangi sosok pujaan hati dari kejauhan. Mingyu merogoh saku jas-nya dan mengambil ponselnya, bersiap mengabadikan moment dihadapannya saat ini.
"Hey, lihat sini!" teriak Mingyu membuat Tzuyu sontak menoleh ke arahnya dengan wajah terkejut... namun tak berapa lama senyuman diwajahnya merekah seiring dengan Tzuyu yang berlari ke arahnya. Gadis ini senang sekali berlari.
"Ihh.. kamu serem tau kalo foto-foto kaya gitu!" dumel Tzuyu disela tawanya, sementara Mingyu masih mengarahkan ponselnya didepan wajah Tzuyu, sekalipun jarak mereka cukup dekat sekarang.
"Cantik" ucap Mingyu membuat Tzuyu tersenyum malu dan menutup kedua wajahnya dengan jemari lentiknya, Mingyu tersenyum melihat reaksi Tzuyu saat ini.
***
"hah??? tapi kan Tzuyu belum setuju ma.."
"..."
"yaudah.. nanti aku bilang ke Mingyu"
Tzuyu menghela nafas panjang dan berbalik badan hendak masui kedalam kamar, namun baru saja ia berbalik.. rupanya Mingyu sudah ada dibelakangnya dengan kaos lengan panjang polos berwarna biru tua dan bawahan celana pendek berwarna hitam bermotif. Rambut pria itu nampak tersisir rapi kebelakang menampilkan keningnya yang indah."mau bilang apa?" tanya Mingyu yang sepertinya menguping sedikit pembicaraan Tzuyu dengan mamanya tadi, "mau bilang cinta?" ledek pria itu seraya menyoleng pelan dagu Tzuyu membuat gadis itu mendumel pelan.
"Bibi Lim mau nginep disini"
Mingyu mematung, "beraa lama?" tanya Pria itu, "gatau.. seminggu kali, soalnya apartemen dia lagi di renov... dan papa sama mama nanti malem udah ke Hongkong" Mingyu menganggukan kepalanya paham.
"Yasudah.. nanti minta bibi rapihkan kamar dilantai bawah" Tzuyu tersenyum kecil, pasalnya dilantai atas ada dua kamar kosong namun sepertinya Mingyu paham bila ia tidak akan nyaman jika tinggal satu lantai dengan bibi dan sepupunya itu.
"oke!" Tzuyu megacungkan jempolnya semangat.
***
"Perlu dibantu nyonya?" tanya seorang pelayan pada Tzuyu namun dibalas dengan senyuman serta gelengan kepala gadis itu, "tidak apa.. saya bisa sendiri" kata Tzuyu seraya memasukan bubur dari dalam panci ke mangkuknya.
"Buat siapa itu nyonya?" tanya pelayan itu lagi, "buat Tuan Kim.." pelayan itu mengangguk paham sementara Tzuyu yang sudah menyelesaikan tugasnya langsung berjalan meninggalkan ruangan seraya melempar senyumannya pada pelayan tadi.
Senyuman diwajah gadis berambut coklat itu tak kunjung reda jika mengingat ia sudah dipanggil Nyonya dirumah ini padahal biasanya ia dipanggil Nona dirumahnya. Apalagi ketika ia menyebut Mingyu dengan sebutan 'Tuan Kim' entah mengapa ia merasa sudah seperti Nyonya Kim seutuhnya.
***
"Aku ga sakit.."
Erang Mingyu saat sang istri masuk kedalam kamar mereka dengan semangkuk bubur nasi. "Tapi kamu harus makan.." Mingyu memutar bola matanya malas dan menerima suapan dari Tzuyu, "aku ga sakit.. cuman kecapekan doang" kata Mingyu yang diangguki oleh Tzuyu.
"Iya aku tau tuntutan kamu banyak.. tuntutan sebagai petinggi perusahaan, tuntutan memimpi perusahaan, tuntutan mendidik dan mengaji anak buah, tuntutan sebagai cucu, tuntutan sebagai suami, tuntutan..."
"..punya anak"
Gerakan tangan Tzuyu yang sedang mengaduk bubur sontak terhenti dan dia langsung menatap ke arah Mingyu yang kini tengah menatapnya intens dengan sedikit senyuman canggung yang seolah menular pada wanita itu.
"hmm. sejujurnya..." Tzuyu berkata dengan volume pelan, "ee~" Mingyu menaikan sebelah alisnya menanti kelanjutan kalimat Tzuyu yang masih terbata-bata.
"aku belum siap" Mingyu tersenyum dan mengelus-elus bahu wanitanya tersebut, "iya aku tau.. aku ngerti kok" Tzuyu tersenyum kecil, "yasudah.. kamu makan kalau gitu!" Tzuyu kembali menyuapi Mingyu dengan suapan terakhirnya dan langsung diterima oleh pria tampan itu dengan lahap.
"Makasih.." kata Mingyu
KAMU SEDANG MEMBACA
Teach My beloved Daughter
FanfictionTuan Chou sudah tak habis pikir dengan kelakuan putri sematawayangnya Chou Tzuyu. Gadis penyuka dunia malam ini senang sekali menghambur-hamburkan uang dan tak tumbuh sebagai gadis pada umumnya yang biasanya memiliki jiwa keibuan seiring bertambah u...