Setelah hari di mana Jota dan Gigi berbaikan, mereka sekarang sudah terlihat akrab lagi. Seperti sebelumnya. Layaknya sahabat tentunya. Meski terkadang ada kecanggungan di antara keduanya.
Bagi Gigi juga sudah tidak perlu mempermasalahkan hal ini. Sebab, dia sudah dengan Saga, dan Jota dengan Edyta. Kalau Gigi masih bersikap menghindari Jota atau pun Edyta, itu sama saja dengan Gigi yang mengharapkan perasaannya pada Jota.
Gigi tidak mau menjadi perusak hubungan di antara Jota dan Edyta. Biarkan semuanya berjalan seperti sungai yang mengalir. Siapa tahu dengan bersama Saga hati Gigi benar-benar bisa melupakan sosok Jota yang begitu dicintainya.
Apalagi Saga sangat mencintai Gigi. Gigi tidak ingin mengecewakan Saga. Begitu pula dengan kedua orangtua Gigi dan orangtua Saga yang sudah mengetahui status mereka sebagai sepasang kekasih.
Tentu saja itu membuat Gigi harus menjaga perasaan Saga. Babanya bahkan yang teramat senang mendengar bahwa dia berpacaran dengan Saga. Vanka langsung mempercayakan Gigi pada Saga. Sebab, tidak perlu diragukan lagi Saga seperti apa. Sudah masuk kriteria sebagai colon menantu untuk Vanka. Kalau orang lain yang mendekati Gigi, baru Vanka akan menyeleksinya.
Suara sepatu yang bersentuhan dengan lantai mengiringi langkah dua orang yang berjalan bersisian. Keduanya mendapat panggilan dari guru olahraganya. Entah disuruh apa mereka tidak tahu sama sekali. Maka dari itu mereka langsung menuju ruang guru dan menanyakan pada guru yang berkaitan.
"Gue seneng deh, Gi, sekarang kita udah kayak dulu lagi," ujar Jota mengembuskan napas lega. Sudut bibirnya tertarik ke atas. Membiarkan wajahnya tersapu angin lembut.
Gigi menoleh sebentar ke samping kanan. Melihat Jota yang nampak begitu senang. Detik berikutnya gadis itu kembali menatap depan sambil berkata, "Hmm. Gue juga seneng."
"Kalau pun nanti ada kesalah pahaman di antara kita. Baik lo, gue, Abi, dan Elia, jangan sampai persahabatam kita yang kena imbasnya, ya. Pokoknya mau gimana pun beratnya kita harus saling mendukung, saling menyemangati satu sama lain."
"Iya, Jo. Tenang aja."
"Hmm oke deh." Jota mengangguk-anggukkan kepalanya. "Gimana rasanya LDR? Enak apa nggak?" imbuhnya bertanya.
"Gimana, ya." Gigi menggaruk pelipisnya. Merasa bingung bagaimana menjelaskan pada Jota. "Kalau menurut gue sih biasa aja. LDR itu, kalau lagi kangen suka ada sensasinya sendiri. Pokoknya nggak bisa deskripsiin kalau lo sendiri belum merasakan."
"Boleh deh coba nanti jadian sama yang bisa diajak LDR," ujar Jota terkekeh pelan.
Gigi menyikut perut Jota. "Ngomongnya dijaga, Jo. Emang mau putus sama Edyta?"
"Ya enggak sih, hehe," jawab Jota terkekeh pelan sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sama sekali.
"Makanya. Kalau udah ditinggal Edyta tahu rasa, lo," cibir Gigi seraya membuka pintu ruang guru.
"Jangan sampai. Cuma Edyta yang bisa ngertiin gue. "Jota yang di belakang Gigi ikut masuk ke dalam ruang guru.
"I know," ucap Gigi acuh.
Mereka berderap mendekat ke tempat Pak Piping duduk.
"Permisi, Pak. Bapak panggil saya dan Gigi?" tanya Jota sopan.
Pak Piping yang tengah menulis sesuatu di kertas langsung mendongakkan kepalanya.
"Oh, iya-iya. Jota dengan Puerta 'kan, ya?" tanya Pak Piping.
"Iya, Pak." Gigi menganggukkan kepalanya.
"Ini, Bapak ingin menginformasikan pada kalian berdua kalau dalam waktu dekat ini akan diadakan kejuaraan karate nasional. Saya menginginkan kalian berdua untuk mewakili sekolah," papar Pak Piping memberikan kertas pengumuman lomba karate.
![](https://img.wattpad.com/cover/112088068-288-k793926.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Feelings
Novela JuvenilSequel of Inside of You My 4th story Aku tahu rasaku ini untuk siapa. Bukan untuk kamu yang ingin kuperjuangkan dalam diam dan sekadar angan. Bukan pula kamu yang memperjuangkanku dan berhenti di tengah jalan. Bukan kalian yang pandai menyembunyikan...