Feelings - 28

709 55 37
                                    

Gigi melangkahkan kakinya ke perpustakaan dengan tangan mendekap binder dan juga bolpoin yang gadis itu genggam erat di tangan kanannya. Memang kegiatannya saat istirahat atau jam kosong sekarang banyak ia habiskan di perpustakaan.

Vera sempat ingin ikut menemani Gigi tapi ditolak begitu saja dengan gadis itu. Bukannya apa. Gigi tidak ingin seolah-olah Vera berada di pihaknya. Sebab Gigi tahu Vera tidak berada di pihak mana pun atau siapa pun. Baik Gigi atau pun Edyta adalah sahabat Vera. Yang setiap waktu pasti membutuhkan tempat bersandar untuk mencurahkan keluh kesahnya.

Dari beberapa kali ekspresi sedih yang diberikan Vera untuk Gigi, membuat Gigi mengambil kesimpulan bahwa gadis itu sudah diberitahu Edyta mengenai permasalahan antara Gigi dan Edyta.

Gigi juga tidak mau ambil pusing. Selama Vera masih berhubungan baik dengan Edyta, Gigi bisa bernapas lega. Gigi sebenarnya tidak ingin persahabatannya dengan Edyta berada di titik seperti ini. Tapi, mau bagaimana lagi? Ia pun tidak tahu bagaimana cara kembali seperti dulu.

Semua ini hanya karena perasaan sialannya. Seandainya... seandainya saja Gigi bisa memilih, Gigi tentu akan memilih persahabatannya dan mengorbankan perasaannya. Meskipun Gigi mengorbankan perasaannya, tapi semua tidak berjalan seperti apa yang diharapkannya. Ini melenceng jauh dari perkiraannya. Seandainya saja Edyta tidak tahu mengenai perasaan itu, pasti akan baik-baik saja.

Menghela napas, Gigi menarik kursi yang berada di sudut ruangan. Menjatuhkan bokongnya di sana. Membuka binder biasanya, jemarinya bergerak menggoreskan tinta hitam pada secarik kertas putih bergaris itu.

Bila mimpi hanyalah bunga tidur
Mengapa mimpi harus ada
Akankah hidup bergantung pada mimpi
Dan hanya bisa bertahan
Pada puing-puing cinta yang telah rapuh

Mata hati menangis merintih
Menatap dunia
Sang fajar yang memberi kedamaian
Masih bisa tersenyum menyambut hari esok
Melihat kekejaman yang terus terumbarkan

Hati yang lapuk ini
Menjadi saksi bisu cintaku untukmu
Layaknya merpati terbang tanpa sayap
Dan berjalan di atas serpihan darah

"Wow, puisi lo bagus banget!" seru seseorang yang duduk di samping Gigi berdecak kagum.

Gigi tersentak kaget dan buru-buru menoleh ke samping kiri. Netranya menatap seseorang itu. Kenapa tiba-tiba ada manusia yang duduk di kursi sebelahnya? Sejak kapan? Kenapa Gigi tidak merasakan kehadirannya? Apakah karena terlalu hanyut dalam puisi itu yang membuatnya tidak memerhatikan sekitar?

Lagi pula, untuk apa manusia di sampingnya ini memilih duduk di dekat Gigi? Kenapa tidak mencari tempat lain yang masih kosong? Berbagai pertanyaan menggelitiki benaknya. Tapi, hanya mampu gadis itu suarakan dalam hatinya saja.

Gigi mengembuskan napas lega. Untung saja ia tidak menuliskan nama seseorang setelah puisi itu berakhir. Kalau sampai manusia di sampingnya tahu, mampuslah Gigi.

Tapi tunggu.

Gigi merasa aneh dengan manusia di sampingnya ini. Gigi kembali menoleh ke samping kirinya. Meneliti manusia itu dari atas sampai bawah.

FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang