Feelings - 2

1.4K 110 119
                                    

"Gigi, lo nggak bosen apa bikin ulah terus?" tanya perempuan berkulit eksotis itu.

"Enggak," jawab Gigi sambil memakan pisang cokelatnya.

"Kayak nggak pernah kenal Gigi aja, Ver." Kini ganti perempuan berambut lurus sepunggung yang berbicara.

Gigi menjilati tangannya yang berlumuran cokelat tanpa menanggapi kedua temannya yang membicarakannya. Sebab memberi cacing di perutnya lebih penting daripada mendengar sindiran temannya itu.

"Alhamdulillah." Gigi mengucapkan syukur setelah bersendawa.

"Gigi jorok!" Vera menatap Gigi kesal.

"Bodo amat. Sini-sini gue ketekin sekalian." Gigi mendekat ke arah Vera.

Vera menahan lengan Gigi agar tidak mendekat ke arahnya. Entahlah, makhluk di hadapannya ini tercipta dari apa. Tidak ada sifat perempuannya sama sekali. Yang terkadang membuat Vera ingin terjun dari jurang saja daripada berdebat dengan Gigi.

"Gigi!" peringat Edyta.

"Iya, iya. Maafkan hamba, Nyonya. Hamba tadi tidak sengaja. Hamba janji akan lebih sopan dan memperbaiki perilaku hamba." Gigi menyatukkan kedua tangannya memohon maaf.

Edyta hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Entah kenapa Gigi selalu saja menggoda Vera.

"Lo kenapa telat?" tanya Vera menyeruput es jeruk.

"Kepo."

"Ih, gue siram juga muka lo!" ujar Vera kesal setengah mati. Perhatian salah, tidak perhatian salah juga.

"Siram aja kalau lo berani," tantang Gigi.

"Berani kok gue nyi—"

Edyta memotong ucapan Vera berujar menggoda, "Udah ih jangan ribut. Nanti kalian bisa berjodoh lo."

"Najis! Gue normal!" teriak Gigi. Dan itu mengundang perhatian siswa yang berada di kantin.

"Kecilin volume suara lo, Gi!" desis Vera tajam.

"Apaan, Ver, lo naksir sama Ta'in anak kelas sebelah?" teriak Gigi dengan wajah terkejut yang tentunya itu sebuah kepura-puraan saja. Gadis itu ingin menggoda Vera.

Vera mebulatkan matanya tidak percaya. Mulutnya terbuka lebar. Netranya menatap sekeliling yang ternyata terpengaruh dengan teriakan Gigi. Vera melihat Ta'in, siswa kelas sebelah, yang disangkut pautkan dengannya. Cowok dengan rambut spike seperti landak itu melambaikan tangan kepadanya. Vera menggidikkan bahunya ngeri. Netranya menyipit tajam ke arah Gigi. Gigi sendiri nampak tak acuh. Gadis itu justru menggerakkan dagunya mengode Ta'in dan Vera bergantian. Membuat Ta'in nampak salah tingkah.

"Gigi! Lo kampret banget, sih!" umpat Vera kesal.

"Sengaja kok, Ver." Gigi mengedipkan matanya berkali-kali sambil cengengesan.

Vera memutar bola matanya jengah. Sumpah demi apa pun yang ada di dunia ini, ia ingin melahap Gigi hidup-hidup. Vera butuh oksigen tambahan. Paru-parunya tiba-tiba mengempis karena ulah Gigi.

"Edyta," rengek Vera menatap Edyta meminta pembelaan.

"Gigi," ucap Edyta.

FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang